Senin, 20 April 2009

Selamatkan Generasi mulai dari rumah kita

Suatu ketika pada zaman Khalifah Umar R.A, pernah ada kejadian dimana ada sepasang suami Istri yang sudah tua menghadapnya, " Wahai Khalifah, kami ingin mengadukan kelakuan seorang anak laki-laki kami, yang sangat susah diatur, kerjanya merugikan banyak orang lain, juga dirinya sendiri, bahkan melawan dan menghardik kami jika kami nasehati, kami sudah tidak sanggup lagi menghadapinya wahai, maka kami ingin anak itu dihukum wahai khalifah.

Sejenak Khalifah yang sangat berwibawa tersentak, melihat penampilan kedua orang ini, anak yang mana yang sanggup durhaka padanya, perlahan kemarahanmerayapi jiwanya, lantas berkata, Bawa dan serert anak durhaka itu kepadaku.

Singkat cerita dibawalah anak tersebut, kedepan khalifah, dengan geram khalifah bertanya,
benar kamu melakukan kelakuan keji selama ini, dan tidak mau dinasehati oleh kedua orang tuamu. benar wahai khlalifah jawb anak itu. semakin naik kemarahan khaifah yang bijaksana itu,
pengawal tangkap dan seret anak itu jebloskan dalam penjara.

namun sebelum para pengawal bergerak menangkapnya, pemuda itu berkata, wahai khalifah yang bijak sana, sebelum anda menentukan hukuman kepadaku aku ada pertanyaan. apakah hak anak dari orang tuanya. khalifah mengeryitkan dahi baiklah akan kujawab, dan dengansangat bijaksana dijawabnya pertanyaan itu.

Hak seorang anak dari orang tuanya adalah
1. Dicarikan ibu yang baik untuknya
2. diberikan nama yang baik untuknya
3. diberikan pendidikan agama, alqur'an dan hikmah untuknya.

lalu anak itu berkata kembali, wahai khalifah bagaimana hamba tidak begini sedangkan hak yang sangat mendasar yang seharusnya hamba dapatkan tidak hamba dapatkan dalam kehidupan dirumah hamba. Ibu hamba adalah diambil dari orang badui, yang belum mengenal islam, nama hamba berarti kumbang kelapa nama yang tidak baikbagi sebutan manusia, sedangkan hak yang ketiga belum pernah hamba kenyam hingga saat ini.

lalau pandangan sang khalifar bergerak menuju orang tuanya benar demikian wahai ibu, dan Bapak, dengan terbata kedua ibu, bapak tadi menjawab benar wahai khalifah. maka kemarahan khalifa mereda pada anak itu, sedangkan berubah menuju ke kedua ibu bapak tadi, jika demikian kalianlah yang salah wahai ibu, dan bapak,

kemudian anak tadi dipelihara selayaknya, dan diberi pelajaran- pelajaran, hingga kelak menjadi ulama terkenal pada zamannya

dari kisah tadi kita dapat bercermin, bahwa bahwa kesalahan seseorang belum tentu 100% akibat kejahilannya, maka kita diwajibkan tabayun, menimbang melihat dengan segala sisi yang dapat dilihat, jangan asal menuduh.

sebuah kesalahan pasti ada motifnya, pasti ada sebab akar yang mengakibatkan seseorang berbuat kedzoliman,

rusaknya generasi era kekinian bukan disebabkan 100% kesalahan mereka, tetapi ada andil kita selaku orang tuanya dalam kesalah itu, kita ikut mengukir, membentuk, sikap,mental, budaya generasi kini.

jika kita cermati kebobrokan mental sudah sangat dalam, terpuruk sepuruk-puruknya, ada seorang gadis membuang bayinya di wc umum tempat rekreasi, sementara para pelajar kerap meninggalkan sekolahnya pada hari tertentu demi sebuah pesta narkoba. naudzubilaahimindzalik.

kekerasan dunia pelajar dari tingkat SD hingga mahasiswa, dengan ditemukan rekaman video handphone adegan kekerasan itu, huahh sungguh memprihatinkan.

Saudara yang saat ini mempunyai anak, kita bercermin akan kisah khalifah umar di atas, pendidikan dirumah amat penting, jangan puas dengan hanya menitipkan anak kita di bangku sekolah saja.

sentuhan kasih sayang dari orang tua mereka juga sangat mereka dambakan, jika tidak sikap mental depresif akan terakumulasi akan membentuk gunung es dan pada puncaknya membuat kita terbelalak dengan kesalahan mereka.

mari selamatkan generasi mulai dari rumah kita....

Tidak ada komentar :

Posting Komentar