Sahabat Setetes Embun Bening yang berbahagia,…. Dalam setiap
hari tanpa kita sadari Allah SWT selalu memberikan nikmat kepada kita semua, maka
sudah sepantasnyalah kita mengucapkan syukur hanya kepadaNYA, ucapan terimakasih kepada Zat yang menurunkan
nikmat-nikmat ini, aduhai jika kita mau
menghitungnya, ada beribu-ribu nikmat yang kita rasakan dari mulai bangun tidur
dipagi hari hingga tidurlagi dimalam hari, tidak dapat kita membantah apalagi
mendustakan nikmat-nikmat tersebut, hal ini sudah dituliskan oleh Allah SWT
dalam Alqur’an Surat Ar-rahman :13
“maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan”, karena memang nikmat Allah sudah
terbukti dan tidak dapat kita dustakan.
Dalam membahas tentang nikmat ada dua hal besar yang harus
kita perhatikan yaitu sumber nikmat itu, dan kepada siapa kita berterimakasih
setelah di berikan nikmat itu,dalam hal ini ada sebuah doa yang sangat
dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yaitu :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ
اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ
نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ
لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ
وَلَكَ الشُّكْرُ
فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ وَمَنْ
قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ
حِينَ يُمْسِي فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ
لَيْلَتِهِ
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
bersabda: “Barangsiapa di pagi hari membaca doa: “Ya Allah, apa saja ni’mat
yang kuterima pagi ini adalah dariMu semata. Tidak ada sekutu bagiMu. Maka
bagiMu segala puji dan bagiMu segenap terimakasih”, maka sungguh ia telah
penuhi kewajiban bersyukurnya hari itu. Dan barangsiapa mengucapkannya di waktu
sore, maka sungguh ia telah penuhi kewajiban bersyukurnya malam itu.” (HR Abu
Dawud )
Subhanallah.... amat beruntungnya kita dengan
mengucap kalimat tersebut kita akan diberikan kebaikan hamba yang bersyukur
dalam sehari semalam : Kalimat yang
isinya sebagai berikut:
اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ
فَمِنْكَ وَحْدَكَ
لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ
وَلَكَ الشُّكْرُ
“Ya Allah, apa saja ni’mat yang kuterima pagi
ini adalah dariMu semata. Tidak ada sekutu bagiMu. Maka bagiMu segala puji dan
bagiMu segenap terimakasih”. (HR Abu Dawud)
Jika ia
membacanya di waktu sore redaksi berubah sedikit menjadi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ مَا أَمْسَى بِي مِنْ
نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ
لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ
وَلَكَ الشُّكْرُ
“Ya Allah, apa saja ni’mat yang kuterima sore
ini adalah dariMu semata. Tidak ada sekutu bagiMu. Maka bagiMu segala puji dan
bagiMu segenap terimakasih”. (HR Abu Dawud )
Dalam dzikir
tersebut terbagi menjadi dua hal pokok yaitu pengakuan kita bahwa semua yang
kita dapatkan di hari ini baik pagi maupun petang adalah semata dari Allah SWT,
dan segala puji kita hanya ditujukan pada Allah SWT
riwayat lainnya
ada tambahan teks dalam wiridnya sehingga menjadi:
اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ
أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ
فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ
“Ya Allah, apa saja ni’mat yang kuterima pagi
ini atau dari salah satu makhlukMu, maka itu adalah dariMu semata. Tidak
ada sekutu bagiMu. Maka bagiMu segala puji dan bagiMu segenap terimakasih”. (HR
An-Nasai )
Jika dibaca di waktu sore menjadi:
اللَّهُمَّ مَا أَمْسَى بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ
بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ
فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ
“Ya Allah, apa saja ni’mat yang kuterima sore
ini atau dari salah satu makhlukMu, maka itu adalah dariMu semata. Tidak ada
sekutu bagiMu. Maka bagiMu segala puji dan bagiMu segenap terimakasih”. (HR
An-Nasai)
Wirid ini jika kita resapi mengandung makna yang sangat
dalam, seharusnya akan membawa kita pada suatu pemahaman kuat bahwa semua
nikmat hanya dari Allah SWT dan segala rasa terimakasih kita hanya untukNYA,
maka dengan keyakinan kuat ini seharusnya sudah mampu membentengi kita dari
kemungkinan “terbeli” oleh fihak manapun, wirid ini membentengi diri kita dari
situasi di zaman sekarang ini, dimana banyak fihak yang “menanam budi” kemudian
mengambil keuntungan demi kepentingannya, tidak jarang dalamkehidupan sehari –hari
kita temukan hal-hal seperti ini, dimana kita ditawarkan pada kebaikan
seseorang, atau kelompok, atau organisasi, baik itu organisasi social kemasyarakatan,
perusahaan, atau organisasi politik. Bagi
orang yang berkeyakinan kuat seperti dalam wirid dzikir tadi maka ia hanya
memuji dan berterimakasih pada Allah SWT semata.
Seorang beriman tidak akan selalu menerima atau menolak
pemberian orang lain jika ia menolak itu adalah cerminan dari ‘iffah atau
menjaga kehormatan dirinya, ia tidak mau terbebani dengan tertanam budi
seseorang, kemudian merasa harus berterima kasih pada sipemberi, yang terkadang
menyimpan maksud-maksud agar merasa terhutang budi kemudian merasa tak enak
hati untuk menolak keinginan sipemberi
yang akan diutarakannya di belakang hari.
Budaya seperti ini, sudah merasak dalam kehidupan zaman
sekarang, seorang pengusaha tak segan mengeluarkan uang tidak sedikit untuk
diberikan sesuatu kepada para penentu kebijakan disuatu daerah, dengan harapan
sipenentu kebijakan akan mengeluarkan kebijakan yang berpihak padanya. Naudzubilahimindzalik
kita berlindung kepada Allah dari hal sedemikian, budaya sogok-menyogok sudah
umum di Negara ini, hampir disemua bidang kehidupan, tak terkecuali dalam
proyek-proyek yang berbau ibadah,
Coba kita tengok kehidupan para pendahulu kita, kita intip
sebuah kisah khalifah Umar Abdul Aziz, sewaktu para pembesar dari para pembesar
mengirimkan aneka pakaian dan perhiasan kepada Istri Beliau, karena itu adalah
satu-satunya cara yang bisa dilakukan mereka setelah tidak berhasil meluluhkan
hati Sang Khalifah, namun apa Khalifah Umar “kembalikan semua itu kepada mereka!!”,
dan apa jawab Sang Khalifah sewaktu sang istri protes, “ mereka tidak akan
mungkin mengirimkan semua itu jika Umar bukan seorang khalifah”,
Aduhai begitu hati-hatinya khalifah Umar bin Abdul Aziz akan
pemberian dari fihak lain, Beliau faham betul resiko yang akan Beliau tanggung
jika hadiah-hadiah itu diterimanya, akan berakibat kebijakannya akan terbeli,
perkataannya akan terbeli, dan hatinya akan terbeli, sehingga Beliau tidak
dapat berlaku adil sesuai dengan kebenaran.
Oleh karena itu meresapi kandungan dari doa dan dzikir ini,
seharusnya semakin menguatkan kita bahwa tidak ada sang pemberi kecuali Allah
SWT, dan tidak ada yang wajib kita berikan rasa terimakasih kita kecuali Allah
SWT,
Disadur dan digubah dari tulisan Ustadz Ihsan Tanjung,
Allahua’lam
Sang Penetes Embun
Tidak ada komentar :
Posting Komentar