Sahabat
Setetes Embun Bening yang budiman….Diceritakan dua orang eksekutif sedang
bercakap-cakap di ruang kerja mereka,
salah seorang dari mereka adalah
tamu sebutlah namanya Agus , pada suatu
sore di Bulan Ramadhan, mereka ngabuburit sambil berdiskusi beberapa hal, kira-kira beberapa saat menjelang waktu
berbuka, sang tuan rumah yang bernama Anto memanggil OB bernama Amir , untuk
membelikan makanan di Rumah Makan Padang seberang kantornya, karena waktu
mendesak Pak Anto hanya menanyakan
pesanan sang tamu, sedangkan untuk dirinya dia hanya berkata “ seperti biasa,
sajalah!”. Singkat cerita datanglah pesanan tersebut, “ lho mir… kenapa kamu
tidak belikan makanan kesukaanku?’ Pak Anto bertanya, si Amir menjawab, Bapak
sih mesennya tidak pake otak!!,… Pak Agus kaget Beliau tidak terima temannya di
lecehkan oleh OBnya sendiri,.. seketika dia membentak OB tersebut..”Heh.. kalo
bicara yang sopan dong.. kamu tuh siapa?, yang kamu ajak bicara siapa?, kamu
harus tahu sopan santun”, si OB keheranan dia tidak merasa bersalah, mengapa
kok teman Pak Anto tahu-tahu marah kepadanya, kemudian beberapa hari kemudian
muncullah berita bahwa amir adalah OB yang kurang ajar, dan berani melecehkan
Pak Anto staff yang mempunyai kedudukan tinggi di kantor ini, sehingga Amir di acuhkan
dalam pergaulannya dan mendapat predikat berakhlaq buruk dan tidak disukai oleh
para pimpinan di kantornya,, untung saja Pak Anto mendengar hal ini dan
meluruskan kejadian yang sebenarnya dengan sabar Pak Anto menjelaskan kepada semua orang di kantornya “si Amir itu tidak salah , dia hanya menjawab
pertanyaanku, aku kan Tanya mengapa kamu
tidak belikan makanan kesukaanku, dia menjawab karena aku mesannya tidak pake
otak.. karena memang kesukaanku itu adalah otak, itu loh otak dengan bumbu
kuning khas minang”. Hingga semua paham dan nama baik amir sebagai OB kembali
bersih.
Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kali kita mengalami kesalahan seperti kisah
diatas, kerap kali kita berlaku seperti Agus, tanpa investigasi dan
penyelidikan terhadap sebuah informasi, langsung mengambil kesimpulan, dan
menyebarkannya kepada orang lain, padahal banyak sekali kenyataan yang tidak
sesuai dengan yang kita dengar atau kita lihat, dalam kisah diatas si Agus
sebagai tamu di kantor Pak Anto kawan baiknya,
merasa tersinggung karena kawannya dilecehkan oleh OB di kantornya
sendiri, sebuah kesimpulan atas inforasi yang salah akan sangat berdampak
dahsyat bagi diri kita maupun bagi orang lain, kesimpulan Pak Agus yang salah
atas jawaban OB tadi, apalagi menyebarkan kabar yang tidak benar sangat
merugikan sang OB, padahal kenyataan sebenarnya tidak seperti yang
didengar oleh Pak Agus, untung saja Pak Anto menjelaskan duduk perkaranya.
Sahabat
setetes embun bening… oleh karena itu kita seharusnya tidak menelan bulat-bulat
suatu informasi yang datang kepada kita, harus terlebih dahulu kita teliti
kebenaran informasi tersebut. Jika ternyata berita yang kita dengar adalah
berita bohong, kemudian tanpa
penyelidikan kita mempercayai berita itu, bahkan termasuk orang yang
menyebarkan berita itu maka kita akan mendapat dosa, dan azab Allah SWT, hal
ini tertuang dalam firman Allah SWT dalam Alqur’an Surat Annur ayat 11:
”Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”.
Kejadian
yang mendasari turunnya ayat tersebut adalah beredarnya berita bohong, Berita
bohong ini mengenai istri Rasulullah S.A.W. 'Aisyah R.A. Ummul Mu'minin,
sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti
oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan
antara istri-istri Beliau. Dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan,
mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu
keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia
pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan
bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup.
Setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah
berangkat dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali
menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu
Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut
seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri
Rasul!" 'Aisyah terbangun. Lalu dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai
untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah.
Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing.
Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, maka
fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan
kegoncangan di kalangan kaum muslimin.
Dalam ayat
11 surat Annur tadi jelas Allah SWT berfirman bahwa bagi penyebar berita bohong
akan mendapat dosa yang akan berakibat pada azab Allah SWT, oleh karena itu
kita menghindar dari akhlaq sedemikian, di lain pihak bagi sikorban
sesungguhnya berita bohong itu, baik baginya asalkan ia bersabar dan bertaqwa
kepada Allah SWT dalam mensikapinya.
Amat besar
kebencian Allah SWT terhadap para pendusta, pencela, dan penghasut serta
pengedar berita bohong, kalau saja tidak karena rahmatNYA maka semua pelaku
penyebar berita bohong pasti akan di azab oleh Allah SWT, hal itu ditegas kan
oleh Allah SWT dalam firmanNYA:
“Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di
dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan
kamu tentang berita bohong itu.
“ (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.(QS Annur:14- 15)
Sungguh agung
akhlaq Islam, kita tidak diperbolehkan, menghasut, mencela, dan memfitah,
karena akan berdampak buruk yang sangat dahsyat kepada orang yang kita fitnah
dan pelakunya akan mendapat dosa dan azab Allah SWT,
Sahabat Setetes
Embun Bening yang berbahagia.. dalam era globalisai sekarang ini. Arus
informasi bergerak sangat cepat sekali, suatu kejadian di belahan bumi dapat
dengan cepat menyebar ke belahan bumi yang lain, namun harus diingat tidak
semua dari berita yang disuguhkan oleh media semisal radio, televisi atau media
online, adalah benar, banyak sekali kepentingan-kepentingan di balik berita yang
disiarkan oleh mereka, sekali lagi kehati-hatian kita dalam menyerap informasi
sangat diperlukan, apalagi berita – berita yang datang kepada kita apalagi jika
berita yang menyangkut saudara-saudara kita umat Islam harus kita cermati
betul-betul sebagaimana firman Allah SWT:
“ Mengapa di
waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak
bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:
"Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."(QS Annur: 12), atau
firman Allah berikut:
“Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu
mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita
memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang
besar." (QS Annur:16)
Dalam ayat ini
Allah SWT menyuruh kita beberapa hal yaitu, berhati-hati, teliti, dalam
menerima informasi , selanjutnya adalah mangedepankan husnudzon prasangka tidak
bersalah, terhadap segala sesuatu, dan melarang kita untuk menelan bulat-bulat
info tersebut bahkan menjadi penyebarnya naudzubillahi mindzalik.
Sahabat setetes
embun bening yang berbahagia, ….sering dalam jejaring social seperti facebook, kita
membagi/share suatu berita kepada kawan-kawan kita, atau di twitter kita
mentwitnya untuk kawan-kawan follower kita, setelah kajian ini marilah kita
lebih selektif melakukannya jangan sampai kita termasuk orang –orang yang
dimaksud oleh Allah SWT dalam kalimat terakhir surat Annur ayat 11,
” Dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita
bohong itu baginya azab yang besar”.
karena dengan menshare atau
mentwit berarti kita membantu mereka menyebarkan berita bohong yang merugikan
orang lain, Sungguh celakalah kita jika
kita termasuk dalam golongan mereka
Marilah kita
bersikap hati-hati, dan selektif terhadap berita-berita yang kita terima apalagi
berita seperti tentang saudara – saudara kita di Palestina, atau yang saat ini
sedang gencar di beritakan saudara-saudara kita di Mesir, yang informasinya
banyak diputarbalikan, demi kepentingan tertentu, atau berita dari belahan bumi
yang lain, baik sekala nasional maupun internasional, janganlah kita mencari
informasi dari satu sumber media, tetapi carilah dari beberapa sumber sehingga
kita dapat informasi yang berimbang.
Wallahu a’lam
Sang Penetes
Embun
Tidak ada komentar :
Posting Komentar