“hey..
lari kemana kau… ayoo kejar..kejar..”, Aku terus saja berlari, sementara
beberapa orang petugas trantib satpol PP
masih saja mengejarku, hari telah hampir pagi, suasana jalan setapak kulalui
yang tadinya sepi berubah menjadi ramai, karena suasana kejar-kejaran antara
aku dan para petugas itu, tujuanku hanya satu
yaitu musholah Al- hijrah, karena
rute itulah yang paling aman bagiku, disamping musholah ada lorong gang yang
gelap dan tembus ke belakang musholah, lalu lorong itu akan menuju samping
kos-kosanku, entah mengapa biasanya jika sudah sampai depan musholah saja, para
petugas satpol PP itu tidak akan meneruskan pengejaran mereka, mungkin mereka pikir, tidak mungkin aku berlari kearah
sini, kedepan musholah yang begitu suci untuk diriku yang sekotor ini,
“assalamu’alaikum”.
teriakku sambil mengetuk pintu kamar kos dengan keras, sudah hampir lima kali
aku teriak dan menggedor-gedor pintu, tetapi tidak ada jawaban satu pun, aku
mulai khawatir jangan-jangan para petugas itu masih mengejarku hingga sampai
didepan kamar kosku ini, “wa’alaikum salam”, “Ahh akhirnya”. gumamku, “lu itu
cha.. kalo tidur kayak orang mati aja, ampe capek tau nggak gue teriak-teriak,
untung nggak ada yang bangun tuh para tetangga”, begitu pintu dibuka aku
langsung nyerocos memarahi icha teman sekamarku, yang dimarahi
malah acuh saja sambil ngeloyor kembali kekasur dan memeluk bantalnya,
“ichaaaaa…!!!!, kutarik bantalnya dan kupukulkan kearah tubuh mungil teman
sekamarku itu,.” Ahh embak aku ngantuk nih,.. salah sendiri embak pulang jam
segini, kalau pulang tuh nanti aja jam tujuh atau jam delapan, jadi nggak usah ngegedor
pintu, kita udah bangun semua githu!” jawab Icha dengan muka yang sok dibuat
imut, “nggak sempet lagi cha, buat pulang jam segitu, soalnya gue lagi
dikejar-kejar musuh kita, tuh petugas trantib”, “yaelah..mbak…mbak.. timbang
petugas trantib aja kan udah biasa kita ngadepin, lari aja ketempat sepi kalu
dikejar satu orang kedipin aja pasti nurut, trantib kan juga manusia, punya
nafsu..ha..ha..ha, “husy,, kamu tuh kapan sih seriusnya.
Memang
betul apa kata icha, teriakan, makian, satpol PP dan kejar-kejaran dengan
mereka memang bukan hal yang baru bagi
kami, yang berprofesi sebagai penjaja seks, apalagi dalam suasana sepi
sekarang ini, dimana aku terpaksa turun kejalan, pasaran yang berkelas sedang
sepi karena akhir –akhir ini para pejabat, dan orang-orang terpandang, tidak
banyak memesan kami sebagai gratifikasi, karena sudah beberapa kasus
terbongkarnya gratifikasi dikalangan mereka, oleh KPK, ditambah lagi saat ini
adalah tahun politik, dimana mereka sedang giat giatnya menjaga citra mereka
sebagai tokoh dan orang terpandang yang layak dipilih oleh masyarakat..”cueeh..
jika aku lihat wajah mereka ditelevisi ingin aku meludahi mereka, karena beberapa dari mereka yang bicara soal
moral, omong budi pekerti, adalah pelangganku, aku yang tahu siapa sebenarnya
mereka, “ya.. akhir-akhir ini pesanan berkelas sangat sepi, padahal kebutuhan
hidupku tak bisa kukurangi, aku harus bayar kuliah, harus bayar rekening
listrik kosku, juga kirim ke kampung untuk biaya sekolah adikku. “eit.. ngelamun ya”, suara icha
mengagetkanku, “makanya Mbak ike.. jangan sering-sering turun kejalan, kayak
gue nih, cukup di hotel, café, dan tempat mejeng yang bergengsi, malu lagi mbak
kalu kepergok temen kuliah, apalagi dosen hiyy”, “ gue sebenernya juga terpaksa
cha, habis mao gimana lagi, tuntuan hidup makin banyak, pesanan kelas kakap
lagi sepi, yahh terpaksa lah”, “alaaahhhh emang mbak seneng aja kejalan ,
hayooo ada satpol PP yang ganteng ya?, “ichaaa!!!!!!”.
