“Ya.. ayyuhal ikhwah… kuntum
khairu ummah ukhrijatlinnas ta’muru na bil ma’ruf watanhaunal anil munkar
watu’minunabillah..” suara itu, seakan menggema seantero lapangan Rabiah Adawiyah,
membakar semangatku dan para saudara-saudara seimanku, saat ini aku diantara
ribuan bahkan ratusan ribu masa yang berkumpul dilapangan ini, waktu
menunjukkan pukul 22.05 waktu Kairo, saat ini kami sedang mendengarkan taujih ba’da shalat tarawih, walau kami dalam situasi demonstrasi. Shalat tarawih barusan dilakukan dalam
suasana begitu hikmad, malah aku rasakan lebih hikmad dari pada shalat-shalat
tarawih yang pernah aku lakukan selama ini, sepanjang mata memandang hanya
jamaah demonstrans yang sekaligus jamaah tarawih memenuhi jalan-jalan sekitar
lapangan Rabiah Adawiyah, begitu damai, sejuk, tenram tidak ada kekerasan didalamnya , saat
ini tepat tanggal 27 ramadhan 1434 H, sebagaimana umat muslim yang lain, di sepuluh
malam terakhir, kami memburu rahmat Illahi, dengan memperbanyak Ibadah,
walaupun kami dalam suasan berdemonstrasi.
Taujih masih terus berlangsung,
kami dengan khusu menyimak isi materi yang disampaikan,” ayyuhal ikhwah
rahimakumullah… kebaikan harus terus dijalankan, keburukan harus terus di
singkirkan, bermula tegakkanlah didalam diri kita sendiri masing-masing,
kemudian tegakkan dikeluargamu, lalu lingkungan terdekatmu, Allah SWT berfirman
Ya..ayuhhaladzinaamanu kuu anfusakum waahlikum nar, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka, ayat ini
jelas menyuruh kita selaku umat yang terbaik untuk selalu menjaga diri kita
agar terus dalam kebaikan, dan mencegah kemungkaran, maka kondisikanlah diri
kita, serta keluarga dan lingkungan kita untuk tetap dalam kebaikan”, taujih
itu merasuk dalam jiwa-jiwa kami sampai ke relung yang paling dasar.
-----oooOooo-----
Aku adalah mahasiswi S2 asal
Indonesia yang kuliah di Kairo Mesir, sudah beberapa minggu ini aku tidak ikut
kuliah, aku dan teman-temanku para mahasiswa dari berbagai negara ikut ambil
bagian dalam demonstrasi ini, ya… demontrasi damai yang mengungkapkan rasa kami setelah
pemerintah yang sah dan legitimate hasil pemilu di kudeta oleh militer Mesir,
kami menuntut demokrasi ditegakkan, karena perlakuan militer menggulingkan
prsiden Dr Mohammad Mursi, adalah penistaan dan mencoreng demokrasi, bagaimana tidak tindakan militer yang
dipimpin As-sisi mengkudeta pemerintahan yang dipilih oleh rakyat Mesir, adalah
tindakan inskonstitusional, dan pelanggaran berat demokrasi. “
Kringggg…..kringgg… “ Blackbarryku berdering ah rupanya mama menelpon lagi,
sudah limakali dalam sehari ini mamaku
di Jakarta menelpon, “Assalamu’alaikum wr wb” suara yang begitu aku kenal dan
aku sayangi, menyapa diujung telpon, “Wa’alaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh” jawabku, “mama..!!, apa nggak takut bengkak biaya pulsanya ma, aku
hitung sudah lima kali seharian ini mama telpon aku”, “tidak sayang demi
