Rabu, 11 Mei 2011

walau kita terus bermaksiat Allah SWT terus mencucurkan rahmat

Allah SWT membebaskan setiap hambaNYA untuk memilih jalan hidupnya karena telah diilhamkan kepada manusia dua jalan “jalan fujur dan jalan taqwa”, konsekwensi dari kedua jalan itu telah jelas, manusia tinggal memilih sebebas bebasnya , dengan siap menanggung konsekwensi yang terjadi jika dia memilih salah satu dari keduanya.
Namun Allah SWT selalu “Rahman dan rahim”, selalu kasih dan sayang pada manusia, walau begitu kita sebagai manusia masih saja bahkan sering tidak tahu diri, dan lupa akan kasih sayangNYA tersebut dengan selalu bermaksiat dan melanggar aturannya. Kita selalu saja melakukan dosa padahal kasih sayangNYa begitu besar terhadap kita.
Bentuk/perwujudan kasih sayang Allah kepada manusia dalam hubungannya terhadap dosa-dosa dan maksiatnya manusia kepadaNYA yang dapat kita diskusikan yaitu:

1.Dengan kasih sayangNYA Allah SWT memberikan kita Hati

Dengan kasih sayangNYA Allah SWT memberikan sebuah perangkat lunak dalam diri manusia, yaitu hati. Perangkat ini sangat peka terhadap perbuatan dosa, dan penyelewengan yang akan dilakukan oleh manusia. Dengan hati segala bujuk rayu syaithon dapat ditangkal. Karena pentingnya peran hati sehingga Rasulullah SAW pernah bersabda jika kita ingin tahu sebuah perbuatan yang akankita lakukan itu baik atau buruk tanyalah pada hati kita.

Orang banyak menyebutnya dengan istilah hati kecil, atau sering juga disebut hati nurani . penjahat kaliber pun pada kali pertama dia melakukan kejahatan pasti akan ragu-ragu, bahkan walau sudah sering dilakukannya suatu saat akan timbul perasaan bahwa yang diperbuat itu salah, karena hati kecilnya tidak dapat dipungkiri selalu membisikan kebaikan dan melarang perbuatan itu , inilah perwujudan rasa kasih sayang Allah SWT kepada kita, insyaAllah jika kita selalu mendengarkan hati kita, kita akan selamat, namun jika kita menafikannya, tidak mengindahkannya maka mala petaka akan kita dapatkan.

Hati dibaratkan cermin yang bening, jika seseorang tidak mengindahkannya dan melakukan perbuatan dosa sekali saja maka akan terperciklah satu kotoran pada cermin itu, jika melakukan dua kali maka dua percikan di kaca itu, jika masih sedikit akan sangat mudah menghapusnya. Seseorang yang melakukan perbuatan maksiat berulang kali diibaratkan hatinya telah terpenuhi berjuta percikan kotoran dan sangat sulit untuk menghapusnya , pada saat inilah wujud kasih sayang Allah yaitu kepekaan hati akan dicabut, naudzubillah mindzalik.


2. Dengan kasih sayangnya AllahSWT tidak memberikan point kejahatan jika masih diniatkan dalam hati

Dengan kasih sayangNya pula Allah SWT memberikan kita kesempatan, jika kita menuruti suara hati kita dan tidak jadi melakukan suatu maksiat, Allah tidak mencatatnya menjadi satu point dosa, suatu maksiat tidak dicatat oleh Allah SWT jika masih didalam hati dan tidak jadi lakukan, namun sebaliknya Allah SWT memberikan satu point pahala kebaikan walaupun masih terbesit didalam hati, ini merupakan perwujudan kasih sayang Allah SWT kepada kita semua . marilah kita renungkan betapa tidak tahu dirinya kita dihadapan Allah SWT jika kita masih saja sering melakukan maksiat, padahal kasih sayang Allah begitu melimpah bagi kita semua.

3. Dengan kasih sayangNYa Allah SWT memberikan suasana tidak kondusif

Sering kita berniat melakukan penyimpangan, hawa nafsu membisikan kita untuk berlaku menyimpang, dan suara hati kita abaikan, hingga pada suatu titik dimana hanya tinggal selangkah saja kita melakukan penyimpangan tersebut, namun entah kenapa ada saja yang menghalanginya, ternyata Allah SWT dengan Rahman dan rahimnya membuat suasana tidak kondusif untuk kita tidak jadi melakukannya. Seperti misal pada saat kita browsing di internet sewaktu kita membuka hal yang bermanfaat, signal full kegiatan browsing lancar-lancar saja, tetapi ada terbesit dihati tuk membuka situs maksiat, hati kecil menghalangi itu adalah rahmat Allah SWT pertama, kemudian godaan lebih besar sehingga hati terkalahkan, begitu kita akan klik alamat situs tersebut,….ehh….signal lemot, bahkan low signal, dan habis…., jika kita peka, ini merupakan wujud kasih sayang Allah SWT bagi kita, tinggal kita apakah mampu melihat tanda-tanda ini atau tidak. Jika kemudian yang terjadi adalah kita menyudahi kegiatan tersebut,dan berfikir memang tidak diizinkan kita melakukannya maka selamatlah kita, namun jika kita berusaha terus agar niat kita kesampaian, maka Allah akan memberikan kemudahan, dan ini pertanda Allah telah mencabut kasih sayangnya untuk kita.

