Rabu, 17 Juli 2013

PAKDE JANGAN MENYERAH HARAPAN ITU MASIH ADA !!!

PAKDE.. JANGAN MENYERAH HARAPAN ITU MASIH ADA !!!

Hari ini terasa terik menyengat, matahari seakan tak peduli lagi, panasnya terus menusuk daging yang kurus itu sampai ketulang, ia mengeluh, entah sudah berapa keluhan terlontar dari mulutnya yang kering. Pakde Dargo begitulah orang memanggilnya, tubuh separuh bayanya kurus dengan kulit kitam legam, kesehariannya Pakde Dargo adalah seorang buruh BHL (Buruh Harian Lepas) disebuah perkebunan Swasta Besar di daerah Kalimantan Selatan.

“Hhhh…”, keluhan itu terdengar lagi terbayang dalam pelupuk matanya, kondisi keluarga saat ia tinggalkan, hancur lebur tidak menyisakan secuil harapanpun. Masih teringat bentakan penagih hutangnya juragan asep, masih terbayang dipelupuk matanya sepatu sekolah Aldo putra sulungnya yang menganga lebar jika dipakai, juga selalu hadir dalam fikirannya bentakan Kang Jajang mandor semprot yang selalu menganggap pekerjaannya tidak ada benarnya , Terngiang di telinganya rengekan si Astrid putri bungsunya, yang masih lucu-lucunya, jika mengingat itu ingin ia hentikan langkahnya dan kembali ke rumah memeluk, mencium, serta menggendong anak kesayangannya itu, namun apa mau dikata luka hatinya begitu parah, mengalahkan semua itu, luka yang baru saja ditorehkan oleh Sri wanita yang dinikahinya beberapa belas tahun yang lalu, perbedaan usia yang begitu jauh mungkin menjadi penyebab mengapa mereka sering tidak sejalan. Seringkali pertengkaran berawal dari hal yang kecil masalah materi. Ia merasa salah, salah karena tidak mampu membimbing Sri, sikap kekanakannya begitu dominan, sering permintaan Sri akan materi, harta, tak dapat ia penuhi , apalah daya dirinya hanyalah seorang BHL di Perkebunan kelapa sawit, yang memilki penghasilan tak mencukupi untuk memenuhi semua permintaan Sri, juga kebutuhan kedua anaknya, ia merasa kalah pasrah, hingga pada puncaknya adalah saat suatu siang dia memergoki Sri sedang berduaan dengan Kang Jajang mandor semprot.. ya Sri istri yang dicintainya lahir dan batin, telah selingkuh, demi keinginan akan materi..

Langkahnya semakin terseok, bathinya terus saja melontarkan protes kepada Tuhan, “mengapa Dia tidak adil?,”mengapa Tuhan memilih aku tuk lalui semua ini?”, “salah apa aku?”, Dia.. lelaki kurus itu terus saja berjalan semakin terseok dan tanpa tujuan yang pasti. Menurutnya hidup tidak ada gunanya lagi. Semua hancur lebur tidak dapat diperbaiki. Perjalannya sudah melewati 10 meter dari pringgan Blok C2, sebuah blok perkebunan kelapa sawit yang berbatasan langsung dengan stasiun kereta api. Tujuan langkahnya semakin pasti ……Rel Kereta Api…

___oooooooOOOooooooo_____

Semakin pasrah.. membaringkan diri di bantalan rel yang panas, keringat dingin menetes membasahi dagu, pipi, dada.. bahkan sekarang seluruh tubuhnya telah bermandi keringat… lamat-lamat terdengar suara mesin kereta, semakin lama semakin jelas …”Maafkan ayah Aldo, Astrid, maafkan ayahmu yang pecudang ini.. dan kau Sri kau tak kumaafkan sampai aku mati sekalipun… selamat tiiiiinggggaaallll”.

Matanya terpejam jantungnya berdetak kencang sekali, suara mesin kereta semakin kencang memekakkan telinganya.. mendadak.. tubuhnya bagai ditarik suatu kekuatan, dirasakannya tangan kananya ditarik oleh seseorang dan tangan kirinya juga. Ternyata benar dia diselamatkan oleh dua orang, tubuh ketiganya terpental terjerembab di tepian rel yang berumput, sementara kereta berlalu laju tanpa ada yang menghalanginya..

“Astaghfirullah… Pakde Dargo..!!!... apa yang Pakde Lakukan?”, seperti dia kenal betul suara itu,” Pakde sadar Pak, kita masih punya Allah” orang yang kedua ikut bersuara.. betul suara-suara itu tak asing lagi baginya itu adalah suara lembut yang sering mengajar mengaji anaknya Aldo di mushalah perumahan karyawan , itu suara Ustad Ahmad dan Ustad Jaelani.