mendengar suara putri mama yang cantik, berapapun rela mama keluarkan” jawab
mama, “ahhh mama keluar lagi deh lebaynya”, “jadi kapan kamu pulang ke
Indonesia jul?”, “sebentar lagi ma” aku masih ada beberapa pekerjaan yang harus
diselesaikan disini,” ah.. mama sebenarnya ingin juga aku pulang apalagi
setelah suasansa Mesir memanas ada beberapa peluang untuk para mahasiswa
Indonesia untuk pulang yang difasilitasi oleh kedutaan RI, namun semua itu
tidak kuhiraukan, tekatku sudah bulat untuk ambil bagian dalam perjuangan ini, apalagi aku lihat para sahabatku si ela,
rere, dan mbak nafsiah juga mengambil keputusan yang sama, jadilah kami hingga
saat ini merasakan suasana demontrasi Mesir bersama suadara-saudara seiman,
merasakan manisnya perjuangan demi menegakkah kebenaran dan keadilan dinegri Mesir
ini. “yul.. kok diam.. ngelamun ya.., mama semakin khawatir saja yul.. karena
disana ada demonstrasi kamu menjauh ya dari demo itu, dari keramaian!”, iya ma,
tapi yuli lihat demonya damai kok ma, malah seperti karnaval atau apayah
tepatnya susah untuk di ungkapkan ma, banyak massa berkumpul malah penuh dengan
kegiatan ibadah”,” iya tapi tetap aja mengkhawatirkan yul, pokoknya kamu harus
menghindar dari lokasi-lokasi itu, dan jika urusanmu sudah beres cepat kembali
ya!”,” iya mamaku sayang..!!”.”yul ini si aldi anakmu yang ngganteng mau
bicara, “ummi.. Assalamu’alaikum mi”, ohh.. itu adalah suara sang pangeran
kecilku aldi usianya baru 6 tahun dan sudah sekolah di TKIT (Taman Kanak-kanak
Islam Terpadu), “Walaikum salam .. sayang, sudah pulang sekolah ya” jawabku
sedikit terisak menahan tangis karena kerinduan yang begitu dalam pada anak
semata wayangku, “sudah mi, tadi aldi diajar doa mau makan sama ustadzah
hesty,”o.. ustadzah Hesty ya.. yang anaknya namanya fairus?, “betul mi”. aku
teringat Hesty adalah teman kuliahku di UGM, berkat dialah aku menemukan Islam
yah.. sekarang dia sudah jadi guru anakku, berjuang memperjuangkan nilai-nilai
yang kami pegang di Jakarta sedangkan aku di Kairo, tak masalah aku yakin
nilai-nilai yang kami perjuangkan adalah sama, “mi.. aldy udah hafal doa mau
makan “Bismikallahuma ahya wabismika amuut”.”lho.. kok gitu di, itukan doa mau
tidur sayang.?”, “ eh iya mi aldi salah, allahuma bariklana fiima razaktana
waqina aza bannar”, pinter.. anak ummi, yang rajin belajar ya aldy !”, ‘iya mi,
biar bisa kayak abi ya, jadi ustadz”,”ah.. aldy kata-katanya semakin memiriskan
hatiku, tak terasa embun bening keluar dari sudut mataku, teringat hari-hari
saat keluargaku lengkap ada Mas Rahmad yang selalu menemani kami, hingga
kecelakaan maut merenggutnya,saat beliau hendak mengisi pengajian di kota
Bogor, ”iya aldy.. kamu harus seperti abi ya..makanya kamu harus rajin belajar”
kataku diselingi dengan isak yang tak dapat kubendung lagi, “iya mi, udah ya
mi.. aldy sayang ummi.. wasallamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”,”wa’alaikum
salam warahmatulahiwabarakatuh”.