-----ooo0ooo----
Cuaca
pagi ini sangat dingin, apalagi jalan
disekitar kampusku, dengan malas dan santai aku berjalan gontai setelah turun berdesakkan dalam bus kota yang padat
penumpang, kutelusuri terotoar depan gerbang kampusku, “assalamu’alaikum”,
“wa’alaikum salam “, jawabku, ternyata erma yang menegurku, gadis berjilbab
lebar itu mengenakan jilbab warna biru terang, dengan baju terusan berwarna
biru lebih gelap, serasi sekali dengan raut wajah cantiknya, “kok jalan sambil
ngelamun mbak ike ?”, “eh ini, lebih tepatnya sambil kedinginan”, jawabku
berusaha mencairkan suasana,” iya ya mbak pagi ini sangat dingin ya” ia berkata
lagi, “karena kemarin semalaman hujan ma” jawabku sekenanya, “betul mbak di
sekitar kosku juga begitu”, entah mengapa aku merasa tenang jika berhadapan
dengan Erma, padahal selama ini aku paling tidak nyaman jika berdekatan dengan
gadis type seperti dia, dengan busana muslimah dan jilbab yang lebar, mungkin
ini karena sikap erma kepadaku, yang sangat berbeda dengan kawan-kawan yang
setipe dengannya, kalau yang lain aku merasa dipandang kotor, atau najis oleh
mereka mungkin karena aku sering sekali ke kampus dengan pakaian yang ketat dan
seksi. Sangat berbeda dengan erma dia seperti mengerti akan perasaanku dia
selalu menghargaiku, sehingga aku merasa nyaman jika berbicara dengannya
Dalam
hati kecilku aku ingin sekali seperti erma, cantik, pitar, dan alim, sebuah type
yang sangat sempurna dimataku, tapi… apakah mungkin, aku yang keseharianku
selalu bergumul dengan dosa, adakah tempat untuk orang sepertiku?, hhh.. hati
yang terdalam aku sering menangis, apalagi saat seperti ini saat berdekatan dan
berbicara dengan Erma, ingin sekali aku seperti dia, tapi apa dayaku semua
sudah terlanjur, apa yang terjadi terjadilah, yang kutahu Tuhan penyayang
hambaNYA, memang terasa perih dihati.. sebuah keterlanjuran aku harus memenuhi
kebutuhan kuliahku, kebutuhan biaya sekolah adikku, bahkan biaya Ibuku di
kampung, jika memikirkan itu kepalaku hampir pecah rasanya.. yahh.. sudahlah…
“kamu tuh ya.. kalu diajak ngomong.. seperti pikiranmu jauhhhh sekai sih mbak..
ada apasih”, kata-kata erma mengagetkanku..”eh..hmm eh.. nggak ..ngak apa-apa
kok ma”, aku mencoba tersenyum padahal rasa perih dihati semakin hebat,.
