Sahabat Setetes Embun Bening…. Ini sebagian kisah nyata
dalam hidupku…Bapakku Almarhum (semoga Allah SWT memberikan kasih sayang
padanya), pada awalnya adalah seorang perokok , kala itu tidak ada hari yang
dilaluinya tanpa merokok, masih segar dalam ingatanku setiap Beliau
menyelesaikan makan pagi, siang ataupun malam, selalu ditutup dengan hisapan
rokok, selalu di suruhnya aku untuk membelikan sebatang rokok ke warung Mpok
Rominah dekat rumah kami, kalau tidak ada, disuruhnya aku membeli ke warung yang
lebih jauh, misalnya ke warung Pak Haji Masenih, atau ke warung Bude Inem, atau
warung lain lain sampai dapat, kala itu rokok masih dapat di beli ketengan
perbatang, selalu begitu dari hari ke hari, sehingga membuatku hafal merek
rokok kesenangan Bapakku itu, yaitu rokok keretek Minak Djinggo yang bungkusnya
berwarna kuning.
Hingga suatu hari saat aku telah menginjak kalau tidak salah
kelas dua SMP, karena aku lupa tepatnya, Beliau menasehatiku, “wid.. kamu
jangan merokok karena tidak baik buat kesehatanmu”, padahal saat itu aku masih
tidak merokok, mungkin itu adalah nasehat antisipasi, dari seorang Bapak untuk
satu-satunya anak laki-laki tercintanya, walau aku sama sekali belum merokok
aku protes, saat itu aku merasa tidak adil seorang Bapak yang merokok melarang
anaknya merokok, maka aku menjawab”lho.. Bapak aja merokok, barusan tadi habis
sarapan pagi wiwid belikan rokok sebatang”, dengan cepat Bapakku menjawab “baik,
mulai besok Bapak tidak merokok”, “nah kalo begitu baru adil Pak, wiwid nggak
akan merokok, janji deh!”, lagian emang ampe sekarang wiwid belum pernah
ngerokok kok Pak!”.
Sahabat Setetes Embun Bening yang berbahagia…. Sejak saat
itu tidak pernah lagi kulihat Bapaku merokok didepanku, mengingat rokok sudah menjadi bagian hidup
Bapakku, aku tak yakin Beliau sanggup meninggalkan rokok secepat itu, dan
kehawatiranku terbukti, tak sengaja aku membuka beberapa laci meja ternyata aku
menemukan Rokok Minak Djinggo bukan hanya satu bungkus, tetapi satu slop, aku
bergumam nanti kalau ada kesempatan akan aku tanyakan pada Bapakku. Kesempatan
itu datang “Pak, katanya Bapak berhenti merokok, tapi itu ada rokok satu slop
rokok siapa?” tanyaku sekenanya, Bapak nggak bisa jawab diam beberapa saat,
sampai akhirnya “ iya Wid Bapak ngaku, kan perlu proses buat berhenti”, “iya
sih Pak, tapi kemarin Bapak bilang mantep bener besok mau berenti ngerokok.” Ya
udah wid gini aja Bapak habisin yang ada ini dulu ya.. terus setelah itu dan
seterusnya Bapak janji tidak akan merokok lagi”. Itulah hebatnya Bapakku sejak saat itu tidak
pernah lagi aku lihat Beliau merokok, atau ada stock rokok yang Beliau
sembunyikan,… dan berkat jasa Bapakku itulah hingga saat ini aku tidak pernah
merokok, terimakasih Bapak….
Sahabat Setetes Embun Bening yang berbahagia… di cerita itu
aku kisahkan keberhasilan Bapakku membuat aku tidak merokok, tanpa bermaksud
membanggakan Bapakku, karena tanpa harus berkisah inipun aku sudah bangga
terhadap Beliau, ada beberapa hikmah
dari kisah tersebut, ada pelajaran yang dapat kita petik, salah satunya adalah
tindakan pencegahan, atau antisipasi,
Beliau melihat bahwa
masa-masa itu sekitar kelas dua SMP adalah masa yang sangat rawan, dimana aku
masih mencari jati diri, masa yang sangat rentan pengaruh lingkungan di luar
rumah, entah itu kawan sepermainan sekitar kampungku, atau kawan sekolahku, ini
adalah tindakan antispasi. Berapa banyak para orang tua yang terperangah ketika
di hadapkan pada persoalan kehidupan anak remajanya, yang sudah terlanjur
terjadi, seperti terlanjur bergelut dengan narkoba, miras, atau sex bebas.