Kuletakkan HPku di bawah tas
jinijngku, dan aku membuka alqur’an untuk membacanya, namun belum sempat aku
membacanya “ayuuhal ikhwah..ayyuhal ikwah..” kudengar syekh Anshory beberteriak
mengumumkan sebuah pengumuman dengan bahasa arab, yang isinya adalah tingkatkan
kewaspadaan karena militer akan membubarkan demontrans dalam waktu dekat, tetap
berakhlaq karimah,karena seluruh mata dunia melihat kita, jangan melakukan perlawanan,
lawan api dengan air, sebagaimana akhlaq Rasulullah SAW, “kring…kring..kring…,
Blackberyku berbunyi lagi,.. kali ini mbak endah yang menelpon, mbak endah
adalah kakak kelasku di SMA yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah S3nya di
UGM, “yul.. bagaimana kondisimu?’, “Alhamdulillah, baik Mbak, begini yul mbak
mendengar kabar dari beberapa media,
bahwa pemerintah hasil kudeta akan membubarkan paksa, para demonstran
diseluruh wilayah mesir, bagaimana kondisi disana apakah masih baik-baik saja
atau semakin mencekam?”, “aku malah bingung ditanya seperti ini nih mbak,
disini kami baik-baik saja, demonstrasi berjalan aman, dan damai, bahkan kami
saat ini sedang giat-giatnya beribadah
mengisi 10 malam terakhir, mengisinya dengan berbagai sunnah-sunah rasul, tidak
ada ketakutan dan kondisi mencekam seperti yang mbak katakan!”, “betul yul mbak
nggak bohong telah mbak cari beberapa
media baik online jaringan televisi, maupun surat kabar, disana diberitakan
bahwa para demonstrans pembuat kekacauan bahkan mereka bersenjata, bertindak
anarkis yang hanya pantas dilakukan oleh kelompok teroris, makanya dengan dalih
menjaga keamanan dan kedamaian mesir, militer mesir akan membubarkan paksa para
demonstrans bahkan jika tidak bisa dibubarkan, akan dilakukan dengan
kekerasan”, “astaghfirullah… kami bersenjata..?? tuduhan apalagi itu, saya ada
diantara mereka sekarang mbak, mereka saat ini sedang khusu beribadah tidak ada
kegiatan kami yang membuat kerusuhan, anarkis, apalagi kami bersenjata, yang
ada ditangan kami adalah alqur’an yang selalu kami baca, apalagi beberapa hari
lagi idul fitri, suasana religius sangat terasa, tidak seperti yang digambarkan
di media, yang ada adalah diantara kami
ada yang mengisi beberapa hari ini dengan daurah alqur’an untuk anak-anak,
murojaah hafalan-hafalan, bahkan ada yang melangsungkan akad nikah di lapangan
Rabiah Adawiyah ini, jadi apa yang di beritakan di media itu semuanya adalah
bohong besar mbak!. “Iya Yul mbak mengerti akan hal itu karena mbak juga telah
croschek dengan beberapa media yang netral mengatakan seperti itu juga, namun kamu
harus waspada Yul, sampaikan berita ini kepada kawan-kawan yang lain,
tingkatkan kewaspadaan karena pembubaran paksa terhadap kalian akan segera di
laksanakan entah itu sebelum iedul fitri atau setelah iedul fitri, ok yul..
senang mendengar suaramu kalau ada kabar penting kabari aku ya.. aku di
Indonesia juga akan selalu update berita tentang kalian. Asalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh”, Mbak Endah mengakhiri pembicaraan dengan salam,
wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawabku.
Allahu Akbar..Allahu Akbar…
Allahu Akbar.. gema takbir berkumandang seiring dengan semangat juang kami para
demonstran pro mursi. Dilapangan Rabiah Adawiyah.. saat ini kami melaksanakan
sholat Iedul Fitri dengan sangat apa adanya namun lebih khusu dan hikmad, aku
teringat mama.. aldy anaku, dan mendiang Mas Rahmad suamiku. Aku masih saja
tidak mau pulang ke Indonesia dengan berbagai alas an pada mamaku, sebenarnya
aku rindu untuk merayakan Iedul Fitri di tanah airku, Indonesia, bersama
keluarga tercintaku, namun tekadku telah bulat untuk ikut serta dalam
perjuangan ini.. mama maafkan aku, aldy maafkan ummi nak yang tidak dapat
mendampingimu berlebaran kali ini, ada hal yang engkau belum mengerti dan kelak
ummi harap engkau mengerti, ada butiran bening disudut mataku, setelah kutbah
Iedul fitri tadi, teringat kebiasaanku sungkem pada mama dan papa, yang tak
dapat aku lakukan saat ini. Suasana
telah sangat ramai dengan orang-orang yang bersalaman mengucapkan selamat iedul
fitri antara para demonstran. Senyum sumringah
menghiasi wajah-wajah mereka yang ceria, namun mendadak keceriaan itu punah
oleh kedatangan para tentara mesir.. mereka menembaki kami dengan gas air mata,
dan juga peluru tajam. Biadab apa salah kami, serangan itu begitu mendadak
sementara tiada kesiapan kami, “yuli ..
