Rabu, 29 Juli 2009

puisiku lagi

Tangan kecil tak bernyali



Bissmillaahirrahmaanirraahiiim.

Indonesia berduka, sebelah tubuhnya berdarah,
hingga terasa pada seluruh tubuh negeri.

Luka lama yang tersisa, nyaris telah mengering
berdarah lagi,….merah dimana-mana
hentakan bom, rakitan tangan-tangan kecilmu,
terampil..namun
bodoh..
lemah,
takkuasa akan diri

manakala tangan-tangan besar…
berkuasa atas mu..
tak nampak asa tuk melawan..
tangan kecil tak kuasa meninju,..
jangankan itu menamparpun ia tak mau.


Hoh..tangan-tangan kecilmu merayap tanpa kendali
Dengan gerakan liar merangkai berbagai warna
Kabel merah kah
Kabel hitam kah

Dimana nyalimu tuk melawan ..
Manakala tangan besar menuntun tangan kecilmu
Atur baut-baut kematian..
Pasang kabel-kabel pembawa maut
Sesamamu…
Saudaramu..
Atau mungkin
Ibumu..
Kakak perempuanmu
Ayahmu ..
Anakmu..

Dimana fitrah Cinta yang diturunkan olehNYA…
Manakala kau jentikkan pelatuk hitam legam..

Lihat ..
Jika Ibumu, Bapakmu, anak perempuanmu, kakakmu
Terbaring dengan lenguhan panjang tak bertepi,
Atau
Mengesot dengan esotan pedih
Merangkak
terseok seok dengan luka menganga
Di batok kepalanya…
Lihat

Jika anak perempuan bayimu lelap
Dengan lelapan yang tak semestinya
Lebih panjang
Bahkan tuk selamanya….



Abi Faqoya
Mantewe 29-07-09

Terisak dengan isakan entah untuk siapa
pada tragedi jum'at berdarah di mega kuningan
….

========================================================


Ramadhan Terkasih



tiap detik terasa lama,
semakin gelisah menanti dalam rindu
kasihku kan datang,
selaksa syukur,
haru, biru membahana dalam kalbu yang lapang


Bulan terkasih, hadiah dari Sang Maha Kasih
Bulan dengan selaksa dzikir, tahlil, dan tahmid
kuyakin tiap mahluq bersuka
kuyakin tiap mahluq bersyukur
akan karunia yang diberikan Sang Khaliq

kuyakin tiap mahluq bersiap
dengan persiapan terindah, termegah,
persembahan tuk Sang Maha penerima sembah

aku...
masih terpaku
berusaha tuk ikut harmony mereka
Ya..Rabb jangan tinggalkan aku,

raih tubuh ringkih ini dalam kekar perlindunganMU
dekap raga ini dengan rahmahMU
Bawa jiwa ini dalam keredhaanMU

jangan biarkan kami berjalan tak tentu arah
dalam agungnya RamadhanMU...
abi faqoya
mantewe 29-07-09
================================================================
Akulah Rajawali itu

Kepak sayapku tantang luasnya langit
tajam paruhku ancam setiap simpul kedegilan
tajam mataku sibakkan kabut walau berlapis
lantang teriakku pekakkan teliga durjana

kan kulampaui setiap jengkal, dan sudut mayapada,
kutusuk setiap kedegilan, yang tersisa
tatap tajam siapa saja yang berani menatapku.
kanku teriakkan kebenaran menembus gendang telinga sang durjana

sungguh
kucabik dengan kuku cakarku kanvas peradaban yang menggila ini
kuhempas,
kucampak,
kukuliti sampai tinggal tulang yang kering

ya akulah sang rajawali.
mengintai, dengan intaian seribu mata
bisa melihat semua rona mayapada,
yang penuh kedegilan,
kepuraan,
kemunafikan,
keserakahan,
kemaksiatan,

kan kutampar dengan kibasan sayapku
wahai seribu jiwa yang menghamba syahwat, dan nafsu angkara
tunggu saatnya ku datang


Abi Faqoya,
mantewe 07-07-09
===============================================================

6 komentar :

  1. wahai seribu jiwa yang menghamba syahwat, dan nafsu angkara
    tunggu saatnya ku datang
    keren deh..aku suka kang..thanks.

    BalasHapus
  2. penulisan tentang bom kemarin beda dengan yg umum ditulis, salut...
    turut berduka atas musibah ini.

    Marhaban ya Ramadhan....
    aku rindu menunggu kehadiranmu....
    ijinkan aku menikmati Ramadhan di tahun ini dan tahun2 yang akan datang. Amiiinnnn.

    Yang rajawali kok gk mudeng ya, hi hi....


    makasih buat semua puisi indahnya, semuanya keren...
    salam.

    BalasHapus
  3. muak dengan rona mayapada,
    yang penuh kedegilan,
    kepuraan,
    kemunafikan,
    keserakahan,
    kemaksiatan,

    maap pakde..kok kurang sreg aku dengan kata2 itu.....,kita mestinya tahu Allah menciptakan ada siang dan ada malam.., ada baik dan buruk....
    jadi wajar jika ada kemunafikan, keserakahan kemaksiatan, kepuraan, kedekilan......tapi jangan terus di MUAK kan......

    ya akulah sang rajawali.
    mengintai, dengan intaian seribu mata
    Bisa melihat semua rona mayapada,
    yang penuh kedegilan,
    kepuraan,
    kemunafikan,
    keserakahan,
    kemaksiatan,

    bagaimana jika di ganti spt ini pakde......maap hanya saran aja....

    Sukses dan semangat pakde.....bagus banget puisinya....kapan2 sharing neh heheheh

    BalasHapus
  4. Trim..atas komentnya..he..he.. ini hanya puisi spontanitas aja kok, tak terkonsep...

    @ kang bara.. tks..jika suka akan diksi itu..
    @ mbak narti iya mbak puisi tentang bom.. aku hanya merasa kasihan pada pelaku ibarat wayang mau saja di dikte oleh sang dalang.. hingga rela meniadakan perasaan cinta yang dianugrahi oleh Khaliq

    @ mbah poyot waduh pemilihan diksi ini (Muak) kurang pas ya... setelah aku baca-baca lagi memang jadi keliahatan "Angker" dan diksi pilihan mbah sangat tepat kelihatan lebih lembut tanpa mengurangi makna dan pokok pikiran puisi ini..

    BTW tks atas komentar semuanya...and tks 4 sharing..

    BalasHapus
  5. Puisi-puisi yang indah yg pernah aku baca..aku terpesona pak dengan puisi2 anda.Tapi sayang knp saya selalu gagal bila koment disini .Setelah nulis panjang lebar ..eh tahu2nya setelah disumbmit hilang gitu aja..jadi mohon maaf bukan tidak pernah mampir untuk koment pak.Tapi karna itu tadi ..yg ini test semoga berhasil.

    BalasHapus
  6. subhannallah abi faqoya puisinya membuatku merinding bagus banget.bisa belajar dari mbah poyot dan mbah wiwid nih:)

    "af1 br bisa menyapa lagi dari kmrn agak busy mengurus pesta pernikahan adik, smg silaturrahmi tetap terjaga :), syukron tetap setia menyapa diary saya sahabatku ya baik"

    BalasHapus