Sabtu, 13 Juli 2013

masih adakah pemangku jabatan publik seperti ini di saat ini.. kami merindukanmu

beberapa saat lalu admin Setetes Embun Bening, membuka-buka buku-buku dalam lemari buku, lama sudah buku-buku itu tidak terbaca, ada sebuah buku kecil berwarna biru gelap dengan tulisan kuning disampulnya " Perikehidupan generasi tabi'in", bukunya kecil dan tipis ditulis oleh DR. Abdur Rahman Ra'fai Al Baasya. admin tertarik dan mulai membalik-baliknya dengan cepat, sampai pada halaman 64 yang mengupas tentang peri kehidupan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, admin berhenti membukanya dengan cepat, dan mulai membacanya dengan seksama.

Diceritakan tentang betapa hebatnya akhlaq seorang pemimpin, seorang yang berkuasa saat itu, sejak dari awal kepemimpinannya Beliau sudah membatasi diri dan nafsunya dari segala fasilitas yang selayaknya diterima sebagai seorang pemimpin.  Belum lagi selesai Beliau menepiskan debu-debu yang menempel dari tangannya di pemakaman pendahulunya Sulaiman Bin Abdul Malik terdengarlah gemerincing perhiasan dan tapak kuda dari kereta kencana yang kian dekat menghampirinya, "apa ini.?", tanyanya, dengan penuh hormat mereka menjawab "inilah kereta-kereta kerajaan, wahai Amirul Mukminin. ia telah diperispkan untuk anda naiki...", tetapi kereta megah itu hanya dilihat sebelah mata seraya berkata dengan suara terputus-putus dan panik "ada apa dengan aku dan dia..?" singkirkanlah ia dariku... dekatkan baghlahku saja. sesungguhnya baghlah saja sudah cukup bagiku,

 Baru saja ia naik baghlah, datanglah seorang komandan polisi dan tiga orng anggotanya untuk mengawal perjalannya dua orang disebelah kiri dan dua orang disebelah kanan, mengenakan pedang berkilat-kilat ditangan kanan, sambil menoleh ke arah mereka dia berkata "aku tidak membutuhkan kalian,.. aku hanyalah salah seorang diantara kebanyakan kaum muslimin, aku pulang dan pergi sebagaimana mereka pergi dan pulang.

Subhanallah, bergetar hati ini membaca kisah tersebut, seorang pemimpin bagi rakyatnya, yang susah dicari tandingan kebaikan akhlaqnya,..sangat jauh dengan tingkah polah para pemimpin negeri ini saat ini. yang kita saksikan para pelaksana negara kita saat ini, adalah kehancuran akhlaq mereka. korupsi semakin menjadi, kolusi untuk menggolkan sebuah proyek, sogok menyogok suatu yang lumrah, bahkan harus, jika tidak demikian jangan harap dapat proyek, ingin menangis rasanya admin menulis fenomena ini, fenomena para penyelenggara negara yang sudah amburadul.

Pernah seorang sahabat admin, seorang unsur muspika disbuah kabupaten tertentu, berpangkat kapten, bertutur tentang bagaimana dirinya harus "menservice" komandannya jika kunjungan kedaerahnya, Astaghfirullah... untuk mendukung pendanaannya, dirinya sebagai anak buah rela meminta-minta ke beberapa perusahaan di daerahnya ini, hanya untuk memberikan pelayanan kepada sang komandan, penginapan, lengkap dengan hiburan bahkan naudzubillahimindzalik pelayanan wanita penghibur,    Astaghfirullah jangan heran apalagi sedih, hal hal seperti ini sudah dianggap lumrah dikalangan para penyelenggara negara,

Belum lagi cerita tentang segala jenis gratifikasi yang harus didapat untuk menggolkan sebuah proyek pemerintah, pernah ditayangkan di TV One wawancara dengan wanita pekerja sex komersil, bagaimana dia sering di jadikan gratifikasi sex untuk beberapa pejabat publik, dan sang wanita saat ini masih berstatus mahasiswi, tak kuasa lagi air mata ini untuk tidak menetes saat menuliskan fenomena ini. telah terlampau parah!!!.