tiarap yul.. ayo beringsut kesini”, kulihat sumber suara itu, ternyata adalah
rere dengan pakaian yang sudah kotor dengan tanah, “rere.?” Sapaku”husyt..cepat
tiarap aku tadi dari jalan pertigaan itu” tangan rere menunjuk sebuah jalan
pertigaan beberapa meter didepan kami, “ jalan yang kekiri banyak tentara dan
beberapa saudara kita telah ada yang terbunuh, aku menyaksikannya sendiri yul”, lanjut rere dengan suara yang
berbarengan dengan isakan, “ Astaghfirullah… rere.. ayu kita berlari
menghindari jalan itu”, kami berlari
sekuat tenaga, jilbab kami berkibar-kibar, kami menuju ke arah kerumunan
para demostrans, namun beberapa menit kami berlari kulihat rere semakin
tertatih dibelakangku “rere..!?”, “Yul teruslah kamu berlari”, aku ingin
berhenti namun armada militer begitu dekat dengan kami, “rere..!”, “terus lari
yul, kamu harus selamat”, kulihat lari rere semakin lemah, dia berlari tertatih
sambil memnyekap bagian dadanya dengan kedua tangannya, yang terlihat merah dengan darah memuncrat,
rere tertembak peluru tajam, aku termangu melihatnya, darah itu.. ya.. darah
rere begitu merah, kepalaku sekan ditarik oleh kekuatan dahsyat hingga
berkunang-kunang kemudian gelap
---ooo0ooo---
Kudapati diriku berbaring diatas
dipan, dimana aku, aku melihat kesekililing ya aku disebuah rumah sakit,
disebelahku terbaring rere, Alhamdulillah rere selamat, “sudah bangun yul” sapa
rere, begitulah rere walau dalam situasi sulit seperti ini, senyum cantiknya
masih juga terkembang, “rere apa yang terjadi dengan kita?”, “yul kamu masih
ingatkan terakhir kali sebelum kamu pingsan?’ Tanya rere, “aku tidak ingat lagi
re” jawabku, “kita ditolong oleh ikhwan dari kelompok demonstran, kebetulan
mereka berada didekat kita saat kejadian itu, dan mereka membawa kita kerumah
sakit ini, begitu beraninya mereka tanpa senjata, dan dalam penyelamatan kita
tersebut seorang ikhwan gugur syahid terkena tembakan militer mesir”,” Innalilahi
wainnailahi rajiuun, dimana mereka aku ingin mengucapkan terimakasih” sudah
tidak ada lagi disini yul, dan tidak ada yang tahu lagi, mereka telah bergabung
kembali diantara ratusan ribu demonstran, sangat susah untuk mencarinya”, yang
ada hanya seorang yang syahid diantara mereka jasadnya masih di ruang mayat”, “semoga
Allah Memberikan balasan yang setimpal untuk mereka”, “aamiin” rere
,mengaminkan doaku.
“tau nggak yul kita telah pingsan
selama lima hari”.”hah lima hari.. iya yul, terdengar langkah kaki mendekati
kami, ternyata seorang perawat, wajahnya seperti orang china atau Vietnam,
“Ismi Yuan phat” sapanya dengan bahasa arab yang terpatah-patah, “ana Yuli, can
you speak English yuan?” jawabku, “yes I can’,” lets speak English with me”,
kemudian percakapan kami mengalir hingga kami tahu bahwa yuan adalah anggota
dari team kesehatan relawan dari ikatan organisasi kesehatan reaksi cepat
muslim dinegaranya, Alhamdulillah dia bercerita bahwa komunitas muslim di
Vietnam semakin bertambah, dari nya kami tahu bahwa militer mesir sejak
penyerangan di hari iedul fitri semakin menjadi-jadi dan membabi buta, banyak sudah yang syahid
karenanya, dan kabarnya hari Rabu tanggal 14 agustus mereka akan membubarkan
paksa para demonstran bahkan dengan kekerasan.
