Teng…teng..teng, Suara tiang listrik yang dipukul para
peronda malam mengagetkanku. Tak terasa
sudah jam tiga dinihari. Aku masih asyik
dengan laptopku, entah sudah berapa kali aku mencabut dan mencolokkan kembali
charger Laptokku, tak tahu mengapa jika sudah begini waktu berlalu begitu
cepat.
“Terimakasih Mas sudah di confirm, salam dari Ayu di Depok”.
Seorang facebooker menyampaikan pesan
diinboxku , setelah permintaan pertemanannya aku confirm.
“sama-sama, ngomong-ngomong Depoknya dimana? , jawabku walau
Cuma iseng namun mampu membuatku penasaran dan menanti-nanti jawaban darinya.
Entah mengapa aku makin keranjingan dengan hobi ini, online
di facebook. Bermula dari setahun yang lalu setelah salah seorang teman pengajian
pekanan menanyakan account facebookku, aku jawab aku tak punya karena memang saat
itu aku belum punya account itu, dan akhirnya aku dibuatkan account
olehnya.
“jaman sekarang akhi, tidak punya account facebook sungguh
keterlaluan, banyak lo manfaatnya seperti sharing tentang materi keislaman,
kita bisa menuliskan hal kebaikan untuk ditularkan kepada orang lain, bahkan
bisa berdiskusi dalam satu group tentang beragam hal-hal kebaikan” , hingga Sejak
saat itu aku mulai aktif dengan online di website ini.
Mula-mula memang, hanya sebatas tulis-tulis status yang
kuanggap mengandung hikmah, dengan harapan statusku itu dapat di baca dan
bermanfaat bagi orang lain.
Teman-temankupun hanya sebatas teman-teman yang aku kenal dan sebagian
besar laki-laki, namun lama kelamaan mulai muncul permintaan pertemanan dari
wanita yang sama sekali belum aku kenal.
Aku pikir tak apalah, bukankah kebaikan diperuntukkan untuk semua orang, baik laki-laki maupun wanita. Maka mulailah aku mengizinkan wanita yang
belum aku kenal, menjadi teman facebookku, bahkan akhirnya saat ini aku bukan
hanya pasif menerima permintaan pertemanan dari seorang wanita, sekarang malah
aku aktif meng-add meminta pertemanan dari beberapa wanita. Seperti saat ini Ayu dari Depok adalah wanita
kesekian kali yang baru menjadi teman
facebookku.
Di photo profilnya Ayu adalah gadis berjilbab yang cantik,
dan data dirinya menunjukkan bahwa usianya 31 tahun, dan mempunyai anak 2,
bersuamikan lelaki yang saat ini bekerja pada perusaahan minyak di daerah timur
Indonesia
“emangnya kalau Ayu bilangin… mas tau gitu, Depok” hatiku
berbunga mendapat jawaban message di inboxku.
Entah apa yang terjadi dengan diriku sejenak aku sadar tak ingin
melanjutkan obrolan ini, karena khawatir
akan menimbulkan fitnah lebih jauh, namun dilain sisi aku begitu senang, dan
secara reflek jarijemariku menuliskan kata-kata jawaban.
“tau atau tidak tau yang penting Ayu jawab dulu Depoknya
dimana?”, gila aku semakin jauh dalam
obrolan ini.
“Depoknya di didepok
lama Mas desa Pancoran mas RT 5/RW 10 no
3, itu rumah kontrakkan mas, kalau orang tua ayu sih jauh di wonogiri”,
tulisnya kemudian aku semakin penasaran dan semakin bersemangat menanggapi
obrolan Ini, “boleh nggak mas mampir kapan-kapan?”, “wah silahkan mas dengan
senang hati tapi kontrakan ayu kecil”. “lho yang aku datengin kan bukan rumahmu tapi kamu”,”eh..iya ya mas ok deh kalau mas mau
dateng silahkan aja!”.
