Kamis, 29 Agustus 2013

Kupu-kupu kristal kampus



“hey.. lari kemana kau… ayoo kejar..kejar..”, Aku terus saja berlari, sementara beberapa orang petugas trantib satpol  PP masih saja mengejarku, hari telah hampir pagi, suasana jalan setapak kulalui yang tadinya sepi berubah menjadi ramai, karena suasana kejar-kejaran antara aku dan para petugas itu, tujuanku hanya satu  yaitu musholah Al- hijrah,  karena rute itulah yang paling aman bagiku, disamping musholah ada lorong gang yang gelap dan tembus ke belakang musholah, lalu lorong itu akan menuju samping kos-kosanku, entah mengapa biasanya jika sudah sampai depan musholah saja, para petugas satpol PP itu tidak akan meneruskan pengejaran mereka, mungkin  mereka pikir, tidak mungkin aku berlari kearah sini, kedepan musholah yang begitu suci untuk diriku yang sekotor ini,

“assalamu’alaikum”. teriakku sambil mengetuk pintu kamar kos dengan keras, sudah hampir lima kali aku teriak dan menggedor-gedor pintu, tetapi tidak ada jawaban satu pun, aku mulai khawatir jangan-jangan para petugas itu masih mengejarku hingga sampai didepan kamar kosku ini, “wa’alaikum salam”, “Ahh akhirnya”. gumamku, “lu itu cha.. kalo tidur kayak orang mati aja, ampe capek tau nggak gue teriak-teriak, untung nggak ada yang bangun tuh para tetangga”, begitu pintu dibuka aku langsung  nyerocos  memarahi icha teman sekamarku, yang dimarahi malah acuh saja sambil ngeloyor kembali kekasur dan memeluk bantalnya, “ichaaaaa…!!!!, kutarik bantalnya dan kupukulkan kearah tubuh mungil teman sekamarku itu,.” Ahh embak aku ngantuk nih,.. salah sendiri embak pulang jam segini, kalau pulang tuh nanti aja jam tujuh atau jam delapan, jadi nggak usah ngegedor pintu, kita udah bangun semua githu!” jawab Icha dengan muka yang sok dibuat imut, “nggak sempet lagi cha, buat pulang jam segitu, soalnya gue lagi dikejar-kejar musuh kita, tuh petugas trantib”, “yaelah..mbak…mbak.. timbang petugas trantib aja kan udah biasa kita ngadepin, lari aja ketempat sepi kalu dikejar satu orang kedipin aja pasti nurut, trantib kan juga manusia, punya nafsu..ha..ha..ha, “husy,, kamu tuh kapan sih seriusnya.

Memang betul apa kata icha, teriakan, makian, satpol PP dan kejar-kejaran dengan mereka memang bukan hal yang baru bagi  kami, yang berprofesi sebagai penjaja seks, apalagi dalam suasana sepi sekarang ini, dimana aku terpaksa turun kejalan, pasaran yang berkelas sedang sepi karena akhir –akhir ini para pejabat, dan orang-orang terpandang, tidak banyak memesan kami sebagai gratifikasi, karena sudah beberapa kasus terbongkarnya gratifikasi dikalangan mereka, oleh KPK, ditambah lagi saat ini adalah tahun politik, dimana mereka sedang giat giatnya menjaga citra mereka sebagai tokoh dan orang terpandang yang layak dipilih oleh masyarakat..”cueeh.. jika aku lihat wajah mereka ditelevisi ingin aku meludahi mereka,  karena beberapa dari mereka yang bicara soal moral, omong budi pekerti, adalah pelangganku, aku yang tahu siapa sebenarnya mereka, “ya.. akhir-akhir ini pesanan berkelas sangat sepi, padahal kebutuhan hidupku tak bisa kukurangi, aku harus bayar kuliah, harus bayar rekening listrik kosku, juga kirim ke kampung untuk biaya sekolah adikku.  “eit.. ngelamun ya”, suara icha mengagetkanku, “makanya Mbak ike.. jangan sering-sering turun kejalan, kayak gue nih, cukup di hotel, café, dan tempat mejeng yang bergengsi, malu lagi mbak kalu kepergok temen kuliah, apalagi dosen hiyy”, “ gue sebenernya juga terpaksa cha, habis mao gimana lagi, tuntuan hidup makin banyak, pesanan kelas kakap lagi sepi, yahh terpaksa lah”, “alaaahhhh emang mbak seneng aja kejalan , hayooo ada satpol PP yang ganteng ya?, “ichaaa!!!!!!”.

