Selasa, 20 Agustus 2013

Kujemput Syahid di Negeri Mesir



“Ya.. ayyuhal ikhwah… kuntum khairu ummah ukhrijatlinnas ta’muru na bil ma’ruf watanhaunal anil munkar watu’minunabillah..” suara itu, seakan menggema seantero lapangan Rabiah Adawiyah, membakar semangatku dan para saudara-saudara seimanku, saat ini aku diantara ribuan bahkan ratusan ribu masa yang berkumpul dilapangan ini, waktu menunjukkan pukul 22.05 waktu Kairo, saat ini kami sedang mendengarkan taujih  ba’da shalat tarawih,  walau kami dalam situasi demonstrasi.  Shalat tarawih barusan dilakukan dalam suasana begitu hikmad, malah aku rasakan lebih hikmad dari pada shalat-shalat tarawih yang pernah aku lakukan selama ini, sepanjang mata memandang hanya jamaah demonstrans yang sekaligus jamaah tarawih memenuhi jalan-jalan sekitar lapangan Rabiah Adawiyah, begitu damai, sejuk,  tenram tidak ada kekerasan didalamnya , saat ini tepat tanggal 27 ramadhan 1434 H,  sebagaimana umat muslim yang lain, di sepuluh malam terakhir, kami memburu rahmat Illahi, dengan memperbanyak Ibadah, walaupun kami dalam suasan berdemonstrasi.

Taujih masih terus berlangsung, kami dengan khusu menyimak isi materi yang disampaikan,” ayyuhal ikhwah rahimakumullah… kebaikan harus terus dijalankan, keburukan harus terus di singkirkan, bermula tegakkanlah didalam diri kita sendiri masing-masing, kemudian tegakkan dikeluargamu, lalu lingkungan terdekatmu, Allah SWT berfirman Ya..ayuhhaladzinaamanu kuu anfusakum waahlikum nar, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,  ayat ini jelas menyuruh kita selaku umat yang terbaik untuk selalu menjaga diri kita agar terus dalam kebaikan, dan mencegah kemungkaran, maka kondisikanlah diri kita, serta keluarga dan lingkungan kita untuk tetap dalam kebaikan”, taujih itu merasuk dalam jiwa-jiwa kami sampai ke relung yang paling dasar.