“teng..teng..teng..teng..teng ” bunyi tiang listrik
terdengar lagi saat ini, wah lima kali berarti saat ini sudah pukul lima
pagi,
-----oo0oo-----
“Bi…bangun..Bi.., aduh sudah siang nih bangun Bi” suara
istriku membangunkanku. Aku tergugah
terkaget-kaget demi melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.15. pagi
“abi kenapasih dibangunin susah banget, sampai capek ummi bangunin abi, cepat sholat
subuh dulu bi baru mandi”, celoteh istriku memekakan telingaku, mataku begitu
berat, otot-ototku terasa kaku, aku masih belum juga beranjak dari tempat
tidur. Istriku tidak tahu bahwa aku
mulai tidur tepat pukul lima pagi, saat itu dia masih terlelap, karena tidurnya
juga sudah malam terganggu oleh Fariz anak kedua kami yang masih dua minggu
usianya.
“abi…!!!, kok belum beranjak juga, kamar mandi sudah kosong
tuh, cepat ambil wudhu dulu”, suara istriku terasa lebih memekakan
telingaku. Dengan gontai aku beranjak
berjalan menuju kamar mandi, hingga aku menunaikan sholat subuh pukul 6.55 WIB.
“bi.. kenapasih kayaknya lesu banget hari ini?, pertanyaan
istriku yang tiba-tiba mengagetkanku, saat ini kami sedang di meja makan,
“eh.. hhh.. nggak mi nggak apa-apa, abi Cuma ngantuk aja
semalam ngerjakan lembur kerjaan hingga pukul 3 pagi”. Kataku dengan sedikit ku bumbui dengan
kebohongan
“lo.. bukannya abi naik tempat tidur sudah jam lima pagi”,
jawab istriku mengagetkanku, “ehh..nggak..eh iya mi abi lupa soalnya nggak liat
précis ke jam”, jawabku sekenanya. Memang
kebohongan satu akan melahirkan kebohongan yang lain… yahhh… tapi apa boleh
buat batinku bergumam .
“Treeeennggg..” BB ku berdering itu adalah nada untuk Facebook,
dengan segera aku raih BBku dan ternyata ada sebuah pesan di Inboxku ”selamat pagi
Mas Bayu semoga sarapannya nikmat”. Pesan Ayu dari Depok sudah mengisi pagiku,
“Ada apabi, SMS, atau BBM..??” istriku bertanya seraya
membereskan piring-piring kotor bekas sarapan kami, memindahkannya ke wastafel di belakang meja makan ,
”Enggak mi.. hanya pesan singkat dari Toro.. tentang acara
meeting sore ini, aku berbohong lagi entah sudah keberapa bohongku di pagi ini
kepersembahkan untuk istriku tercinta, istri yang selalu setia menemani ku,
sejenak aku tersadar tetapi entah kekuatan apa yang begitu dahyat menyeretku
pada kubangan kebohongan ini.
“Bi.. itu si Hafidz minta dibelikan sandal, katanya
sendalnya sudah sobek, dia malu sama teman-temannya, kapan kita dapat keluar
Bi, belikan u ntuknya dan juga sekalian beli keperluan pempers untuk si fariz?”.
Suara istriku dengan nada memelas, atau lebih tepat aku mendengarnya dengan
rengekan.
“Waduh kapan ya mi, nanti sore abi ada meeting itu yang Toro
barusan pesan via BB”, aku mengulang kebohonganku lagi. “Mungkin besok lusa ya
mi, beberapa hari ini memang abi rada sibuk”, kataku mencoba meyakinkan
istriku. “sudah abi berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum, “Waalaikum salam,
jawab istriku sembari mencium tanganku dan kemudian melambaikan tangannya
diringi dengan senyum manisnya.
-----oo0oo-----
Hari ini aku begitu bosan, kerjaan dikantor sangat sedikit,
hingga sisanya hanya ngobrol sana-sini dengan teman sekantorku. “treeeengg “ BBku berbunyi lagi dengan cepat
kuraih BBku “aslm wr wb, akh Bayu ada Info dari bang Ahmad bahwa pengajian
pekanan kita di majukan jadi nanti sore, ingetya datang ya.. tempatnya di rumah
ane waslm wr wb”. “Ahh .. kirain siapa batinku. Kemudian aku mencoba membunuh
kebosanan ini dengan membuka facebook. “booring tingkat dewa” kata-kata itu aku
tulis di wallku sebagai status, kutulis begitu saja spontanitas tanpa aku
fikir-fikir panjang.