“eh mbak nanti siang selepas kuliah temanin
aku yuk!”, “kemana ma”,”ke toko buku”, “toko buku yang mana ma?”, “ disana
mbak, dikawasan karet, itu toko buku langgananku”, “ya.. deh.. tapi sekitar jam
3 sore ya, karena aku ada kuliah dasar-dasar ilmu ekonomi”, “ok, mbak.. daaa..
assalamu’alaikum”, entah mengapa aku tak sanggup menolak ajakannya, anak itu
begitu ku suka,
Waktu
menunjukkan jam 2.45 wib sebentar lagi kelas yang membosankan ini akan selesai,
aku teringat janjiku pada Erma, “kriing…kriingg.. samsungku bergetar karena aku
stetting silent, sebab saat ini dalam kelas.. ternyata tante lidya yang telpon,
dengan berbisik aku menjawab “Halo tan.” Halo ike.. lagi kuliahya?”, iya tan..
ada apa tan..?”, “ ini biasa ada order.. kamu besok sore sekitar pukul empat kehotel
muliya ya,” disana sudah ada bang evan, nanti dia yang ngenalin kamu sama pasien
kamu, jangan sia-siakan ke.. yang ini kelas kakap, pasti kamu kaget, orangnya
biasa muncul di TV?, “iya tan, terimakasih tan”, hhh,,, sampai kapan aku
seperti ini, “yah,, saudara-saudara sekalian, kuliah selesai, minggu depan kita
akan masuk pada bahasan selanjutnya yaitu bagaimana cara pasar mengantisipasi gejojak demand
secara mikro”, suara Pak Jaya mengagetkanku, sejurus kemudian suasana ramai
oleh mahasiswa yang beranjak pergi meninggalkan kelas,
Suasana
toko buku sangat ramai, aku memenuhi janjiku pada erma mengantarnya ketoko
buku, ternyata yang dituju adalah sebuah toko buku islami di bilangan karet, kesan
pertama aku memasuki toko itu begitu adem, nyaman, dan rapi, semua buku-buku
yang terjejer di rak-raknya adalah buku-buku islam, ada sebagian pernak-pernik
islami, kaset-kaset, serta aksesoris-aksesoris, suasananya begitu menyenangkan,
belum pernah aku merasakan suasana toko buku senyaman ini, namun satu yang
membuatku risih adalah penampilanku sendiri, penampilanku yang lain dari pada
yang lain, aku bercelana panjang jeans ketat, dan tshirt, sedang kulihat semua
wanita yang ada di toko buku ini berjilbab, selintas beberapa kali kuperhatikan
wajah-wajah mereka begitu melihat penampilanku, sejenak akan kaku bahkan ada
yang mengernyitkan dahi, namun setelah itu senyum hangat mereka terkembang
seakan menyambutku, bahkan setelah itu
sikapnya sangat ramah terhadapku, aku tak menyangka ternyata para jilbaber yang
dalam imageku adalah orang-orang kaku, dan sok alim, serta selalu menjaga jarak
dengan orang sepertiku, ternyata mereka sangat ramah, dan begitu asyik untuk
diajak ngobrol, hal ini mematahkan pandangan negatifku terhadap mereka.
“Mbak
sini.. !”, erma memanggilku, “sini mbak aku mau beli gantungan kunci yang bagus
yang mana ya..?, ‘hmm ada dua mbak yang aku suka ini tulisannya be a good
muslimah..”, erma menyodorkan sebuah gantungan kunci, dan sebuah lagi yang
betulisan “Hare gene masih suke maksiat, ape kate dunie..??”, “ yang ini aja ma”,
kataku sambil menunjuk pada gantungan kunci yang kedua..”kenapa itu mbak?”,”yah,
kata-katanya gaul aja”, “gitu ya.., iya deh aku ambil dua”, “kok dua ma?”