-----oooOooo-----

Aku adalah mahasiswi S2 asal Indonesia yang kuliah di Kairo Mesir, sudah beberapa minggu ini aku tidak ikut kuliah, aku dan teman-temanku para mahasiswa dari berbagai negara ikut ambil bagian dalam demonstrasi ini, ya… demontrasi  damai yang mengungkapkan rasa kami setelah pemerintah yang sah dan legitimate hasil pemilu di kudeta oleh militer Mesir, kami menuntut demokrasi ditegakkan, karena perlakuan militer menggulingkan prsiden Dr Mohammad Mursi, adalah penistaan dan mencoreng demokrasi,  bagaimana tidak tindakan militer yang dipimpin As-sisi mengkudeta pemerintahan yang dipilih oleh rakyat Mesir, adalah tindakan inskonstitusional, dan pelanggaran berat demokrasi. “ Kringggg…..kringgg… “ Blackbarryku berdering ah rupanya mama menelpon lagi, sudah limakali dalam sehari ini  mamaku di Jakarta menelpon, “Assalamu’alaikum wr wb” suara yang begitu aku kenal dan aku sayangi, menyapa diujung telpon, “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawabku, “mama..!!, apa nggak takut bengkak biaya pulsanya ma, aku hitung sudah lima kali seharian ini mama telpon aku”, “tidak sayang demi mendengar suara putri mama yang cantik, berapapun rela mama keluarkan” jawab mama, “ahhh mama keluar lagi deh lebaynya”, “jadi kapan kamu pulang ke Indonesia jul?”, “sebentar lagi ma” aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan disini,” ah.. mama sebenarnya ingin juga aku pulang apalagi setelah suasansa Mesir memanas ada beberapa peluang untuk para mahasiswa Indonesia untuk pulang yang difasilitasi oleh kedutaan RI, namun semua itu tidak kuhiraukan, tekatku sudah bulat untuk ambil bagian dalam perjuangan  ini, apalagi aku lihat para sahabatku si ela, rere, dan mbak nafsiah juga mengambil keputusan yang sama, jadilah kami hingga saat ini merasakan suasana demontrasi Mesir bersama suadara-saudara seiman, merasakan manisnya perjuangan demi menegakkah kebenaran dan keadilan dinegri Mesir ini. “yul.. kok diam.. ngelamun ya.., mama semakin khawatir saja yul.. karena disana ada demonstrasi kamu menjauh ya dari demo itu, dari keramaian!”, iya ma, tapi yuli lihat demonya damai kok ma, malah seperti karnaval atau apayah tepatnya susah untuk di ungkapkan ma, banyak massa berkumpul malah penuh dengan kegiatan ibadah”,” iya tapi tetap aja mengkhawatirkan yul, pokoknya kamu harus menghindar dari lokasi-lokasi itu, dan jika urusanmu sudah beres cepat kembali ya!”,” iya mamaku sayang..!!”.”yul ini si aldi anakmu yang ngganteng mau bicara, “ummi.. Assalamu’alaikum mi”, ohh.. itu adalah suara sang pangeran kecilku aldi usianya baru 6 tahun dan sudah sekolah di TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu), “Walaikum salam .. sayang, sudah pulang sekolah ya” jawabku sedikit terisak menahan tangis karena kerinduan yang begitu dalam pada anak semata wayangku, “sudah mi, tadi aldi diajar doa mau makan sama ustadzah hesty,”o.. ustadzah Hesty ya.. yang anaknya namanya fairus?, “betul mi”. aku teringat Hesty adalah teman kuliahku di UGM, berkat dialah aku menemukan Islam yah.. sekarang dia sudah jadi guru anakku, berjuang memperjuangkan nilai-nilai yang kami pegang di Jakarta sedangkan aku di Kairo, tak masalah aku yakin nilai-nilai yang kami perjuangkan adalah sama, “mi.. aldy udah hafal doa mau makan “Bismikallahuma ahya wabismika amuut”.”lho.. kok gitu di, itukan doa mau tidur sayang.?”, “ eh iya mi aldi salah, allahuma bariklana fiima razaktana waqina aza bannar”, pinter.. anak ummi, yang rajin belajar ya aldy !”, ‘iya mi, biar bisa kayak abi ya, jadi ustadz”,”ah.. aldy kata-katanya semakin memiriskan hatiku, tak terasa embun bening keluar dari sudut mataku, teringat hari-hari saat keluargaku lengkap ada Mas Rahmad yang selalu menemani kami, hingga kecelakaan maut merenggutnya,saat beliau hendak mengisi pengajian di kota Bogor, ”iya aldy.. kamu harus seperti abi ya..makanya kamu harus rajin belajar” kataku diselingi dengan isak yang tak dapat kubendung lagi, “iya mi, udah ya mi.. aldy sayang ummi.. wasallamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”,”wa’alaikum salam warahmatulahiwabarakatuh”.

