Jumat, 19 Juli 2013

antara aku, Bapakku dan rokok



Sahabat Setetes Embun Bening…. Ini sebagian kisah nyata dalam hidupku…Bapakku Almarhum (semoga Allah SWT memberikan kasih sayang padanya), pada awalnya adalah seorang perokok , kala itu tidak ada hari yang dilaluinya tanpa merokok, masih segar dalam ingatanku setiap Beliau menyelesaikan makan pagi, siang ataupun malam, selalu ditutup dengan hisapan rokok, selalu di suruhnya aku untuk membelikan sebatang rokok ke warung Mpok Rominah dekat rumah kami, kalau tidak ada, disuruhnya aku membeli ke warung yang lebih jauh, misalnya ke warung Pak Haji Masenih, atau ke warung Bude Inem, atau warung lain lain sampai dapat, kala itu rokok masih dapat di beli ketengan perbatang, selalu begitu dari hari ke hari, sehingga membuatku hafal merek rokok kesenangan Bapakku itu, yaitu rokok keretek Minak Djinggo yang bungkusnya berwarna kuning. 

Hingga suatu hari saat aku telah menginjak kalau tidak salah kelas dua SMP, karena aku lupa tepatnya, Beliau menasehatiku, “wid.. kamu jangan merokok karena tidak baik buat kesehatanmu”, padahal saat itu aku masih tidak merokok, mungkin itu adalah nasehat antisipasi, dari seorang Bapak untuk satu-satunya anak laki-laki tercintanya, walau aku sama sekali belum merokok aku protes, saat itu aku merasa tidak adil seorang Bapak yang merokok melarang anaknya merokok, maka aku menjawab”lho.. Bapak aja merokok, barusan tadi habis sarapan pagi wiwid belikan rokok sebatang”, dengan cepat Bapakku menjawab “baik, mulai besok Bapak tidak merokok”, “nah kalo begitu baru adil Pak, wiwid nggak akan merokok, janji deh!”, lagian emang ampe sekarang wiwid belum pernah ngerokok kok Pak!”.

Sahabat Setetes Embun Bening yang berbahagia…. Sejak saat itu tidak pernah lagi kulihat Bapaku merokok didepanku,   mengingat rokok sudah menjadi bagian hidup Bapakku, aku tak yakin Beliau sanggup meninggalkan rokok secepat itu, dan kehawatiranku terbukti, tak sengaja aku membuka beberapa laci meja ternyata aku menemukan Rokok Minak Djinggo bukan hanya satu bungkus, tetapi satu slop, aku bergumam nanti kalau ada kesempatan akan aku tanyakan pada Bapakku. Kesempatan itu datang “Pak, katanya Bapak berhenti merokok, tapi itu ada rokok satu slop rokok siapa?” tanyaku sekenanya, Bapak nggak bisa jawab diam beberapa saat, sampai akhirnya “ iya Wid Bapak ngaku, kan perlu proses buat berhenti”, “iya sih Pak, tapi kemarin Bapak bilang mantep bener besok mau berenti ngerokok.” Ya udah wid gini aja Bapak habisin yang ada ini dulu ya.. terus setelah itu dan seterusnya Bapak janji tidak akan merokok lagi”.  Itulah hebatnya Bapakku sejak saat itu tidak pernah lagi aku lihat Beliau merokok, atau ada stock rokok yang Beliau sembunyikan,… dan berkat jasa Bapakku itulah hingga saat ini aku tidak pernah merokok, terimakasih Bapak….

Sahabat Setetes Embun Bening yang berbahagia… di cerita itu aku kisahkan keberhasilan Bapakku membuat aku tidak merokok, tanpa bermaksud membanggakan Bapakku, karena tanpa harus berkisah inipun aku sudah bangga terhadap Beliau,  ada beberapa hikmah dari kisah tersebut, ada pelajaran yang dapat kita petik, salah satunya adalah tindakan pencegahan, atau antisipasi,  

