Sabtu, 13 Juli 2013

Rolex Saksi Bisu Kehidupan Eksekutif Muda Jakarta

Perkenalkan aku adalah Rolex, siapa yang tak kenal aku, aku dan saudara-saudaraku satu pabrikan, telah menyebar keseluruh dunia, ada yang ke Eropa, Amerika, sedang aku ditakdirkan hidup di Indonesia, keseharianku menemani tuanku, Raymond seorang kaya, bahkan super kaya di kota Jakarta. Persahabatan kami berawal saat tuanku Raymond membeliku di toko jam paling terkenal di kota Malang, karena tampangku memang keren jika dibandingkan dengan jam-jam yang lain, maka begitu melihatku tuanku itu langsung jatuh hati padaku, bagaimana tidak tubuhku yang kokoh di balut oleh stainless steel berkualitas tinggi, dan fiturku dipenuhi dengan teknologi mutakir. 

Pertama aku di bawa oleh tuanku, tidak langsung kerumah , tetapi ke kantornya, kantor yang begitu megah di bilangan jalan MH Thamrin Jakarta, “Yihuui..!!”  hatiku bersorak, gak malu-maluin lah aku ternyata dimiliki oleh seorang esekutif muda, “slamat siang Pak” sapa seorang pekerja dengan hormatnya, “Siang Niko”, tuanku menjawab, aku penasaran apasih jabatan tuanku ini, sehingga semua pekerja begitu hormat padanya. Rasa penasaranku terjawab ketika aku diajak ke ruang kerjanya, didepan pintunya tertulis Raymond Handoyo  VP Funding/Accounting, “hah gile.. ternyata tuan Raymond adalah seorang VP di perusahan ini, hatiku senang bukan main. 

 Hari telah sore tak terasa sudah 5 jam aku menemaninya di ruang kerjanya, 5 jam di sana aku tidak melihat dia mengerjakan sesuatu yang penting diruang kerjanya, hanya telpon sana-telpon sini, ada beberapa nama telah kuingat, alex, juwita, Erwin, dan beberapa nama lagi, anehnya semua pembicaraan bukan masalah pekerjaan, tetapi hanya obrolan senda gurau yang tak penting.  Dalam perjalanan pulang kerumahnya masih saja tuanku menelpon beberapa kali “ Win.. gua lagi nggak bisa pergi keluar nih malam ini, loe tau sendiri kan gua baru aja datang dari Malang, besok malam aja ya, jangan lupa ajak tuh ceweklu si juwita, juga alex, dan beberapa temen laen pokoknya besok malam gua mau happy, loe semua gua traktir.. oke..”, rupanya tuanku ini menelpon kembali temanya yang bernama Erwin, yang sudah beberapa kali siang tadi ditelponya, “ ok..plend.. siip lah siapa sih yang berani menolak ajakan Raymond Handoyo VP F/A muda PT Ireng Persada Jaya,” haa,,ha,, emang bisa aje loe win.. udah ah gua ngantuk, gua lagi dimobil nih rumah masih jauh gua tidur dulu.

Tak terasa telah dua tahun hari-hari kulalui bersamanya, hari-hari yang begitu glamor, namun kelam penuh dengan kegiatan hura-hura belaka, setiap hari hanya kulalui di kantor megah tuan Raymond, aku selalu berada di pergelangan tangan kanannya, melalui siang dengan kesiaan di ruang kerjanya, dan melalui malam dengan hura-hura, dugem, berpindah dari diskotik kediskotik, café ke café, bahkan beberapa minggu tuanku Raymond telah sangat melampaui batas dia sudah berteman dengan narkoba dan miras, dan dia begitu enjoy menikmatinya.  Akupun sudah banyak kenalan dengan sesama jam, ada si Seiko kinetik yang selalu ada dipergelangan tangan Erwin, atau  Bonia Women sijamtangan wanita dengan tuannya Bu Juwita dan beberapa jam yang semua berkelas dan dimiliki oleh para eksekutif muda sekelas tuanku Raymond. Aku bertemu mereka di tempat-tempat masksiat seperti bar, diskotik dan café-café di tengah kota Jakarta ini.   
Hampir semua eksekutif di kantor Tuanku Raymond berperilaku yang sama, hingga suatu saat aku menemukan perbedaan dari seorang eksekutif baru, Beliau adalah Agus, usianya tidak jauh dengan tuanku, kulirik jam di pergelangan tangan kanannya “yah…payah.. hanya Mirage yang banyak dijual dipinggiran jalan, seharga paling mahal seratus ribu”, Pertama kali bertemu dengan si mirage ini dalam suatu meeting, dimana tuanku dan tuannya sama-sama hadir, kulihat wajah kawan baruku ini sangat cerah, dan tenang, seakan hidupnya sangat fresh dan segar, sangat cocok sekali dia dengan sang tuan, kulirik bergantian dari jamnya kemudian tuannya kembali lagi ke jamnya, wajah-wajah yang sangat teduh, tenang dan damai apalagi tuannya yang belakangan ku tahu bernama Agus Wijayana, aku belum tahu apakah seperti itu wajah para malaikat, karena aku belum melihatnya, namun dalam persepsiku mungkin seperti raut wajah  itu. 