Kuletakkan HPku di bawah tas jinijngku, dan aku membuka alqur’an untuk membacanya, namun belum sempat aku membacanya “ayuuhal ikhwah..ayyuhal ikwah..” kudengar syekh Anshory beberteriak mengumumkan sebuah pengumuman dengan bahasa arab, yang isinya adalah tingkatkan kewaspadaan karena militer akan membubarkan demontrans dalam waktu dekat, tetap berakhlaq karimah,karena seluruh mata dunia melihat kita, jangan melakukan perlawanan, lawan api dengan air, sebagaimana akhlaq Rasulullah SAW, “kring…kring..kring…, Blackberyku berbunyi lagi,.. kali ini mbak endah yang menelpon, mbak endah adalah kakak kelasku di SMA yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah S3nya di UGM, “yul.. bagaimana kondisimu?’, “Alhamdulillah, baik Mbak, begini yul mbak mendengar kabar dari beberapa media,  bahwa pemerintah hasil kudeta akan membubarkan paksa, para demonstran diseluruh wilayah mesir, bagaimana kondisi disana apakah masih baik-baik saja atau semakin mencekam?”, “aku malah bingung ditanya seperti ini nih mbak, disini kami baik-baik saja, demonstrasi berjalan aman, dan damai, bahkan kami saat  ini sedang giat-giatnya beribadah mengisi 10 malam terakhir, mengisinya dengan berbagai sunnah-sunah rasul, tidak ada ketakutan dan kondisi mencekam seperti yang mbak katakan!”, “betul yul mbak nggak bohong telah mbak cari  beberapa media baik online jaringan televisi, maupun surat kabar, disana diberitakan bahwa para demonstrans pembuat kekacauan bahkan mereka bersenjata, bertindak anarkis yang hanya pantas dilakukan oleh kelompok teroris, makanya dengan dalih menjaga keamanan dan kedamaian mesir, militer mesir akan membubarkan paksa para demonstrans bahkan jika tidak bisa dibubarkan, akan dilakukan dengan kekerasan”, “astaghfirullah… kami bersenjata..?? tuduhan apalagi itu, saya ada diantara mereka sekarang mbak, mereka saat ini sedang khusu beribadah tidak ada kegiatan kami yang membuat kerusuhan, anarkis, apalagi kami bersenjata, yang ada ditangan kami adalah alqur’an yang selalu kami baca, apalagi beberapa hari lagi idul fitri, suasana religius sangat terasa, tidak seperti yang digambarkan di media, yang ada adalah  diantara kami ada yang mengisi beberapa hari ini dengan daurah alqur’an untuk anak-anak, murojaah hafalan-hafalan, bahkan ada yang melangsungkan akad nikah di lapangan Rabiah Adawiyah ini, jadi apa yang di beritakan di media itu semuanya adalah bohong besar mbak!. “Iya Yul mbak mengerti akan hal itu karena mbak juga telah croschek dengan beberapa media yang netral mengatakan seperti itu juga, namun kamu harus waspada Yul, sampaikan berita ini kepada kawan-kawan yang lain, tingkatkan kewaspadaan karena pembubaran paksa terhadap kalian akan segera di laksanakan entah itu sebelum iedul fitri atau setelah iedul fitri, ok yul.. senang mendengar suaramu kalau ada kabar penting kabari aku ya.. aku di Indonesia juga akan selalu update berita tentang kalian. Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”, Mbak Endah mengakhiri pembicaraan dengan salam, wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawabku.

Allahu Akbar..Allahu Akbar… Allahu Akbar.. gema takbir berkumandang seiring dengan semangat juang kami para demonstran pro mursi. Dilapangan Rabiah Adawiyah.. saat ini kami melaksanakan sholat Iedul Fitri dengan sangat apa adanya namun lebih khusu dan hikmad, aku teringat mama.. aldy anaku, dan mendiang Mas Rahmad suamiku. Aku masih saja tidak mau pulang ke Indonesia dengan berbagai alas an pada mamaku, sebenarnya aku rindu untuk merayakan Iedul Fitri di tanah airku, Indonesia, bersama keluarga tercintaku, namun tekadku telah bulat untuk ikut serta dalam perjuangan ini.. mama maafkan aku, aldy maafkan ummi nak yang tidak dapat mendampingimu berlebaran kali ini, ada hal yang engkau belum mengerti dan kelak ummi harap engkau mengerti, ada butiran bening disudut mataku, setelah kutbah Iedul fitri tadi, teringat kebiasaanku sungkem pada mama dan papa, yang tak dapat aku lakukan saat ini.  Suasana telah sangat ramai dengan orang-orang yang bersalaman mengucapkan selamat iedul fitri   antara para demonstran. Senyum sumringah menghiasi wajah-wajah mereka yang ceria, namun mendadak keceriaan itu punah oleh kedatangan para tentara mesir.. mereka menembaki kami dengan gas air mata, dan juga peluru tajam. Biadab apa salah kami, serangan itu begitu mendadak sementara tiada kesiapan kami,  “yuli .. tiarap yul.. ayo beringsut kesini”, kulihat sumber suara itu, ternyata adalah rere dengan pakaian yang sudah kotor dengan tanah, “rere.?” Sapaku”husyt..cepat tiarap aku tadi dari jalan pertigaan itu” tangan rere menunjuk sebuah jalan pertigaan beberapa meter didepan kami, “ jalan yang kekiri banyak tentara dan beberapa saudara kita telah ada yang terbunuh, aku menyaksikannya sendiri  yul”, lanjut rere dengan suara yang berbarengan dengan isakan, “ Astaghfirullah… rere.. ayu kita berlari menghindari jalan itu”, kami berlari  sekuat tenaga, jilbab kami berkibar-kibar, kami menuju ke arah kerumunan para demostrans, namun beberapa menit kami berlari kulihat rere semakin tertatih dibelakangku “rere..!?”, “Yul teruslah kamu berlari”, aku ingin berhenti namun armada militer begitu dekat dengan kami, “rere..!”, “terus lari yul, kamu harus selamat”, kulihat lari rere semakin lemah, dia berlari tertatih sambil memnyekap bagian dadanya dengan kedua tangannya,  yang terlihat merah dengan darah memuncrat, rere tertembak peluru tajam, aku termangu melihatnya, darah itu.. ya.. darah rere begitu merah, kepalaku sekan ditarik oleh kekuatan dahsyat hingga berkunang-kunang kemudian gelap