Sungguh sudah sangat jauh sekali akhlaq mereka dari syariat islam, bagaimana negara ini akan diredhoi oleh Allah SWT, jika para penyelenggara negaranya banyak yang melakukan maksiat dan ingkar kepada syariat Allah SWT, maka dapat dipastikan jalannya negar ini akan semakin carut marut, karena keberkahan telah dicabut oleh Allah SWT.

kemudian dihalaman 65 dari buku ini diceritakan, sebagaimana orang lain berjalan kaki maka sang Khalifah berjalan menuju mesjid pada hari pertama dia di angkat oleh ummat. sesampainya dimasjid dia berseru " Assholatu jamiah...asholatu jamiah...

Dari berbagai penjuru orangpun berdatangan membanjiri masjid, seusai shalat berjamaan beliau berdiri menyampaikan khotbah setelah mengucapakan puji syukur dan sholawat  untuk nabi beliau berkata"..Ayuhannas (wahai rakyatku)..sesungguhnya aku telah diuji dengan urusan pemerintahan (Khalifah ) ini tanpa sepengetahuan dan permintaan sedikitpun dariku, tanpa musyawarah dari kaum muslimin...

Untuk itu aku lepas belenggu bai'at dari diri kalian. pilihlah khalifah yang kalian suka untuk kalian sendiri, mendengar hal ini rakyatpun menjawab dengansatu suara "kami telah memilih dan ridho dengan anda wahai Amirul Mukminin, terimalah dan pimpinlah kami dengan senang hati dan berkah".

Sahabat setetes embun bening ... Aduhai  tak sanggup lagi admin memilihkan kata-kata untuk membahas hal ini.  coba anda lihat jaman saat ini dimana tampuk pimpinan menjadi barang yang diperebutkan, seorang kandidat Caleg, atau Gubernur, atau Bupati bahkan Presiden  berlomba-lomba untuk dipilh oleh rakyatnya bahkan dia rela melakukan berbagai cara yang tidak sesuai syari tak jarang sampai menimbulkan korban jiwa... padahal kursi panas yang diperbutkannya bisa jadi lantaran siksa Allah SWT kelak jika dia tidak amanah, dan menyelewengkan jabatannya...

Kemudian kelanjutan kisah dalam buku itu, demi dilihatnya pekikan dan suara mereka telah tenang kembali dan hati mereka tentram, beliau kembali memanjatkan puji kepada Allah SWT, serta salam untuk nabi, beliau mengajak mereka untuk bertaqwa, bersikap zuhud terhadap dunia, dan memberikan semangat kepada mereka akan kehidupan akhirat.

Dengan nada lembut dan intonasi yang sanggup meluluhkan hati yang keras melelehkan airmata yang penuh dosa, Beliau mengingatkan mereka akan kematian yang datag dengan tiba-tiba, nasehat-nasehat yang lahir dari hati sanubari yang tulus ikhlas, bersemayam dan mengena di hati para pendengarnya.  Kemudian dia mengeraskan suaranya sehingga semua orang mendengarnya, "ayyuhannas..barang siapa taat kepada Allah SWT, maka ia wajib ditaati, dan abarang siapa yang berbuat maksiat kepada Allah SWT tidak seorangpun yang wajib mentaatinya... wahai rkyatku...taatilah aku selama aku taat kepada Allah dalam memimpin kalian, dan sekiranya aku bermaksiat kepada Allah SWT maka kalian tidak wajib mentaatiku...

Subhanallah.. pemimpin mana yang sanggup mengeluarkan kata-kata seperti itu. itulah hakekat ketaatan kepada pemerintah, kepada umara,.. jika pemerintah itu taat kepada Allah SWT, peraturannya sesuai dengan aturan allah SWT, maka wajib rakyatnya mentaati, namun jika pemerintahnya sudah keluar dari syariat Allah, para oknumnya sudah berani melakukan maksiat kepada Allah, peraturannya sudah tidak seuai dengan syariat Allah SWT, maka tidak wajib atas rakyat mentaatinya.

So... bahgaimana dengan fenomena para pemangku jabatan publik di negara kita, dengan tingkah polahnya yang menjijikkan itu..?? apakah kita masih layak taat pada mereka.  wahai para penyelenggara negara ini, berkacalah kalian pada para pemimpin umat pada zaman sebelum kalian, sehingga kalian dapat mengambil pelajarn dari mereka, sesungguhnya jabatan kalian adalah amanah, yang kelak akan kalian pertanggung jawabkan di hadapan Maha Penguasa alam semesta ini Allah SWT, dan kekuasaan kalian, tidak akan mampu menghadapi kekuasanNYA..di hari peradilan kelak...

Wallahu a'lam

Admin Setetes Embun Bening 




Tidak ada komentar :

Posting Komentar