“kalo boring ambil whudu akh, terus shalat duha”, coment pertama
datang dari akh fajar, boring ya bang
bayu coba buka blogku disitu ada tulisan terakhirku tentang keajaiban Al Qur’an”,
itu comentke dua datang dari Andrei sikutubuku dan sigila komputer. Beberapa menit kemudian beberapa coment
mengalir dengan deras, ada yang lucu ada yang ngeselin, tapi tidak ada yang
mengena dalam hatiku sama-sekali.
“tereeeeeng..” aku masih terkantuk-kantuk dengan komputer
menyala di depanku, begitu BBku berdering, ternyata ada coment lagi dari si Ayu
yang dari Depok itu, entah mengapa jika
ada coment dari Ayu hatiku berdebar. “boring ya Mas Bayu, kalo boring kesini
aja ketempat ayu”, “emang boleh gitu..?” jariku teras refleks menuliskan
kata-kata itu, kemudian tidak ada jawaban lagi dari dia, aku menunggu dengan
penasaran.
“Mas .. aku pindah di inbox, biar bebas kita ngobrol,
katanya kemarin mas mau mampir kerumah Ayu nih sore nanti jam 5 keata s Ayu ada dirumah”, wah.. pas bener dengan recanaku, memang rencananya aku akan kabari Ayu
untuk datang kerumahnya, hal itu telah aku rancang dengan berbohong tentang
meeting pada istriku, entah kenapa hati
ini begitu penasaran, dan syaitan mana yang sedang merasukiku saat ini.
“iya yu.. nanti sore aku maen tempatmu ya?”, “eh.. mas
jangan dirumahku, tapi kita makan aja di luar, ada tempat bagus di Depok untuk
kita makan malam”,”ok, terserah kamu aja lah yu..dimana saja asal jangan
dikuburan”.”ha..ha..ha..Mas bisa aja”, obrolan kami berpanjang lebar setelah
itu, kebosananku hilang seketika dan aku begitu bersemangat.
Kringg..kring.. BBku Berdering kali istriku yang menelpon, “BI gimana ini bi, Fariz badanya
panas, cepat pulanglah bi minta izin ayu kita kerumah sakit”. “wah gimana ya
mi.. sore nanti abi mau meeting penting, gimana kalu si Heru abi suruh kerumah
sekarang, perginya kedokternya jangan nati sore tapi sekarang biar dianter Heru
, biar nanti lebih cepat kembali kekantor karena mobilnya mau abi pake meeting
di Depok”, “yahh.. nggak apa-apa dah Bi.. yang penting Fariz cepet di bawa
kerumah sakit”. Gila sudah begitu
parahkan diriku, lebih penting bertemu dengan Ayu yang belum pernah aku kenal, dari pada mengantar istri mengobati anak sakit
ke rumah sakit, ahh.. kan ada Heru toh ada tidaknya aku disana tak berpengaruh
karena yang mengobati Fariz bukan aku tapi dokter, biarlah Heru saja yang
mengantar.
Waktu sudah pukul
setengah tujuh, waktu pulang
kantor sudah lama berlalu, tapi Heru
belum juga muncul, dan BBku berdering lagi “Mas Bayu.. dimana mas ini ayu sudah
di Ayam Bakar Mbok Berek”, suara lembut Ayu terdengar sangat merdu di ujung
telpon.