---ooo0ooo---

Kudapati diriku berbaring diatas dipan, dimana aku, aku melihat kesekililing ya aku disebuah rumah sakit, disebelahku terbaring rere, Alhamdulillah rere selamat, “sudah bangun yul” sapa rere, begitulah rere walau dalam situasi sulit seperti ini, senyum cantiknya masih juga terkembang, “rere apa yang terjadi dengan kita?”, “yul kamu masih ingatkan terakhir kali sebelum kamu pingsan?’ Tanya rere, “aku tidak ingat lagi re” jawabku, “kita ditolong oleh ikhwan dari kelompok demonstran, kebetulan mereka berada didekat kita saat kejadian itu, dan mereka membawa kita kerumah sakit ini, begitu beraninya mereka tanpa senjata, dan dalam penyelamatan kita tersebut seorang ikhwan gugur syahid terkena tembakan militer mesir”,” Innalilahi wainnailahi rajiuun, dimana mereka aku ingin mengucapkan terimakasih” sudah tidak ada lagi disini yul, dan tidak ada yang tahu lagi, mereka telah bergabung kembali diantara ratusan ribu demonstran, sangat susah untuk mencarinya”, yang ada hanya seorang yang syahid diantara mereka jasadnya masih di ruang mayat”, “semoga Allah Memberikan balasan yang setimpal untuk mereka”, “aamiin” rere ,mengaminkan doaku.

“tau nggak yul kita telah pingsan selama lima hari”.”hah lima hari.. iya yul, terdengar langkah kaki mendekati kami, ternyata seorang perawat, wajahnya seperti orang china atau Vietnam, “Ismi Yuan phat” sapanya dengan bahasa arab yang terpatah-patah, “ana Yuli, can you speak English yuan?” jawabku, “yes I can’,” lets speak English with me”, kemudian percakapan kami mengalir hingga kami tahu bahwa yuan adalah anggota dari team kesehatan relawan dari ikatan organisasi kesehatan reaksi cepat muslim dinegaranya, Alhamdulillah dia bercerita bahwa komunitas muslim di Vietnam semakin bertambah, dari nya kami tahu bahwa militer mesir sejak penyerangan di hari iedul fitri semakin menjadi-jadi  dan membabi buta, banyak sudah yang syahid karenanya, dan kabarnya hari Rabu tanggal 14 agustus mereka akan membubarkan paksa para demonstran bahkan dengan kekerasan.