-----ooo0ooo----

Cuaca pagi  ini sangat dingin, apalagi jalan disekitar kampusku, dengan malas dan santai aku berjalan gontai setelah turun  berdesakkan dalam bus kota yang padat penumpang, kutelusuri terotoar depan gerbang kampusku, “assalamu’alaikum”, “wa’alaikum salam “, jawabku, ternyata erma yang menegurku, gadis berjilbab lebar itu mengenakan jilbab warna biru terang, dengan baju terusan berwarna biru lebih gelap, serasi sekali dengan raut wajah cantiknya, “kok jalan sambil ngelamun mbak ike ?”, “eh ini, lebih tepatnya sambil kedinginan”, jawabku berusaha mencairkan suasana,” iya ya mbak pagi ini sangat dingin ya” ia berkata lagi, “karena kemarin semalaman hujan ma” jawabku sekenanya, “betul mbak di sekitar kosku juga begitu”, entah mengapa aku merasa tenang jika berhadapan dengan Erma, padahal selama ini aku paling tidak nyaman jika berdekatan dengan gadis type seperti dia, dengan busana muslimah dan jilbab yang lebar, mungkin ini karena sikap erma kepadaku, yang sangat berbeda dengan kawan-kawan yang setipe dengannya, kalau yang lain aku merasa dipandang kotor, atau najis oleh mereka mungkin karena aku sering sekali ke kampus dengan pakaian yang ketat dan seksi. Sangat berbeda dengan erma dia seperti mengerti akan perasaanku dia selalu menghargaiku, sehingga aku merasa nyaman jika berbicara dengannya

Dalam hati kecilku aku ingin sekali seperti erma, cantik, pitar, dan alim, sebuah type yang sangat sempurna dimataku, tapi… apakah mungkin, aku yang keseharianku selalu bergumul dengan dosa, adakah tempat untuk orang sepertiku?, hhh.. hati yang terdalam aku sering menangis, apalagi saat seperti ini saat berdekatan dan berbicara dengan Erma, ingin sekali aku seperti dia, tapi apa dayaku semua sudah terlanjur, apa yang terjadi terjadilah, yang kutahu Tuhan penyayang hambaNYA, memang terasa perih dihati.. sebuah keterlanjuran aku harus memenuhi kebutuhan kuliahku, kebutuhan biaya sekolah adikku, bahkan biaya Ibuku di kampung, jika memikirkan itu kepalaku hampir pecah rasanya.. yahh.. sudahlah… “kamu tuh ya.. kalu diajak ngomong.. seperti pikiranmu jauhhhh sekai sih mbak.. ada apasih”, kata-kata erma mengagetkanku..”eh..hmm eh.. nggak ..ngak apa-apa kok ma”, aku mencoba tersenyum padahal rasa perih dihati semakin hebat,.