“Pakde apa yang menyebabkan Bapak berlaku seperti ini? Suara lembut itu terdengar lagi, sementara dirinya tak sanggup untuk menjawab, lidahnya kelu, seluruh persendiannya terasa lunglai mau copot semua. “Pakde, ini jaelani membawa sebotol aqua minum saja dulu, tenangkan diri Pakde.”. entah apa yang ada difikirannya saat itu mendadak kedua tangannya terkembang, dan peluknya erat-erat kedua orang itu, sambil nangis tergugu. “Nak Ustad Ahmad dan Nak Ustad Jaelani saya juga tidak mengerti apa yang telah saya lakukan”. Saya merasa diri saya sudah tidak berguna lagi, tak ada harapan yang dapat menjadi alsan untuk saya tetap hidup”.

“Astaghfirullah Pakde, kita masih punya Allah, tempat kita meminta dan memohon pertolongan”. “Tidak nak Ustad Allah sudah tidak lagi mau mendengarkan saya”. Jika Ia mau mendengar mengapa hidup saya selalu serba kekurangan?”, kemudian diceritakanlah segala beban menghimpit pada kedua ustad itu.

“Pakde ketahuilah bahwa semua kita pasti punya masalah, Pakde…, saya…, ustad Jaelani juga punya masalah, Allah Berfiman Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (QS Al-Baqarah [2]: 155).

“Tapi, betapapun berat bahkan sangat berat cobaan yang kita hadapi, hendaknya kita hadapi dengan sabar”. “Sebab, bersama shalat, sabar adalah senjata kaum beriman dalam menyelesaikan masalah. “Allah juga berfirman Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)… . (QS Al-Baqarah [2]:214). Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (QS Al-Baqarah [2]: 45).

“Yakinlah, Pakde jika kita berusaha mengatasi masalah dengan selalu tetap menjalankan syariat Allah, kita akan dapat mengatasinya. Sebab, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al-Baqarah [2]: 286). Yakinlah, tak akan pernah ada kesulitan yang tak pernah berakhir, sebab, “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah 94: 6)

“Betul nak ustadz saya sangat menyesal” tolong berikan saya pencerahan akan hal ini nak!”. “Syukurlah Pakde yang perlu Pakde lakukan sekarang adalah beristighfar dan berjanji tidak mengulanginya lagi”, “karena menghindari atau lari dari masalah adalah perbuatan yang sama sekali tak beralasan”.”Dan lebih tak beralasan lagi jika mengambil keputusan untuk bunuh diri”. Pakde ingatkan ceramah saya saat kajian minggu lalu “Dan, janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (QS An-Nisaa’ [4]: 29). Dan, janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS Al-Baqarah [2]: 195). “Islam melarang keras bunuh diri. Pelakunya tergolong musyrik dan kekal di neraka. Apapun alasan dan cara membunuh diri (seperti dengan meminum racun, gantung diri, terjun bebas, melukai diri, dan lain-lain) hukumnya adalah haram dan pelakunya akan kekal di dalam neraka”.

“Rasulullah SAW pun mengancamnya dengan adzab di neraka dan kekal di dalamnya, karena hal itu bertentangan dengan wajibnya bersabar ketika tertimpa musibah dan bencana seperti yang telah diperintahkan oleh Allah”.
“Sungguh, pelaku bunuh diri siksaannya sangat pedih. Dari Abu Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW: ”Barang siapa membunuh dirinya dengan besi, maka tangannya akan menusuk-nusukkan besi itu ke perutnya di neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Barang siapa meminum racun untuk membunuh dirinya, maka dia meneguk racun tersebut di neraka jahanam kekal di dalamnya. Dan barang siapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung untuk membunuh dirinya maka dia akan menjatuhkan dirinya di neraka jahanam dan kekal di dalamnya" (HR Bukhari-Muslim).”

Lelaki kurus itu semakin menangis, tergugu, kemudian terisak, lalu dari mulutnya terdengar “Astagfirullah, ya Allah ampuni hambaMu ini yang telah khilaf memilih jalan penyelesaian”, lalu tangisannya membuncah lagi bahkan semakin keras.

“Sudahlah Pakde.. Insya Allah, Allah sudah mendengar dengan jelas penyesalan Pakde.. mari kita pulang kasihankan astrid dan juga Aldo”. Aldo itu anak pintar lo Pakde, bahkan ia murid terpintar di mushalah kita, sekarang dia sudah tidak Iqra lagi, sekarang aldo sudah baca Alqur”an” “Betulkah Nak Ustadz”. “Betul Pakde” “alhamdulillah”, “dan satu lagi pesan saya Pakde rajin-rajinlah mengikuti pegajian pekanan ya.?” “Baik Nak Ustad saya berjanji!”, lalu ketiganya meninggalkan rel kereta itu dengan langkah yang pasti dengan harapan yang pasti dan jelas, semuanya bagi Pakde Dargo begitu indah ia bagai terlahir kembali dan siap menghadapi kehidupan selanjutnya……..

TAMAT


Tidak ada komentar :

Posting Komentar