Hari ini Rabu tepat tanggal 14 Agustus 2013, aku sudah tidak sabar lagi ingin meninggalkan rumah sakit, dan pergi untuk bergabung dengan para demonstran, kukemasi barang-barangku, rere masih tertidur pulas luka tembak didadanya belum lagi sembuh, aku akan berangkat aku tak tega membiarkan sahabatku itu melihat kepergianku, kutulis sepucuk surat dan kuselipkan dibantalnya:

Untuk ukhty rere yang manis dan imut kayak pingwin

Jangan lupa habis bangun tidur minum obatnya ya say..
Ana mau bergabung dulu dengan saudara-saudara kita di Rabiah Adawiyah
anti belum sembuh benar jadi anti harus di rawat dulu disini ya
doakan kami dapat terus istiqomah sampai cita-cita kita tercapai
jika ini adalah pertemuan kita yang terakhir maafin ana ya
yang banyak salah dan dosa,
namun jika Allah menghendaki lain, kita dapat terus bersama
Isya Allah ..

Dari sahabatmu Yuli “si burung puyuh”


-----oooOooo-----

Hari begitu terik, para demonstrans termasuk aku masih juga dengan semangat berkerumun dilapangan Rabiah Adawiyah bukan hanya di sini di Alexsandria, juga di Nadhlah, semuanya bersemangat menyerukan satu tujuan yaitu dikembalikannya pemerintahan mesir yang syah, berdasarkan hasil pilihan rakyat, disini aku bertemu dengan beberapa kawan lama sewaktu kuliah di UGM dulu, yang kebetulan mereka menetap disini, ada ayang usaha berdagang, atau kuliah seperti aku, kami berdemo dengan damai, bahkan menurutku lebih tepatnya aku reonian karena ternyata tidak sedikit dari kawan-kawan lama aku temui disini, namun berangsur suaasana damai itu menjadi sedikit tegang ketika ada pengumuman untuk waspada karena hari ini adalah hari yang dijanjikan oleh militer mesir untuk membubarkan kami secara paksa, himbauan untuk tetap tenang, tanpa melakukan perlawanan apapun, tetap menghadapi dengan akhlaq karimah, berkali-kali diperdengarkan, aku dan orang-orang disekitarku telah siap dengan apapun yang terjadi walaupun nyawa yang harus diserahkan.


Dari kejauhan terdengar deru mesin mobil, ternyata benar mobil patrol militer beriringan dengan tentara yang berlari kecil dengan senjata lengkap, mereka bagitu gagah, laksana malaikat maut yang siap mencabut siapa saja yang menghalanginya, kami semua tegang, ada beberapa rekan yang bertakbir.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. ternyata takbir mereka menarik perhatian para tentara yang berjalan kaki, dengan moncong senjata dihadapkan kepada kami yang lemah tidak bersenjata apa-apa, dengan membentak mereka berkata”siapa yang bertakbir sekali lagi akan kami tembak”, astaghfirullah bukankah mereka seagama dengan kami, dan teriakan takbir seharusnya juga terikan mereka, paling tidak mereka melafazkannya setiap sholat, mengapa dilaarang, aku semakin tegang Al’qur’an di tanganku aku peluk erat-erat, dengan peluh bercucuran tak terbendung, mendadak terikan takbir bergema lagi.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. sejurus kemudian moncong senapan itu mengeluarkan isinya, timah-timah panas tanpa ampun lagi menerjang kerumunan daemonstran, manusia-manausia sholeh dan sholehah itu berguguran satu persatu diterima oleh bumi, dihadapanku mba nafsiah jatuh tersungkur.. “mbak..mbak nafsiah kuatkan dirimu mbak!”, aku panik tak sempat berfikir panjang, aku ingin menolong tetapi barisan tentara itu sudah semakin dekat, hingga tetap dihadapan kami, mereka merebut Alqur’an yang dipegang mbak nafsiah, juga Alqur’an dalam genggamanku, aku bertahan sehingga terjadi tarik menarik, namun akhirnya kugigit tangannya, dan  aku berlari meninggalkannya dengan perasaan campur aduk tak menentu.. namun masih sempat aku menengok ke belakang astagh firullah Alqur’an mbak nafsiah berserakan robek, karena rupanya mbak nafsiah masih sempat bertahan hingga Mushaf itu robek berhamburan,  kemudian dor..dor …kulirik raut wajahnya terlihat wajahnya semakin cantik laksana bidadari,, senyum manisnya tersungging kearahku sebelum matanya terpejam dengan tetap tersnyum, seakan member isyarat padaku bahwa dia sangat bahagia, dan berpesan untuk tetap melanjutkan perjuangan ini.