 “eh mbak nanti siang selepas kuliah temanin aku yuk!”, “kemana ma”,”ke toko buku”, “toko buku yang mana ma?”, “ disana mbak, dikawasan karet, itu toko buku langgananku”, “ya.. deh.. tapi sekitar jam 3 sore ya, karena aku ada kuliah dasar-dasar ilmu ekonomi”, “ok, mbak.. daaa.. assalamu’alaikum”, entah mengapa aku tak sanggup menolak ajakannya, anak itu begitu ku suka,

Waktu menunjukkan jam 2.45 wib sebentar lagi kelas yang membosankan ini akan selesai, aku teringat janjiku pada Erma, “kriing…kriingg.. samsungku bergetar karena aku stetting silent, sebab saat ini dalam kelas.. ternyata tante lidya yang telpon, dengan berbisik aku menjawab “Halo tan.” Halo ike.. lagi kuliahya?”, iya tan.. ada apa tan..?”, “ ini biasa ada order.. kamu besok sore sekitar pukul empat kehotel muliya ya,” disana sudah ada bang evan, nanti dia yang ngenalin kamu sama pasien kamu, jangan sia-siakan ke.. yang ini kelas kakap, pasti kamu kaget, orangnya biasa muncul di TV?, “iya tan, terimakasih tan”, hhh,,, sampai kapan aku seperti ini, “yah,, saudara-saudara sekalian, kuliah selesai, minggu depan kita akan masuk pada bahasan selanjutnya yaitu bagaimana  cara pasar mengantisipasi gejojak demand secara mikro”, suara Pak Jaya mengagetkanku, sejurus kemudian suasana ramai oleh mahasiswa yang beranjak pergi meninggalkan kelas,  

Suasana toko buku sangat ramai, aku memenuhi janjiku pada erma mengantarnya ketoko buku, ternyata yang dituju adalah sebuah toko buku islami di bilangan karet, kesan pertama aku memasuki toko itu begitu adem, nyaman, dan rapi, semua buku-buku yang terjejer di rak-raknya adalah buku-buku islam, ada sebagian pernak-pernik islami, kaset-kaset, serta aksesoris-aksesoris, suasananya begitu menyenangkan, belum pernah aku merasakan suasana toko buku senyaman ini, namun satu yang membuatku risih adalah penampilanku sendiri, penampilanku yang lain dari pada yang lain, aku bercelana panjang jeans ketat, dan tshirt, sedang kulihat semua wanita yang ada di toko buku ini berjilbab, selintas beberapa kali kuperhatikan wajah-wajah mereka begitu melihat penampilanku, sejenak akan kaku bahkan ada yang mengernyitkan dahi, namun setelah itu senyum hangat mereka terkembang seakan menyambutku,  bahkan setelah itu sikapnya sangat ramah terhadapku, aku tak menyangka ternyata para jilbaber yang dalam imageku adalah orang-orang kaku, dan sok alim, serta selalu menjaga jarak dengan orang sepertiku, ternyata mereka sangat ramah, dan begitu asyik untuk diajak ngobrol, hal ini mematahkan pandangan negatifku terhadap mereka.

“Mbak sini.. !”, erma memanggilku, “sini mbak aku mau beli gantungan kunci yang bagus yang mana ya..?, ‘hmm ada dua mbak yang aku suka ini tulisannya be a good muslimah..”, erma menyodorkan sebuah gantungan kunci, dan sebuah lagi yang betulisan “Hare gene masih suke maksiat, ape kate dunie..??”, “ yang ini aja ma”, kataku sambil menunjuk pada gantungan kunci yang kedua..”kenapa itu mbak?”,”yah, kata-katanya gaul aja”, “gitu ya.., iya deh aku ambil dua”, “kok dua ma?” tanyaku, “iya..yang satu buat mbak”, “gak usah ma, gak usah, aku mencoba menolak, aku berfikir panjang, jika gantungan kunci itu tergantung di kunciku atau di tasku,… aku malu,  malu pada diriku sendiri, aku yang keseharianya selalu begelimang dengan maksiat, bekerja dengan melayani lelaki hidung belang, memiliki gantungan kunci dengan tulisan seperti itu, “nggak ah ma.. aku nggak mau”, aku mencoba menolak lagi, “udah mbak ambil aja, kan bagus untuk di gantung di tas mbak itu, warnanya juga matching kok”, ujar Erma dengan mimik memelas, kalo sudah begini aku tak tega lagi untuk mengatakan tidak,