tanyaku, “iya..yang satu buat mbak”, “gak usah ma, gak usah, aku mencoba
menolak, aku berfikir panjang, jika gantungan kunci itu tergantung di kunciku
atau di tasku,… aku malu, malu pada
diriku sendiri, aku yang keseharianya selalu begelimang dengan maksiat, bekerja
dengan melayani lelaki hidung belang, memiliki gantungan kunci dengan tulisan
seperti itu, “nggak ah ma.. aku nggak mau”, aku mencoba menolak lagi, “udah
mbak ambil aja, kan bagus untuk di gantung di tas mbak itu, warnanya juga
matching kok”, ujar Erma dengan mimik memelas, kalo sudah begini aku tak tega
lagi untuk mengatakan tidak,
-----ooo0ooo-----
Ruang
loby hotel mulia terlihat sepi, maklum hotel ini adalah hotel berkelas di kota
Jakarta, jadi tidak sembarang orang yang menginap di sini, aku menepati janjiku
dengan tante lidya,” mana nih bang evan , katanya dia sudah standby di sini”,gumamku,
“ke..ike sini”, itu suara bang evan memanggil namaku, bang evant adalah
penghubung antara aku tante lidya dan pelangganku, karena bang evant memiliki
banyak sekali relasi kalangan bos-bos, dan pejabat Negara, ya semacam broker
proyek-proyek lah, mungkin untuk menggolkan sebuah proyek maka ada gratifikasi,
begitulah..kalau tidak begitu mungkin bukan Indonesia namanya, “gimana bang
mana orangnya?, tarifnya ok kan?”, “tenang aja lu ke, gua udah atur semua”,
kata bang evan seraya matanya melirik pada gantungan kunci yang kemarin sore
dibelikan oleh Erma, Astaga.. aku lupa gantungan kunci itu masih tergantung di
tasku, kemudian kugeser tasku hingga gantungan itu tak terlihat lagi
olehnya, “lu di bayar 25 juta, ok
kan?”,” yang bener bang, jangan kayak tempo hari bayaran gue lu tilep kan,
sebenernya bukan 15 juta kan, hayoo ngaku, gue dapet info dari icha, katanya
proyeknya aja milyaran rupiah, masa bayar buat gratifikasi cuman 15 juta”, “ude
deh.. yang lalu jangan diungkit lagi, yang ini bener emang bayaran lu 25 juta
ntar lu ambil langsung ame orangnye, noh ude nunggu di muka recepsionist”,
“astaga”, pekikku, “kenape ke.?”,
“enggak bang nggak kenape nape, cuman mau tanya aja nggak ada yang mudaan dikit
apa?”, terlihat oleh ku orang yang disana adalah salah satu pejabat terkenal negeri
ini, umurnya sudah setengah baya bahkan pantas menjadi Bapakku, orng itu selalu
tampil kebapaan, dan terkesan santun dalam setiap kemunculannya dimedia
televisi, tapi peduli amat aku perlu
uang, titik.
Jam
diniding menunjukkan pukul setengah lima sore, suasana kamar sepi hanya kami
berdua, ya hanya aku dan bandot tua itu, “Pak saya izin ke kamar mandi dulu ya”,
kataku seraya membuka tasku mencari parfum, dan kosmetiku, tapi mendadak
darahku seperti berdenyut, hatiku sangat resah dan takut, karena dalam tasku
tersembul gantungan kunci yang dibelikan, oleh erma, “HARE GENE MASIH SUKE
MAKSIAT,…. APE KATE DUNIE”,…. Kata-kata itu seakan tertuju padaku, bagai anak
panah yang melesat kencang tepat mengenai ulu hatiku, sehingga membuatku sesak,
bagai palu godam puluhan ton menohok relung hatiku terdalam, “astaghfirullah”,
gumamku, baru kali ini aku beristihgfar, ya kata istighfar itu sepertinya telah
dihapus dari memori otakku, namun kali ini muncul kembali, “astaghfirulllah, ya
Tuhan,.. apa yang harus aku perbuat,..
Aku
bergegas lepaskan gantungan kunci itu dari tasku, ku genggam dan berlari
kedalam kamar mandi, si bandot tua itu hanya melirik keheranan, dalam kamar
mandi aku menangis sejadi-jadinya dengan gantungan kunci, dalam pelukanku, aku
baca kembali tulisan itu HARE GENE MASIH SUKE MAKSIAT,…. APE KATE DUNIE,
astaghfirullah…astaghfirullah, ya Allah ampunilah aku,, apa yang aku perbuat
selama ini… aku menangis lagi, hingga aku jatuh jatuh terduduk di bawah shower
yang menyala deras, “Ya..Rabb ampunilah aku… ampunilah aku,..