 Kemudian kulihat diriku, kutemui diriku sebuah jam yang lelah, kusut, kusam, karena kesehariannya menemani tuan yang berkebiasaan buruk, lalu kulirik tuan Raymondku, perbedaan yang sangat mencolok, jika dibandingkan dengan raut wajah sang malaikat itu, kutemui raut yang gelisah, seakan beban berat sedang di pundaknya, padahal kesehariannya hanya hura-hura belaka, entah apa yang menyebabkan seperti itu. “Hey Kawan.. kenalkan namaku rolex”, Aku memecah kebuntuan. “ohh iya.. kenalkan juga aku mirage”, jawabnya, kemudian ia angkat bicara lagi tuanmu VP juga ya, “iya”, jawabku sekenanya, “kenapa kau tampak letih sekali kawan”, ia bertanya lagi, aku menjawab dengan jujur, karena memang didunia kami para jam kami tidak bisa berdusta, tidak seperti dunia manusia kedustaan dimana-mana, “ aku habis menemani tuanku Dugem hingga dinihari, sampai saat ini aku sangat mengantuk”. “kenapa tuanmu tidak sengantuk kau”, “oo.. karena tuanku selalu meminum suplemen sejenis doping lah sehingga dia bisa tegar seperti itu”, “sedangkau juga tampak lelah kawan” tanyaku. Lalu dia menjawab “iya tadi malam di sepertiga malam tuanku Agus bangun kemudian membawaku dalam khusuk shalat malamnya, jika sudah begini ia akan menangis,dan akupun akan tak kuat diri hingga ikut menangis”,”hah.. apa enaknya melewati malam dengan tuan yang shalat dan menangis” pikirku, tapi memang ada kulihat kelelahan juga di mata Agus, tetapi kelelahan dengan rona yang berbeda jika di banding dengan tuanku Raymond, Nampak wajah Agus bercahaya dan berkharisma.

“Pak Agus coba anda jelaskan kosep rekrut yang baru, kami minta inovasi baru dari anda, anda adalah VP HRD, itu adalah tanggung jawab anda”, kata Bapak Lim Whi Cou CEO perusahaan ini, “yess..” aku ingin tahu apakah si malaikat ini professional dalam bidangnya atau tidak. “Terimakasih Pak Lim,  jika saya perhatikan paparan Bapak barusan bahwa sudah banyak terjadi kebocoran-kebocoran anggaran kita, saya pikir di perusahaan kita sudah banyak orang-orang yang pintar, namun kepintarannya itu untuk memintari management, oleh karena itu saya melihat bahwa dalam proses perekrutan tolok ukur yang dilihat oleh HR pendahulu saya hanyalah Skill, dan performance fisik saja”. “wah banyak juga bicaranya si malaikat ini”, fikirku, “terkesima ya” si mirage tiba-tiba mengagetkanku, “itu belum seberapa kawan tuanku Agus kalau sudah berbicara seperti menghipnotis pendengarnya itulah yang sering disebut Qaulan Baligho, kata-kata yang berbobot, dan berdasar,” “iya-iya, terang aja kamu memujinya karena ia tuanmu”, 