 Beliau melihat bahwa masa-masa itu sekitar kelas dua SMP adalah masa yang sangat rawan, dimana aku masih mencari jati diri, masa yang sangat rentan pengaruh lingkungan di luar rumah, entah itu kawan sepermainan sekitar kampungku, atau kawan sekolahku, ini adalah tindakan antispasi. Berapa banyak para orang tua yang terperangah ketika di hadapkan pada persoalan kehidupan anak remajanya, yang sudah terlanjur terjadi, seperti terlanjur bergelut dengan narkoba, miras, atau sex bebas. Mereka terkejut, merasa kecolongan, anaknya yang masih dirasa sebagai anak kecilnya yang manis ternyata sudah terlalu jauh melenceng keluar dari harapannya,  oleh karena itu sesibuk apapun kita coba luangkan waktu kita walau sedikit untuk berinteraksi dengan mereka, walau hanya sekedar bermain, atau bercanda karena disana ada jalinan psikologis yang begitu kuat. Seorang anak yang sering berinteraksi dengan Bapak atau Ibunya, akan lebih mudah diatur dari pada yang jarang sekali berinteraksi, karena dengan sering berinteraksi tersusun jalinan perasaan sayang antar keduanya, dan ikatan batin yang erat. 

Dengan sering berinteraksi kita juga dapat melihat setiap tahap dan fase dari kehidupannya, seperti Bapakku pada kisah diatas pada fase itu, Beliau sudah dapat membayangkan apa yang bakal terjadi dan bagaimana beliau mengantisipasinya.

Hikmah selanjutnya adalah, pentingnya nasehat sebelum datangnya warning, apalagi hukuman. Warning (peringatan), seharusnya tidak perlu dikeluarkan, apalagi hukuman, bila nasehat sudah efektif.  Maka Beliau gencar menyampaikan nasehatnya untuk setiap sisi kehidupan remajaku, bukan hanya masalah rokok, juga permasalahan yang lain seperti masalah pelajaran dikelas, sampai masalah ehmm…asmara cinta monyetku,…sebab dengan bersusah payah menyampaikan nasehat, maka selanjutnya tidak perlu lagi mengeluarkan peringatan apalagi hukuman.    Maka jika kita lemah dalam memberi nasehat bersiap-siaplah memikirkan beberapa warning bahkan hukuman.  Dalam kasus diatas Bapakku tidak perlu repot-repot memikirkan peringatan, apalagi hukuman padaku, karena memang kurasakan sangat gencar sekali memberikan nasehat kepadaku.

Selanjutnya adalah, ternyata tindakan pemberian contoh kongkrit yang dapat langsung dilihat oleh anak, lebih efektif dari pada nasehat, atau peringatan, ketauladanan orang tua ternyata berpengaruh dahsyat, kepada anak-anaknya, pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari, sangat tepat untuk menggambarkan hal ini, sebab orang tua adalah figure cenral di keluarga bagi sang anak, oleh karena itu jangan mengharapkan anak kita menjadi baik jika dalam keseharian kita mencontohkan hal sebaliknya. 

Jangan mengharapkan anak kita melakukan shalat kalau kita dilihatnya tidak pernah sholat, seperti kisah Bapakku tadi, Beliau berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya berhenti merokok, demi aku anak lelakinya untuk tidak merokok, mungkin aku akan bandel, ngeyel, membantah, jika kulihat Bapakku masih saja terus merokok, mungkin saat ini aku menjadi pecandu rokok yang berat. Tetapi keputusan yang tepat telah diambil oleh Beliau, walau penuh pengorbanan, sebab tauladan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang sang anak.

Salah satu penyebab dan berbagai penyebab kenakalan dan kemerosotan moral remaja adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap mereka, jika suasana rumah tidak menyenangkan hati mereka, tidak ada kehangatan dalam hubungan dengan kedua orangtuanya, tidak pernah ada nasehat, dan arahan, maka mereka akan mencari itu semua di luar rumah. Sangat berbahaya, sebab tidak semua komunitas di luar rumah positif bagi tumbuh kembang mereka. 

So.. setelah kajian ini marilah kita introspeksi apakah selama ini kita sudah menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita, apakah interaksi kita dengan anak-anak kita berjalan normal dan harmonis, apakah sikap anak-anak kita sama antara didalam rumah dengan di luar rumah, jangan sampai kita terperanjat ketika mendapatkan anak-anak kita yang sangat manis didalam rumah ternyata berperangai dan berakhlaq sangat buruk di luar rumah.

Wallahu a’lam
Admin Setetes Embun Bening

Tidak ada komentar :

Posting Komentar