Hari ini Rabu tepat tanggal 14
Agustus 2013, aku sudah tidak sabar lagi ingin meninggalkan rumah sakit, dan
pergi untuk bergabung dengan para demonstran, kukemasi barang-barangku, rere
masih tertidur pulas luka tembak didadanya belum lagi sembuh, aku akan
berangkat aku tak tega membiarkan sahabatku itu melihat kepergianku, kutulis
sepucuk surat dan kuselipkan dibantalnya:
Untuk ukhty rere yang manis dan
imut kayak pingwin
Jangan lupa habis bangun tidur minum obatnya ya say..
Ana mau bergabung dulu dengan saudara-saudara kita di Rabiah Adawiyah
anti belum sembuh benar jadi anti harus di rawat dulu disini ya
doakan kami dapat terus istiqomah sampai cita-cita kita tercapai
jika ini adalah pertemuan kita yang terakhir maafin ana ya
yang banyak salah dan dosa,
namun jika Allah menghendaki lain, kita dapat terus bersama
Isya Allah ..
Dari sahabatmu Yuli “si burung puyuh”
-----oooOooo-----
Hari begitu terik, para demonstrans termasuk aku masih juga dengan semangat
berkerumun dilapangan Rabiah Adawiyah bukan hanya di sini di Alexsandria, juga
di Nadhlah, semuanya bersemangat menyerukan satu tujuan yaitu dikembalikannya
pemerintahan mesir yang syah, berdasarkan hasil pilihan rakyat, disini aku
bertemu dengan beberapa kawan lama sewaktu kuliah di UGM dulu, yang kebetulan
mereka menetap disini, ada ayang usaha berdagang, atau kuliah seperti aku, kami
berdemo dengan damai, bahkan menurutku lebih tepatnya aku reonian karena
ternyata tidak sedikit dari kawan-kawan lama aku temui disini, namun berangsur
suaasana damai itu menjadi sedikit tegang ketika ada pengumuman untuk waspada
karena hari ini adalah hari yang dijanjikan oleh militer mesir untuk
membubarkan kami secara paksa, himbauan untuk tetap tenang, tanpa melakukan
perlawanan apapun, tetap menghadapi dengan akhlaq karimah, berkali-kali
diperdengarkan, aku dan orang-orang disekitarku telah siap dengan apapun yang
terjadi walaupun nyawa yang harus diserahkan.
Dari kejauhan terdengar deru mesin mobil, ternyata benar mobil patrol militer
beriringan dengan tentara yang berlari kecil dengan senjata lengkap, mereka
bagitu gagah, laksana malaikat maut yang siap mencabut siapa saja yang
menghalanginya, kami semua tegang, ada beberapa rekan yang bertakbir.. Allahu
Akbar.. Allahu Akbar.. ternyata takbir mereka menarik perhatian para tentara
yang berjalan kaki, dengan moncong senjata dihadapkan kepada kami yang lemah
tidak bersenjata apa-apa, dengan membentak mereka berkata”siapa yang bertakbir
sekali lagi akan kami tembak”, astaghfirullah bukankah mereka seagama dengan
kami, dan teriakan takbir seharusnya juga terikan mereka, paling tidak mereka melafazkannya
setiap sholat, mengapa dilaarang, aku semakin tegang Al’qur’an di tanganku aku
peluk erat-erat, dengan peluh bercucuran tak terbendung, mendadak terikan
takbir bergema lagi.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. sejurus kemudian moncong
senapan itu mengeluarkan isinya, timah-timah panas tanpa ampun lagi menerjang kerumunan
daemonstran, manusia-manausia sholeh dan sholehah itu berguguran satu persatu
diterima oleh bumi, dihadapanku mba nafsiah jatuh tersungkur.. “mbak..mbak
nafsiah kuatkan dirimu mbak!”, aku panik tak sempat berfikir panjang, aku ingin
menolong tetapi barisan tentara itu sudah semakin dekat, hingga tetap dihadapan
kami, mereka merebut Alqur’an yang dipegang mbak nafsiah, juga Alqur’an dalam
genggamanku, aku bertahan sehingga terjadi tarik menarik, namun akhirnya
kugigit tangannya, dan aku berlari meninggalkannya
dengan perasaan campur aduk tak menentu.. namun masih sempat aku menengok ke
belakang astagh firullah Alqur’an mbak nafsiah berserakan robek, karena rupanya
mbak nafsiah masih sempat bertahan hingga Mushaf itu robek berhamburan, kemudian dor..dor …kulirik raut wajahnya
terlihat wajahnya semakin cantik laksana bidadari,, senyum manisnya tersungging
kearahku sebelum matanya terpejam dengan tetap tersnyum, seakan member isyarat
padaku bahwa dia sangat bahagia, dan berpesan untuk tetap melanjutkan
perjuangan ini.