“yang diperlukan sekarang adalah proses perekrutan yang dapat melihat budi pekerti, integritas,  dan latar belakang religinya,” “ok,ok.. lalu bagaimana mekanismenya” Pak Lim memotong pembicaraan, ”Begini,  di awal saya akan koordinasi dengan para staff kita dari seluruh departement yang terlihat sisi religinya menonjol diantara yang lain dari berbagai agama, targetnya adalah tercipta suatu alat ukur  yang dapat mengukur tingkat integritas, budi pekerti, dan dasar religi sesuai dengan agama masing-masing, proses perekrutan yang pertama kali dilakukan adalah ini, kemudian baru dilanjutkan dengan proses sebagaimana biasanya, kita gunakan alat ukur skill, psikologi, dan kesehatan”. “ Ok .. dapat kita coba kapan mulai dilakukan koordinasi antar department itu,” Pak Lim bertanya lagi, Mulai minggu depan Pak, “Baik aku setuju”, tiba-tiba tuanku Raymond tunjuk tangan dan berkata “maaf Pak saya fikir konsep itu sangat konyol, dan tidak masuk akal, mana dapat religi seserang dihitung”, “Bapak Raymond  dari list yang dibuat oleh rekan-rekan staff yang ditunjuk,   nanti kami dari HRD yang akan membuat kisi-kisinya,  kami akan melihat point-point yg sangat krusisal, yah memang tidak akan tepat sekali pasti ada deviasinya, namun kami akan meminimalisirkannya”, “tidak semudah itu Pak”, misalkan saya sebagai peserta yang akan direkrut, akan saya buat hal-hal yang baik-baik saja walaupun keseharian saya buruk”, Kemudian Pak Lim angkat bicara “ sudahlah Pak Raymond, kitakan belum tahu hasilnya baik atau buruk, jika Pak Agus yakin akan berhasil, mengapa tidak kita kasih kesempatan dia”, seakan tak mau menyerah tuanku Raymond menjawab,”masalahnya adalah jika cost kita sudah keluar untuk membiayai rencana konyol ini, kemudian hasilnya gagal maka akan menghamburkan uang perusahaan”, “Pak Rymond bapak membicarakan penghamburan uang perusahaan sedangkan banyak kebocoran anggaran di perusahaan ini dari depertement Bapak, kali ini Pak Lim berbicara agak keras”, mendadak pucat pasi wajah tuan Raymond, dan dia tidak berbicara lagi, hanya lirik matanya tajam kearah Pak Agus tuan dari mirage. sejak itu tidak ada pembicaraan lagi antara aku dengan mirage, aku merasa sangat tidak enak hati atas ulan tuanku tadi. Sedang meeting terus berlanjut.” Hal selanjutnya yang akan kami usulkan adalah audit integral menyeluruh ditiap department hingga kelihatan department manakah yang paling banyak kebocorananggarannya, kita ivestigasi, dn jika perlu kita pangkas orang-orang yang terbukti bersalah, Ibarat koreng kita harus amputasi untuk mengantisipasi agar tidak menular kebagian tubuh yang lain, “Wahduh.. bisa gawat  ini… aku tahu persis bahwa kebocorananggaran yang terbanyak adalah di department F/A karena aku sebagai jam tangan VP F/A selalu menyaksikan segala kecurangan yang dilakukan oleh tuanku. Kecurangan-kecurangan yang dilakukan hanya untuk biaya kesenangan malam bersama teman-temannya.

____________oooo000oooo______________

Tubuh yang tadinya selalu dibalut jas dan dasi rapi kali ini hanya berbalut seragam lapas yang tadinya  gamour ini kini jadi pesakitan dibalik jeruji besi,  ya Tuanku Raymond atas pemeriksaan audit terbukti bersalah melakukan penggelapan dana perusahaan, dan aku sekarang sudah tidak lagi di pergelangan tangannya, aku sudah berpindah tuan, karena aku sudah dirampas dari tuanku oleh seorang pentolan napi, yaitu bang Sanif. Tuanku Raymond hanya pasrah saat tubuhku ditarik paksa dari pergelangannya. “Pak Raymond anda kedatangan tamu mohon temui di ruang jenguk”, suara sipir penjara   mengagetkanku juga dirinya. “Juga anda Bang Sanif”, sukurlah ternyata tuanku sanif juga kedatangan tamu, mantan tuanku Raymond dan tuanku sanif duduk bersebelahan sehingga aku masih bisa melihat dan mendengar percakapan yang terjadi antara Raymond dan tamunya. Lima menit berlalu ternyata yang datang adalah Pak Agus VP HRD dan Si mirage yang setia dipergelangan tangannya, aku bisa menyapa mirage, “apakaba mirage, Sapaku, “Aku Baik Saja, kenapa kau bisa ditangan lelaki seram itu?” Tanya  mirage, “sudahlah ceritanya panjang biasa rampasan pentolan napi kepada napi yang lebih lemah, siapa yang kuat dia yang berkuasa, bagaimana kabar dikantor?”, “ dikantor sekarang relatif lebih baik setelah banyak orang-orang baru yang religius di rekrut, keadaan keuangan perusahaan stabil bahkan cenderung meningkat, oh..ya kau belum tahu kan ternyata mantan tuanmu itu berkomplot dengan Pak Erwin itu tuannya Seiko kinetik, Ibu Juwita tuannya Bonia Women, dan Pak Alex tuan dari Rado, Pak Erwin dan Pak Alex saat ini sedang disidang, sedang Ibu juwita stress bagai orang gila bahkan dalam kondisi hamil lagi,  katanya anak dari Pak Raymond”, aku tidak kaget lagi mendengar berita  ini, karena akulah saksi dari semua kejadian kehidupan Pak Raymond ya semua itu.