Suasa tidak kondusif merupakan ciptaan Allah SWT, suatu benteng agar kita tidak melakukan penyelewengan, dan ini juga pernah dialami oleh Rasulullah SAW, pada saat masa remajanya jauh sebelum masa kenabiannya beliau ingin merasakan kejahiliahan anak-anak seusianya, begadang malam dan berhura-hura, dikisahkan Oleh Dr Muhammad Said Ramdhan Al Buthi, dalam bukunya Sirah nabawiyah , aku tidak menghendaki sesuatu , sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para remaja di jaman jahiliyah kecuali dua kali, dan itupun dihalangi oleh Allah SWT. Hari pertama aku titip pesan pada kawanku jagalah kambing ini,aku akan kekota untuk begadang, “baiklah kata kawanku”. Maka jalanlah aku menuju kota mekah sayup-sayup aku mendengar suara nyanyian, dan aku bertanya pada orang yang aku jumpai, apakah itu ? dijawabnya itu adalah pesta. Maka kesanalah aku, dan aku rasakan kantuk yang amat sangat hingga terbangun karena teriknya sinar matahari menerpa wajahku dan aku tidak melihat apa-apa semalam. Pada hari kedua aku mengulangi lagi, kutitipkan pada temanku kambing gembalaanku, dan aku pergi menuju kota mekah kembali, hingga terulang kembali kejadian pada malam sebelumnya, SETELAH ITU AKU TIDAK MENGINGINKAN KEBURUKAN YANG LAIN .

Dapatkah kita peka dengan keadaan sekitar yang tidak konsif untuk kita melakukan kemaksiatan, atau justru kita berusaha keras agar kita mampu melaksanakan kemaksiatan. Pada kasus diatas Rasullullah belum menjadi nabi bahkan beliau tidak pernah berfikir untuk menjadi nabi, tetapi jiwanya peka setelah dua kali berturut-turut tidak kondusif maka dia berkata setelah itu aku tidak menginkan keburukan yang lain. Dapatkah kita berlaku seperti dirinya..?? sering kita berusaha keras untuk melakukan maksiatwalau Allah SWT sudah halangi dan mengenyampingkan wujud kasih sayang ini.

4.Dengan kasih sayangNYA Allah SWT meluaskan pengampunan melebihi nilai kemaksiatan manusia

Sungguh maha Rahman dan Rahimnya Allah SWT, kasing sayangNYa tidak terputus, walaupun manusia sudah tidak memakai hatinya, dan tidak mengindahkan gejala tidak kondusifnya situasi, sehingga seseorang melakukan sebuah kemaksiatan, kasih sayang itu masih ada yaitu ampunanNYA melebihi dari besarnya dosa yang dilakukan oleh manusia, ini merupakan Salah satu wujud kasih sayang Allah SWT kepada kita hambaNYA namun sungguh tidak tahu dirinya kita, dengan keegoisan kita tidak merespon kasih sayangNYA bahkan kita balas dengan berbagai kemaksiatan yang kita lakukan.

Padahal ampunan Allah SWT jika dibandingkan dengan dosa manusia adalah ibarat Laut dan setetes air, hal ini memungkinkan manusia yang telah berbuat dosa besar untuk diampuni, jika dengan taubatan Nasuha, tobat dengan sebenarnya, dan berjanji tidak mengulanginya lagi dikemudian hari.

5.Dengan kasih sayangNYA Allah SWT menutupi dosa hambaNYA

Panas mata pawewet ingin menuliskan bentuk kasih sayang Allah SWT yang lain, terbayang beberapa perbuatan dosa pawewet pada tempo dulu, namun ketika teringat point 4 diatas, terbersit azam untuk memperbaiki diri, karena rahmat Allah SWT begitu luas melebihi dosa-dosa hambaNYA,.. wujud kasih sayang Allah SWT yang lain adalah ditutupnya dosa kita oleh Allah SWT , tidak dibuka kepada siapun, padahal Allah SWT sering memuji nama-nama hambanya dihadapan mahluqnya jika melakukan sebuah kebaikan, seperti jika hambaNYA berkumpul dalam majlis dzikir dan ilmu,maka Allah SWT akan mengagungkan nama-namanya danmemujinya dihadapan mahluqnya penghuni langit dan bumi.

Kenyataan yang terjadi sering kita membanggakan kemaksiatan kita di hadapan manusia, padahal Allah SWT telah menutupnya. Bangga sebagai mantan preman yang insyaf, bangga pernah maksiat ini dan maksiat itu dengan harapan banyak orang yang segan dan hormat kepada kita, sekali lagi padahal Allah SWT telah menutup semua itu.

Sesunguhnya Allah SWT menutup perbuatan maksiat hambaNYA dan menunggu dia bertobat cukup hanya Allah SWT dan pelaku serta malaikat pencatat yang tahu,namun terkadang manusialah yang membukanya dengan membanggakan dihadapan manusia lain.
Tulisan ini semata untuk bahan renungan Pawewet, dan semoga untuk kita semua bahwa ternya Allah SWT terus saja mencucurkan kasih sayangNYA walau kita terus saja membangkang kepadaNYA

Wallahu’alam bishowab
PAWEWET

4 komentar :

  1. subhanallah...sungguh Maha Mulia Engkau ya Allah
    jadi malu sendiri nih

    BalasHapus
  2. terima kasih sharing artikelnya, selalu mengingatkan dalam kebaikan.

    BalasHapus
  3. kenapa kadang masih mengeluh ya? kapan bersyukurnya? padahal nikmat Allah begitu banyak kepada kita.

    BalasHapus
  4. Subhanallah, keterlaluan sekali ya kalau kita jarang bersyukur atas segala nikmat Allah yang telah kita terima...

    BalasHapus