-----ooo0ooo-----

Ruang loby hotel mulia terlihat sepi, maklum hotel ini adalah hotel berkelas di kota Jakarta, jadi tidak sembarang orang yang menginap di sini, aku menepati janjiku dengan tante lidya,” mana nih bang evan , katanya dia sudah standby di sini”,gumamku, “ke..ike sini”, itu suara bang evan memanggil namaku, bang evant adalah penghubung antara aku tante lidya dan pelangganku, karena bang evant memiliki banyak sekali relasi kalangan bos-bos, dan pejabat Negara, ya semacam broker proyek-proyek lah, mungkin untuk menggolkan sebuah proyek maka ada gratifikasi, begitulah..kalau tidak begitu mungkin bukan Indonesia namanya, “gimana bang mana orangnya?, tarifnya ok kan?”, “tenang aja lu ke, gua udah atur semua”, kata bang evan seraya matanya melirik pada gantungan kunci yang kemarin sore dibelikan oleh Erma, Astaga.. aku lupa gantungan kunci itu masih tergantung di tasku, kemudian kugeser tasku hingga gantungan itu tak terlihat lagi olehnya,  “lu di bayar 25 juta, ok kan?”,” yang bener bang, jangan kayak tempo hari bayaran gue lu tilep kan, sebenernya bukan 15 juta kan, hayoo ngaku, gue dapet info dari icha, katanya proyeknya aja milyaran rupiah, masa bayar buat gratifikasi cuman 15 juta”, “ude deh.. yang lalu jangan diungkit lagi, yang ini bener emang bayaran lu 25 juta ntar lu ambil langsung ame orangnye, noh ude nunggu di muka recepsionist”, “astaga”,  pekikku, “kenape ke.?”, “enggak bang nggak kenape nape, cuman mau tanya aja nggak ada yang mudaan dikit apa?”, terlihat oleh ku orang yang disana adalah salah satu pejabat terkenal negeri ini, umurnya sudah setengah baya bahkan pantas menjadi Bapakku, orng itu selalu tampil kebapaan, dan terkesan santun dalam setiap kemunculannya dimedia televisi,  tapi peduli amat aku perlu uang, titik.

Jam diniding menunjukkan pukul setengah lima sore, suasana kamar sepi hanya kami berdua, ya hanya aku dan bandot tua itu, “Pak saya izin ke kamar mandi dulu ya”, kataku seraya membuka tasku mencari parfum, dan kosmetiku, tapi mendadak darahku seperti berdenyut, hatiku sangat resah dan takut, karena dalam tasku tersembul gantungan kunci yang dibelikan, oleh erma, “HARE GENE MASIH SUKE MAKSIAT,…. APE KATE DUNIE”,…. Kata-kata itu seakan tertuju padaku, bagai anak panah yang melesat kencang tepat mengenai ulu hatiku, sehingga membuatku sesak, bagai palu godam puluhan ton menohok relung hatiku terdalam, “astaghfirullah”, gumamku, baru kali ini aku beristihgfar, ya kata istighfar itu sepertinya telah dihapus dari memori otakku, namun kali ini muncul kembali, “astaghfirulllah, ya Tuhan,.. apa yang harus aku perbuat,..

Aku bergegas lepaskan gantungan kunci itu dari tasku, ku genggam dan berlari kedalam kamar mandi, si bandot tua itu hanya melirik keheranan, dalam kamar mandi aku menangis sejadi-jadinya dengan gantungan kunci, dalam pelukanku, aku baca kembali tulisan itu HARE GENE MASIH SUKE MAKSIAT,…. APE KATE DUNIE, astaghfirullah…astaghfirullah, ya Allah ampunilah aku,, apa yang aku perbuat selama ini… aku menangis lagi, hingga aku jatuh jatuh terduduk di bawah shower yang menyala deras, “Ya..Rabb ampunilah aku… ampunilah aku,..