“Pergi kau.. mengapa datang kesini, mau menertawakan aku kan?, belum puas kau lihat keadaan ku ini”, Pak Raymond mantan tuanku berteriak-teriak bagai kesurupan, hingga membuat kaget sipir penjaga, “Diam kau”, Bentak sang sipir. Lalu dengan lemah lembut Pak Agus berkata “bukan begitu Pak Raymond, saya sebagai seorang kawan, sengaja menjenguk Bapak, untuk sharing, bercerita, yang terpenting lagi adalah bersilaturahmi”, suara itu begitu lembut bagai menyiram hati ku dengan kesejukan, akupikir begitu juga dengan hati Pak Raymond, dan betul juga yah, semenjak Pak Raymond di penjara tidak ada satu orang pun kawan datang menjenguk, sekedar bersilaturahmi apalagi bersedia menjadi teman share, dan pelipur lara, padahal dahulu pada masa jayanya banyak sekali orang yang mengaku temannya, begitulah dunia manusia berteman jika ada maunya, untung aku bukan manusia hanya sebuah jam tangan. Ya selama ini baru Pak Agus seorang yang berkunjung kesini, “Tidak aku tidak butuh di kunjungi, aku tidak perlu kau kasihani”, “Pak Raymond aku fikir Bapak pasti perlu teman untuk berbagi, bercerita mengungkapkan isi hati, aku siapkan diri ini untuk itu Pak”, kata-kata itu menurutku sangat tulus dari seorang kawan, tapi entah jika bagi Pak Raymond, “ Pak Raymond hari kedepan untuk Bapak masih panjang jangan disiakan, sudahlah hari-hari lalu cukup sudah untuk bahan pelajaran, manusia adalah tempatnya salah, dan kata rasul SAW sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bertobat setelah melakukan kesalahan”. Aku semakin salut pada Pak Agus selain orang yang mapan sebagai eksekutif muda, dia juga memiliki tingkat relius yang tinggi, andai aku memilki tuan seperti ia, sejenak kulirik tuanku saat ini Bang Sanif pentolan napi yang berkuas adi rutan ini, yahh mungkin sudah nasipku!!. 

Kulihat raut wajah Pak Raymond mulai teduh, ada butir-butir Kristal bening di sudut matanya, ya ia menangis, tuanku yang selama ini tidak pernah menangis, hidupnya selalu dipenuhi dengan tawa dan hura-hura saat ini menangis, semakin lama semakin jelas terdengar, hingga pada akhirnya tangis itupun pecah dia tergugu.. “ingatlah Pak Raymond jika dosa kita membumbung tinggi, maka Rahmat dan pengampunan Allah SWT akan melakin luas, pasti dia ampuni segala dosa kita.  “Pak Agus betul kata Bapak, saatnya saya minta maaf pada Bapak, dan bertobat pada Allah SWT, kemudian tangisnya pecahnya kembali.. jika tidak ada penghalang kaca mungkin mereka sudah berpelukan tetapi yang bisa dilakukan hanya berpegangan tangan ,bukan lagi sebagai musuh tetapi sebagai teman sejati. “Pak Agus saya merasa banyak terimakasih, titip salam saya untuk teman-teman dikantor”, “Baik Pak Raymond saya pamit dulu, dan baik-baiklah menjaga diri , 

“Ya Allah,.. ampunilah segala dosa-dosaku,.. segala khilafku saat-saat lalu, kusering melanggar laranganmu saat sadar maupun tidak, ya Rabb,   hamba malu menghadapMu jika mengingat kesalahan yang telah hamba perbuat, namun jika hamba ingat betapa rahmatMu begitu luas untuk para hambaMu yang mau bertobat, maka keberanian hamba bangkit untuk memohon ampun dn bermunajat kepadaMu”, samar-samar terdengar lantunan doa Pak Raymon, ya sejak kunjungan Pak Agus ke Lapas ini, kemarin ada perubahan dalam diri Pak Raymond, Beliau selalu shalat lima waktu, airmata bercucuran kala Beliau berdoa seperti saat ini, isak tangisnya beriringan dengan suara doa lirih beliau, aku saksi hidupnya hanya bisa senang, andai aku mendampinginya saat-saat seperti ini dipergelangan tangannya betapa bahagianya aku, sekarang saat Pak Raymond telah berubah aku masih saja berada ditangan orang yang berperilaku buruk ya dipergelangan tangan Bang sanif seorang pentolan napi di lapas ini… 

TAMAT
  


1 komentar :