Lariku sudah tidak terarah lagi, sementara desingan peluru dan gas air mata beterbangan seakan dekat kepalaku, mereka para tentara itu masih terus mengeejarku, hingga akhirnya aku ditarik oleh sebuah tangan halus namun kuat, memasuki sebuah lorong gelap diantara bangunan, aku terkejut ternyata yang menarikku adalah Ukhty Asma Muhammad Baltaji, seorang akhwat putri dari Qiyadah Ikhwanul Muslimin Muhammad Baltaji, “subhanallah.. dialah pahlawanku,.. ternyata dalam lorong sempit ini sudah banyak berkumpul para akhwat, mereka mereka punya rencana sendiri untuk membantu para ikhwan, ada yang bertugas menyediakan makanan, walau dengan bahan seadanya, ada yang dengan keahliannya bertugas sebagai medis, aduhai wajah wajah mereka begitu teduh, “ min aina ant ya ukhty, salah seorang dari mereka yang merawat lukaku bertanya,” ana min Indonesia”,”hmm.khaifa hall ikhwah fi Indonesia.?,” aku menjelaskan bahwa kami umat Islam Indonesia dalam keadaan baik-baik saja tidak seperti disini dalam keadaan mencekam dan tidak tenang, dan aku juga menceritakan bahwa kami diindonesia juga turut berdoa untuk perjuangan mereka. Dari mereka aku juga mendengar berita bahwa militer Mesir telah membakar rumah sakit, hal ini disiarkan oleh ElWatanNews lansir video pembakaran hidup-hidup,  astaghfirullah rere.. aku jadi ingat rere, kutelfon HPnya ternyata berdering namun tidak diangkat, aku terus mencari berita tentang rere ternyata rere termasuk dalam rombongan syahidah yang terbakar dalam gedung rumah sakit itu, rere semoga engkau bahagia karena telah berjumpa syahid sebelum aku,

Beberapa hari aku tinggal dilorong itu membantu para akhwat dan ummahat mempersiapkan ransum, serta sesekali membantu merawat beberapa ikhwah yang terluka, darah, luka, sudah merupakan keseharianku kepalaku sudah tidak pusing-pusing lagi jika melihatnya, terdengar kabar beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin telah syahid  Ammar Muhammad Badie anak Mursyid Am Ikhwanul Muslimin Muhammad Badie syahid pada hari  jum’at dimedan ramsis,  Asmaa' Muhammad Baltaji anak Qiyadah Ikhwanul Muslimin Muhammad Baltaji, yang menolongku dengan menarik kelorong ini, mendengar berita ini aku sempat terpukul dan syok karenanya, teringat kebaikan dan kelembutan hati beliau,   Habibah Ahmad Abdul Aziz anak Penasehat Presiden Muhammad Mursi , Khalid Firnas Al-Banna cucu Pendiri Ikhwanul Muslimin Hassan Al-Banna, serta beribu orang syahid dan syahidah lainnya Ya Rabb terimalah ibadah mereka dan masukkanlah mereka dalam golongan orang syahid dijalanMu, airmata sudah tumpah ruah membasahi jilbab dan bajuku yang sudah tidak putih lagi.