Hampir 10 menit aku gamang di kamar mandi, aku harus kuat, aku harus berhenti, aku harus bilang pada Bapak itu bahwa aku berhenti, dan uangnya akan aku kembalikan, aku harus kuat,.. setelah mengeringkan tubuhku, aku keluar dari kamar mandi, “Pak saya mohon maaf, tidak dapat meneruskannya sekarang, ini uang saya kembalikan, saya harus pergi sekarang”, “kenapa Ke,” jawabnya, “saya ada urusan yang sangat penting saat ini, saya harap Bapak mengerti”,”ok tak apa-apa, hati-hatilah kau dijalan”, Alhamdulillah Allah SWT memudahkan urusanku yang satu ini, biasanya jika dibatalkan sepihak, pelanggan akan marah besar dan meminta dua kali lipat bayarannya, tetapi kali ini tidak, apakah Allah memudahkan jalanku untuk mendapat hidayahNYA?, semoga ini pertanda baik.

-----ooo0ooo-----

Aku berjalan gontai, menusuri jalan di depan hotel mulia, Bang evan sudah tidak tampak diruang lobi mungkin dia sudah pulang, atau sedang menuju tempat yang menyajikan suasana dugem seperti kebiasaannya setelah menerima uang makelar proyeknya, aku bingung, bimbang kemana arah tujuanku, beberapa kali samsungku berdering tante lidya menelponku, mungkin sudah tujuh kali HPku itu berdering paling-paling mau menanyakan tentang pembatalan orderku, yang berarti hilang keuntungan untuknya, aku sudah tidak menghiraukan dia lagi, rasanya aku juga sudah tidak ingin lagi kembali ke kost ku, sekamar dengan Icha, teman satu profesiku itu, aku ingin keluar dari dunia malam,  aku ingin meninggalkan semuanya, aku ingin seperti erma, ya erma… betul erma aku harus kesana , kubulatkan niatku sore ini kekost erma saja, sejenak aku berhenti disebuah jembatan, ya.. aku harus membuang jauh-jauh HPku ini, yang didalamnya banyak sekali kenangan hitam yang akan kuakhiri, maka maka plash… HP Samsung android seri terbaruku, aku lepas dari tanganku, aku melemparnya sekuat tenagaku, dan kemudian plung…. tercempulng kearus sungai yang deras.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib, saat aku tiba di depan rumah kost erma, dipintunya tertulis Ucapkan salam sebalum masuk dengan tulisan terukir pada kayu semacam kayu jati, tulisan yang indah, “assalamu’alaikum, assalamu alaikum” beberapa kali aku mengucapkan salam, aku melihat beberapa pasang sepatu dan sandal berjejer rapi dimuka kost erma, berarti ada orang didalam bahkan banyak, “Assalamu’alaikum”, teriakku sekali lagi, “wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh”, Alhamdulillah akhirnya dijawab juga, dan pintupun terkuak, dan Nampak senyum manis khas erma menyambutku, “wah mbak Ike, silahkan mbak, tumben bertamu ke kostku ada kabar apa nih?”, “nggak ma aku mau berkunjung aja, dan sekaligus menginap di sini boleh nggak?”, “wah boleh aja mbak, silahkan-silahkan masuk mbak!”,  aku melangkahkan kakiku memasuki ruangan kost erma, Nampak olehku beberapa orang teman erma sedang berkumpul diruang tamu,”wah ada tamu ya”, “ iya nih mbak, tapi enggak apa-apa kok, biasa kami sedang berkumpul mengadakan kajian dan diskusi rutin pekanan”, “wah aku jadi nggak enak nih mengganggu”, “enggak kok mbak mbak boleh ikut, atau mbak istirahat aja dulu di kamarku”,” ok deh aku istirahat dulu aja ya di kamarmu apalagi sedikit lagi maghrib, ngelurusin pinggang duluya, “oh.. ya silahkan mbak” jawab erma,