Lariku sudah tidak terarah lagi,
sementara desingan peluru dan gas air mata beterbangan seakan dekat kepalaku,
mereka para tentara itu masih terus mengeejarku, hingga akhirnya aku ditarik
oleh sebuah tangan halus namun kuat, memasuki sebuah lorong gelap diantara
bangunan, aku terkejut ternyata yang menarikku adalah Ukhty Asma Muhammad
Baltaji, seorang akhwat putri dari Qiyadah Ikhwanul Muslimin Muhammad Baltaji, “subhanallah..
dialah pahlawanku,.. ternyata dalam lorong sempit ini sudah banyak berkumpul
para akhwat, mereka mereka punya rencana sendiri untuk membantu para ikhwan,
ada yang bertugas menyediakan makanan, walau dengan bahan seadanya, ada yang dengan
keahliannya bertugas sebagai medis, aduhai wajah wajah mereka begitu teduh, “
min aina ant ya ukhty, salah seorang dari mereka yang merawat lukaku bertanya,”
ana min Indonesia”,”hmm.khaifa hall ikhwah fi Indonesia.?,” aku menjelaskan bahwa
kami umat Islam Indonesia dalam keadaan baik-baik saja tidak seperti disini
dalam keadaan mencekam dan tidak tenang, dan aku juga menceritakan bahwa kami
diindonesia juga turut berdoa untuk perjuangan mereka. Dari mereka aku juga
mendengar berita bahwa militer Mesir telah membakar rumah sakit, hal ini disiarkan oleh ElWatanNews lansir
video pembakaran hidup-hidup, astaghfirullah
rere.. aku jadi ingat rere, kutelfon HPnya ternyata berdering namun tidak
diangkat, aku terus mencari berita tentang rere ternyata rere termasuk dalam
rombongan syahidah yang terbakar dalam gedung rumah sakit itu, rere semoga
engkau bahagia karena telah berjumpa syahid sebelum aku,
Beberapa hari aku tinggal
dilorong itu membantu para akhwat dan ummahat mempersiapkan ransum, serta
sesekali membantu merawat beberapa ikhwah yang terluka, darah, luka, sudah
merupakan keseharianku kepalaku sudah tidak pusing-pusing lagi jika melihatnya,
terdengar kabar beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin telah syahid Ammar Muhammad Badie anak Mursyid Am
Ikhwanul Muslimin Muhammad Badie syahid pada hari jum’at dimedan ramsis, Asmaa' Muhammad Baltaji anak Qiyadah
Ikhwanul Muslimin Muhammad Baltaji, yang menolongku dengan menarik kelorong
ini, mendengar berita ini aku sempat terpukul dan syok karenanya, teringat
kebaikan dan kelembutan hati beliau, Habibah Ahmad Abdul Aziz anak Penasehat
Presiden Muhammad Mursi , Khalid Firnas Al-Banna cucu Pendiri Ikhwanul
Muslimin Hassan Al-Banna, serta beribu orang syahid dan syahidah lainnya Ya
Rabb terimalah ibadah mereka dan masukkanlah mereka dalam golongan orang syahid
dijalanMu, airmata sudah tumpah ruah membasahi jilbab dan bajuku yang sudah
tidak putih lagi.