Mereka terkejut, merasa kecolongan, anaknya yang masih dirasa sebagai anak
kecilnya yang manis ternyata sudah terlalu jauh melenceng keluar dari
harapannya, oleh karena itu sesibuk
apapun kita coba luangkan waktu kita walau sedikit untuk berinteraksi dengan
mereka, walau hanya sekedar bermain, atau bercanda karena disana ada jalinan
psikologis yang begitu kuat. Seorang anak yang sering berinteraksi dengan Bapak
atau Ibunya, akan lebih mudah diatur dari pada yang jarang sekali berinteraksi,
karena dengan sering berinteraksi tersusun jalinan perasaan sayang antar
keduanya, dan ikatan batin yang erat.
Dengan sering berinteraksi kita juga dapat melihat setiap
tahap dan fase dari kehidupannya, seperti Bapakku pada kisah diatas pada fase itu,
Beliau sudah dapat membayangkan apa yang bakal terjadi dan bagaimana beliau
mengantisipasinya.
Hikmah selanjutnya adalah, pentingnya nasehat sebelum datangnya
warning, apalagi hukuman. Warning (peringatan), seharusnya tidak perlu
dikeluarkan, apalagi hukuman, bila nasehat sudah efektif. Maka Beliau gencar menyampaikan nasehatnya
untuk setiap sisi kehidupan remajaku, bukan hanya masalah rokok, juga
permasalahan yang lain seperti masalah pelajaran dikelas, sampai masalah
ehmm…asmara cinta monyetku,…sebab dengan bersusah payah menyampaikan nasehat,
maka selanjutnya tidak perlu lagi mengeluarkan peringatan apalagi hukuman. Maka jika kita lemah dalam memberi nasehat
bersiap-siaplah memikirkan beberapa warning bahkan hukuman. Dalam kasus diatas Bapakku tidak perlu
repot-repot memikirkan peringatan, apalagi hukuman padaku, karena memang
kurasakan sangat gencar sekali memberikan nasehat kepadaku.
Selanjutnya adalah, ternyata tindakan pemberian contoh
kongkrit yang dapat langsung dilihat oleh anak, lebih efektif dari pada
nasehat, atau peringatan, ketauladanan orang tua ternyata berpengaruh dahsyat,
kepada anak-anaknya, pepatah guru kencing berdiri murid kencing berlari, sangat
tepat untuk menggambarkan hal ini, sebab orang tua adalah figure cenral di
keluarga bagi sang anak, oleh karena itu jangan mengharapkan anak kita menjadi
baik jika dalam keseharian kita mencontohkan hal sebaliknya.
Jangan mengharapkan anak kita melakukan shalat kalau kita
dilihatnya tidak pernah sholat, seperti kisah Bapakku tadi, Beliau berani
mengambil keputusan besar dalam hidupnya berhenti merokok, demi aku anak lelakinya
untuk tidak merokok, mungkin aku akan bandel, ngeyel, membantah, jika kulihat
Bapakku masih saja terus merokok, mungkin saat ini aku menjadi pecandu rokok
yang berat. Tetapi keputusan yang tepat telah diambil oleh Beliau, walau penuh
pengorbanan, sebab tauladan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang sang anak.
Salah satu penyebab dan berbagai penyebab kenakalan dan
kemerosotan moral remaja adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap mereka,
jika suasana rumah tidak menyenangkan hati mereka, tidak ada kehangatan dalam
hubungan dengan kedua orangtuanya, tidak pernah ada nasehat, dan arahan, maka
mereka akan mencari itu semua di luar rumah. Sangat berbahaya, sebab tidak
semua komunitas di luar rumah positif bagi tumbuh kembang mereka.
So.. setelah kajian ini marilah kita introspeksi apakah
selama ini kita sudah menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita, apakah
interaksi kita dengan anak-anak kita berjalan normal dan harmonis, apakah sikap
anak-anak kita sama antara didalam rumah dengan di luar rumah, jangan sampai
kita terperanjat ketika mendapatkan anak-anak kita yang sangat manis didalam
rumah ternyata berperangai dan berakhlaq sangat buruk di luar rumah.
Wallahu a’lam
Admin Setetes Embun Bening
Tidak ada komentar :
Posting Komentar