Aku merebahkan diriku di dipan kamar erma, peristiwa tadi membuat aku terasa capek sekali capek badan dan fikiranku, sayup-sayup kudengar suara orang mengaji, ya orang membaca Alqur’an o… rupanya mereka sedang belajar membaca Alqur’an, sesekali kudengar suara erma meluruskan bacaan temannya yang salah, kurasa erma adalah orang yang memiliki pengetahuan lebih diantara teman-temanya, sesaat kemudian kudengar suara erma yang membaca Alqur’an, aduhai sungguh merdu suara itu, memang lebih merdu dari suara-suara bacaan sebelumnya, aku tercekat, ada perasaan mengharu biru dalam dadaku, sudah berapa tahun aku tidak membaca Alqur’an, mungkin sejak SMP aku tak lagi menyentuhnya hingga saat ini, tak terasa ada butir embun bening menetes dari sudut mataku, suara itu begitu merdu mendayu-dayu bagai menembus gendang telingaku sampai kehati, hatiku begitu teduh dan tentram tak pernah aku merasakan ketentraman seperti ini, 
Kemudian terdengar suara seperti orang ceramah, ooo… ternyata itu adalah suara erma sedang memberikan nasehat kepada teman-temannya, “Akhwat filah kali ini kita meneruskan kajian pekan lalu tentang taubat”, deg.. hatiku berdebar keras, kajian tentang taubat,.. pas sekali dengan kondisiku  saat ini,  aku berdiri dan menempelkan telingaku di daun pintu kamar, agar dapat lebih jelas terdengar, “sahabat-sahabatku sekalian, Allah menyukai orang yang taubat, coba yuli buka alqur’an surah Albaqarah ayat 222!”, kemudian orang yang dipanggil yuli itu membuka Alqur’annya dan membaca surah tersebut, dan membacakan artinya “"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).

“Begitulah Allah SWT begitu senang dengan orang yang bertobat dan mensucikan diri, sekotor apapun orang itu merasa dirinya kotor, dan sebesar apapun dosa yang telah dilakukan jika dia bertobat, maka Allah akan mengampuninya”, suara erma meluncur bagai air yang menyejukkan hatiku, aku tak puas hanya mendengar suaranya perlahan aku mengintip dari lubang kunci, kulihat wajah-wajah teman erma begitu khusuk menyimak perkataan erma, maka jika kita merasa telah melakukan banyak dosa jangan berkecil hati karena jika dosa kita seluas lautan maka rahmat Allah seluas langit yang tak berujung, aku tak dapat lagi membendung tangisku, perasaan yang sama dengan dikamar hotel tadi datang lagi, perasaan menyesal yang teramat sangat, aku tergugu, dalam kamar erma sambil menyimak segala perkataannya, 

Allah berfirman dalam Alqur’an surat Azzumar ayat 53 “"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)

Ayat itu jelas menjabarkan bahwa rahmat Allah itu sangat luas melebihi besarnya dosa yang dilakukan oleh manusia, maka sebelum terlambat ayu kita bertobat dengan tobatan nasuha, tobat yang sebenarnya, kata-kata itu semakin membuatku mengerti, dan timbul optimis dalam jiwaku Allah SWT pasti mau mendengar penyeselanku, dan menerima taubatku, ada perasaan tentram sekali yang belum pernah aku rasakan, “Allahu Akbar.. Allahu Akbar, terdengar azan maghrib berkumandang, rema dan teman-temannya bersiap akan sholat, “mbak ayu kita sholat, ajak erma dengan berteriak mungkin dikiranya aku sudah tertidur, “ iya ma.. ayu kita sholat, aku menunaikan sholat dengan tak hendtinya airmata berderai dipipiku, dan ini adalah sholat pertamaku setelah hampir lima belas tahun aku meninggalkannya..  

TAMAT


Batulicin
Sang Penetes Embun

Tidak ada komentar :

Posting Komentar