Hampir
10 menit aku gamang di kamar mandi, aku harus kuat, aku harus berhenti, aku
harus bilang pada Bapak itu bahwa aku berhenti, dan uangnya akan aku
kembalikan, aku harus kuat,.. setelah mengeringkan tubuhku, aku keluar dari
kamar mandi, “Pak saya mohon maaf, tidak dapat meneruskannya sekarang, ini uang
saya kembalikan, saya harus pergi sekarang”, “kenapa Ke,” jawabnya, “saya ada
urusan yang sangat penting saat ini, saya harap Bapak mengerti”,”ok tak
apa-apa, hati-hatilah kau dijalan”, Alhamdulillah Allah SWT memudahkan urusanku
yang satu ini, biasanya jika dibatalkan sepihak, pelanggan akan marah besar dan
meminta dua kali lipat bayarannya, tetapi kali ini tidak, apakah Allah memudahkan
jalanku untuk mendapat hidayahNYA?, semoga ini pertanda baik.
-----ooo0ooo-----
Aku
berjalan gontai, menusuri jalan di depan hotel mulia, Bang evan sudah tidak tampak
diruang lobi mungkin dia sudah pulang, atau sedang menuju tempat yang
menyajikan suasana dugem seperti kebiasaannya setelah menerima uang makelar
proyeknya, aku bingung, bimbang kemana arah tujuanku, beberapa kali samsungku
berdering tante lidya menelponku, mungkin sudah tujuh kali HPku itu berdering
paling-paling mau menanyakan tentang pembatalan orderku, yang berarti hilang
keuntungan untuknya, aku sudah tidak menghiraukan dia lagi, rasanya aku juga
sudah tidak ingin lagi kembali ke kost ku, sekamar dengan Icha, teman satu
profesiku itu, aku ingin keluar dari dunia malam, aku ingin meninggalkan semuanya, aku ingin
seperti erma, ya erma… betul erma aku harus kesana , kubulatkan niatku sore ini
kekost erma saja, sejenak aku berhenti disebuah jembatan, ya.. aku harus
membuang jauh-jauh HPku ini, yang didalamnya banyak sekali kenangan hitam yang
akan kuakhiri, maka maka plash… HP Samsung android seri terbaruku, aku lepas
dari tanganku, aku melemparnya sekuat tenagaku, dan kemudian plung….
tercempulng kearus sungai yang deras.
Waktu
menunjukkan pukul 15.30 wib, saat aku tiba di depan rumah kost erma, dipintunya
tertulis Ucapkan salam sebalum masuk dengan tulisan terukir pada kayu semacam
kayu jati, tulisan yang indah, “assalamu’alaikum, assalamu alaikum” beberapa
kali aku mengucapkan salam, aku melihat beberapa pasang sepatu dan sandal
berjejer rapi dimuka kost erma, berarti ada orang didalam bahkan banyak, “Assalamu’alaikum”,
teriakku sekali lagi, “wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh”, Alhamdulillah
akhirnya dijawab juga, dan pintupun terkuak, dan Nampak senyum manis khas erma
menyambutku, “wah mbak Ike, silahkan mbak, tumben bertamu ke kostku ada kabar
apa nih?”, “nggak ma aku mau berkunjung aja, dan sekaligus menginap di sini
boleh nggak?”, “wah boleh aja mbak, silahkan-silahkan masuk mbak!”, aku melangkahkan kakiku memasuki ruangan kost
erma, Nampak olehku beberapa orang teman erma sedang berkumpul diruang tamu,”wah
ada tamu ya”, “ iya nih mbak, tapi enggak apa-apa kok, biasa kami sedang
berkumpul mengadakan kajian dan diskusi rutin pekanan”, “wah aku jadi nggak
enak nih mengganggu”, “enggak kok mbak mbak boleh ikut, atau mbak istirahat aja
dulu di kamarku”,” ok deh aku istirahat dulu aja ya di kamarmu apalagi sedikit
lagi maghrib, ngelurusin pinggang duluya, “oh.. ya silahkan mbak” jawab erma,
Aku
merebahkan diriku di dipan kamar erma, peristiwa tadi membuat aku terasa capek