Aku kembali turun ke jalan, suasana lorong sedikit membuatku bosan aku rindu suasana lapangan, berdemo bersama teman-teman seiman, lapangan Rabiah Adawiyah adalah tujuanku, aku melewati pertigaan, aku teringat inilah pertigaan yang aku dan rere berkejaran dengan tentara hingga ditolong oleh bebera ikhwan dan dilarikan kerumah sakit, Astaghfirullah di ujung jalan ada beberapa tentara berjaga, bagaimana ini… aku harus melewatinya supaya dapat sampai ke Lapangan, Bismillah kukuatkan hati melewati mereka, dalam dugaanku mereka tidak akan berbuat kasar kepadaku, karena aku seorang wanita, kukuatkan hatiku, peluh bercucuran membasahi jilbab dan bajuku, tinggal beberapa meter lagi aku akan lewat depan mereka, hatiku bergemuruh, darah terasa mengalir begitu cepat, aku ketakutan sekali, “ashbahannur” sapa mereka, aku menjawab” khoir Alhamdulillah”, aku degdegan sekali, Alhamdulillah aman, kuatur langkah setenang mungkin, agar tidak menimbulkan kecurigaan mereka, namun seseorang dari mereka berlari mengejarku, dia ingin menatap wajahku, Astaghfirullah itu adalah tentara yang mengejarku waktu itu, rupanya dia mengenaliku,.. langkahnya semakin dekat kepadaku, dengan cepat kukenakan cadarku, namun tanpa kuduga dengan kasar tentara itu menarik cadarku, hingga wajahku terbuka, dan dia berteriak aku adalah bagian demonstran, dengan cepat ku tendang kakinya, dan aku berlari secepat mungkin namun apa daya aku hanyalah seorang wanita lari mereka lebih cepat dari aku, aku mendengar letusan senapan di belakangku, namun aku tidak merasakan apa-apa aku percepat lariku, itu hanya tembakan peringatan tidak mengenaiku, sejurus kemudian beberapa peluru mulai berterbangan,  terasa berdesing diatas kepalaku, aku percepat lariku, “ ya Rabb, jika ini adalah akhir perjuangan ku, redhoilah aku.. masukkanlah aku dalam golongan hambaMu, dalam golongan umat RasulMu, dan dalam golongan mereka yang syahid dijalanmu, laju lariku semakin cepat entah kekuatan apa yang menyebakan langkahku begitu ringan aku berlari laksana terbang melewati beberapa lorong diantara bangunan dengan arah yang tak menentu, hingga suatu saat, sesuatu terasa panas menembus punggungku, sakit sekali dan panas menjalar dari rasa sakit itu, sakit yang teramat sangat hingga tidak dapat kurasakan lagi.. akhirnya gelap, gelap yang hanya sekejap lalu tergantikan dengan suasana terang benderang dan serba putih disekelilingku, aku melihat hamparan permadani hijau membentuk sebuah jalan dihadapanku dikiri-kanannya ditumbuhi bunga merah jambu warna kesukaanku, “dimanakah aku?”, aku berjalan terus menyusuri jalan permadani itu, semakin lama pemandangan sekelilingku semakin cantik saja, indah bukan kepalang, pohon-pohon berbuah kehijauan sangat dekat dengan jangkauan tanganku, dibawah pohon bertahtakan batu-batu alam yang berkilau merah,  hijau. Biru dan jingga, aku berjalan terus hingga diujungnya aku melihat shaft-shaft, seperti orang sholat berjamaan, namun mereka semua dalam posisi duduk seperti sedang berdoa, kutak kenal wajah mereka, namun lama-kelamaan ada beberapa wajah yang sangat kukenal, itu rere, dengan gaun putih laksana bidadari, senyumnya begitu cantik tak pernah aku lihat senyum rere secantik itu, astaghfirullah disamping rere ada mbak nafsiah, juga dengan gaun putih bersih dan berkilau, mereka tersenyum menyambut kedatanganku, aku balas dengan senyum ku, aku melangkah lebih dekat, dan Subhanallah.. itu.. itu.. tak mungkin.. itu adalah ikhwan dengan senyum khas yang sangat kukenal, subhanallah itu Mas Rahmadku…. Wajahnya begitu bersih dengan janggut yang sangat bersih dan serasi dengan raut wajahnya, mas aku rindu padamu.. kemudian Mas Rahmat membimbingku duduk disampingnya diatas sejadah indah yang tidak pernah kulihat sejadah seindah itu.. lalu kami tenggelam dengan munajat dan doa bersama..

TAMAT

Batu Licin - Sang Penetes Embun

Tidak ada komentar :

Posting Komentar