Aku kembali turun ke jalan,
suasana lorong sedikit membuatku bosan aku rindu suasana lapangan, berdemo
bersama teman-teman seiman, lapangan Rabiah Adawiyah adalah tujuanku, aku
melewati pertigaan, aku teringat inilah pertigaan yang aku dan rere berkejaran
dengan tentara hingga ditolong oleh bebera ikhwan dan dilarikan kerumah sakit, Astaghfirullah
di ujung jalan ada beberapa tentara berjaga, bagaimana ini… aku harus
melewatinya supaya dapat sampai ke Lapangan, Bismillah kukuatkan hati melewati
mereka, dalam dugaanku mereka tidak akan berbuat kasar kepadaku, karena aku
seorang wanita, kukuatkan hatiku, peluh bercucuran membasahi jilbab dan bajuku,
tinggal beberapa meter lagi aku akan lewat depan mereka, hatiku bergemuruh,
darah terasa mengalir begitu cepat, aku ketakutan sekali, “ashbahannur” sapa
mereka, aku menjawab” khoir Alhamdulillah”, aku degdegan sekali, Alhamdulillah aman,
kuatur langkah setenang mungkin, agar tidak menimbulkan kecurigaan mereka, namun
seseorang dari mereka berlari mengejarku, dia ingin menatap wajahku,
Astaghfirullah itu adalah tentara yang mengejarku waktu itu, rupanya dia
mengenaliku,.. langkahnya semakin dekat kepadaku, dengan cepat kukenakan
cadarku, namun tanpa kuduga dengan kasar tentara itu menarik cadarku, hingga
wajahku terbuka, dan dia berteriak aku adalah bagian demonstran, dengan cepat
ku tendang kakinya, dan aku berlari secepat mungkin namun apa daya aku hanyalah
seorang wanita lari mereka lebih cepat dari aku, aku mendengar letusan senapan
di belakangku, namun aku tidak merasakan apa-apa aku percepat lariku, itu hanya
tembakan peringatan tidak mengenaiku, sejurus kemudian beberapa peluru mulai berterbangan,
terasa berdesing diatas kepalaku, aku
percepat lariku, “ ya Rabb, jika ini adalah akhir perjuangan ku, redhoilah
aku.. masukkanlah aku dalam golongan hambaMu, dalam golongan umat RasulMu, dan
dalam golongan mereka yang syahid dijalanmu, laju lariku semakin cepat entah
kekuatan apa yang menyebakan langkahku begitu ringan aku berlari laksana
terbang melewati beberapa lorong diantara bangunan dengan arah yang tak
menentu, hingga suatu saat, sesuatu terasa panas menembus punggungku, sakit
sekali dan panas menjalar dari rasa sakit itu, sakit yang teramat sangat hingga
tidak dapat kurasakan lagi.. akhirnya gelap, gelap yang hanya sekejap lalu
tergantikan dengan suasana terang benderang dan serba putih disekelilingku, aku
melihat hamparan permadani hijau membentuk sebuah jalan dihadapanku
dikiri-kanannya ditumbuhi bunga merah jambu warna kesukaanku, “dimanakah aku?”,
aku berjalan terus menyusuri jalan permadani itu, semakin lama pemandangan
sekelilingku semakin cantik saja, indah bukan kepalang, pohon-pohon berbuah
kehijauan sangat dekat dengan jangkauan tanganku, dibawah pohon bertahtakan
batu-batu alam yang berkilau merah, hijau. Biru dan jingga, aku berjalan terus
hingga diujungnya aku melihat shaft-shaft, seperti orang sholat berjamaan,
namun mereka semua dalam posisi duduk seperti sedang berdoa, kutak kenal wajah
mereka, namun lama-kelamaan ada beberapa wajah yang sangat kukenal, itu rere,
dengan gaun putih laksana bidadari, senyumnya begitu cantik tak pernah aku lihat
senyum rere secantik itu, astaghfirullah disamping rere ada mbak nafsiah, juga
dengan gaun putih bersih dan berkilau, mereka tersenyum menyambut kedatanganku,
aku balas dengan senyum ku, aku melangkah lebih dekat, dan Subhanallah.. itu..
itu.. tak mungkin.. itu adalah ikhwan dengan senyum khas yang sangat kukenal,
subhanallah itu Mas Rahmadku…. Wajahnya begitu bersih dengan janggut yang
sangat bersih dan serasi dengan raut wajahnya, mas aku rindu padamu.. kemudian
Mas Rahmat membimbingku duduk disampingnya diatas sejadah indah yang tidak
pernah kulihat sejadah seindah itu.. lalu kami tenggelam dengan munajat dan doa
bersama..
TAMAT
Batu Licin - Sang Penetes Embun
Tidak ada komentar :
Posting Komentar