sekali capek badan dan fikiranku, sayup-sayup kudengar suara orang mengaji, ya
orang membaca Alqur’an o… rupanya mereka sedang belajar membaca Alqur’an,
sesekali kudengar suara erma meluruskan bacaan temannya yang salah, kurasa erma
adalah orang yang memiliki pengetahuan lebih diantara teman-temanya, sesaat
kemudian kudengar suara erma yang membaca Alqur’an, aduhai sungguh merdu suara
itu, memang lebih merdu dari suara-suara bacaan sebelumnya, aku tercekat, ada
perasaan mengharu biru dalam dadaku, sudah berapa tahun aku tidak membaca Alqur’an,
mungkin sejak SMP aku tak lagi menyentuhnya hingga saat ini, tak terasa ada
butir embun bening menetes dari sudut mataku, suara itu begitu merdu
mendayu-dayu bagai menembus gendang telingaku sampai kehati, hatiku begitu
teduh dan tentram tak pernah aku merasakan ketentraman seperti ini,
Kemudian terdengar suara
seperti orang ceramah, ooo… ternyata itu adalah suara erma sedang memberikan
nasehat kepada teman-temannya, “Akhwat filah kali ini kita meneruskan kajian pekan
lalu tentang taubat”, deg.. hatiku berdebar keras, kajian tentang taubat,.. pas
sekali dengan kondisiku saat ini, aku berdiri dan menempelkan telingaku di daun
pintu kamar, agar dapat lebih jelas terdengar, “sahabat-sahabatku sekalian,
Allah menyukai orang yang taubat, coba yuli buka alqur’an surah Albaqarah ayat
222!”, kemudian orang yang dipanggil yuli itu membuka Alqur’annya dan membaca
surah tersebut, dan membacakan artinya “"Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).
“Begitulah Allah SWT begitu senang dengan orang yang
bertobat dan mensucikan diri, sekotor apapun orang itu merasa dirinya kotor,
dan sebesar apapun dosa yang telah dilakukan jika dia bertobat, maka Allah akan
mengampuninya”, suara erma meluncur bagai air yang menyejukkan hatiku, aku tak
puas hanya mendengar suaranya perlahan aku mengintip dari lubang kunci, kulihat
wajah-wajah teman erma begitu khusuk menyimak perkataan erma, maka jika kita
merasa telah melakukan banyak dosa jangan berkecil hati karena jika dosa kita
seluas lautan maka rahmat Allah seluas langit yang tak berujung, aku tak dapat
lagi membendung tangisku, perasaan yang sama dengan dikamar hotel tadi datang
lagi, perasaan menyesal yang teramat sangat, aku tergugu, dalam kamar erma
sambil menyimak segala perkataannya,
Allah berfirman dalam Alqur’an surat Azzumar ayat 53 “"Katakanlah:
"Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat itu jelas menjabarkan bahwa rahmat Allah itu
sangat luas melebihi besarnya dosa yang dilakukan oleh manusia, maka sebelum
terlambat ayu kita bertobat dengan tobatan nasuha, tobat yang sebenarnya,
kata-kata itu semakin membuatku mengerti, dan timbul optimis dalam jiwaku Allah
SWT pasti mau mendengar penyeselanku, dan menerima taubatku, ada perasaan
tentram sekali yang belum pernah aku rasakan, “Allahu Akbar.. Allahu Akbar,
terdengar azan maghrib berkumandang, rema dan teman-temannya bersiap akan
sholat, “mbak ayu kita sholat, ajak erma dengan berteriak mungkin dikiranya aku
sudah tertidur, “ iya ma.. ayu kita sholat, aku menunaikan sholat dengan tak
hendtinya airmata berderai dipipiku, dan ini adalah sholat pertamaku setelah
hampir lima belas tahun aku meninggalkannya..
TAMAT
Batulicin
Sang Penetes Embun
Tidak ada komentar :
Posting Komentar