“mas masih nunggu mobil mas yang dipake tuk ngantar ummi,
tunggu sebentar ya!”, “jangan lama-lama Mas nanti Ayu kemaleman kan jauh dari
sini ke pancoran Mas”, “Ok kalu gitu Mas pake taksi aja deh nanti supir Mas
suruh jemput disana”. Baik Mas Ayu pake baju biru yah, dengan rok warna biru
muda “
Rumah makan yang di tunjuk Ayu sangat ramai, maklum waktu
ini adalah tepat waktu makan malam, aku pandangi setiap sudut rumah makan ini,
pendanganku memutar, hatiku berdegup setelah aku melihat seorang wanita duduk
menggunakan baju biru tua dan rok biru muda, bukankah Ayu tadi bilang ia
mengenakan busana seperti itu, tetapi mengapa ia tidak berjilbab?, pasti bukan
dia batinku bergumam, Ayu yang ku kenal di facebook adalah Ayu yang
berpenampilan sebagai muslimah yang anggun, tapi tidak ada wanita lain
yangmengenakan baju warna biru.
“Mas, mas Bayu ya.. sini!,” hatiku semakin beregup kencang
manakala wanita itu menyebut namaku, ternyata benar dia adalah Ayu. Bergegas aku
menghampirinya.
“eh,. Ayu ya..?”, “iya. Ini Mas Bayu kan”, wanita cantik
yang ada dihadapanku sangat berbeda dengan yang ada di photo profil Ayu, memang
dia sangat cantik, tapi wajah itu bukan wajah yang ada di photo profilnya, dan mengapa tidak berjilbab?. Ku tenangkan diriku, dan duduk di depanya,
meja putih bersih bertaplak hijau daun memisahkan kami.
“Sudah lama yu?”, kataku memecah kebuntuan, “Eh,, sudah Mas
hampir aja Ayu pulang, kalau dalam dua menit ini Mas Bayu tidak muncul maka Ayu
sudah berencana pulang, senyumnya begitu manis.
Astaghfirullah apa yang aku lakukan, syaithan mana yang telah
menjeremuskan ku, tetapi mengapa aku begitu menikmati kenakalan ini.
“ternyata Mas lebih cakep dari photonya ya!” kata-kata Ayu
semakin membuatku lemas, lemas tak bisa berfikir sehat, “ahh.. kamu bisa aja, sudah kamu mau makan apa?”,”kenapa kamu tidak
mengenakan jilbabmu yu, seperti di pfoto profilmu?, “oo.. iya Ayu kadang-kadang
berjilbab kadang tidak mas, masih belum mantep”, lalu pembicaraan kami seputar
masalah jilbab dan kewajiban muslimah mengenakan jilbab, sudah hampir seperempat jam berlalu, tidak ada
dering telpon menyela pembicaraan kami karena BBku sudah ku matikan.
“Mas maaf nih mas ya.. saat ini anakku sakit dia butuh
berobat, bisa nggak aku pinjem uang mas dua puluh lima juta saja?”, masih
dengan senyum yang dikulum sehingga terlihat manis sekali Ayu mengutarakan
permintaannya,
“OK nggak apa-apa yu kok banyak bener sakitnya apa sih?”, “ini mas ada usus buntu di
perut anakku dan sudah dirawat sejak
lima hari lalu, suamikau belum bisa transfer uang dari Papua, jadi pinjem dulu
Mas nanti kalau suamiku sudah transfer nanti aku kembalikan.
“OK.OK ini aku transfer ya.. dari SMS Bankingku, lalu aku
mengeluarkan androidku dan mentransfer uang sejumlah 25 Juta ke rekening ayu. “Nah sudah kamu bisa ngecek rekeningmu nanti
uang itu sudah Mas transfer, ada lagi permintaan ayu?”, “nggak ma situ aja
..aduh mohon maaf nih mas ngerepotin”
Lalu pembicaraan kami berlanjut lagi jarum jam menunjukkan
pukul Sembilan malam, “wah,, Mas sudah malam nih Ayu takut kemalaman, “. “baik
yu, naik apa kamu pulangnya?”, “naik taksi mas sampai kok kedepan rumah ayu”, “sama
dong saya jugapulang naik taksi karena
mobil mas belum pulang-pulang juga ya sudah ”, “Assalamu’alaikum”, walaikum
salam. Lalu kami berpisah
-----oo0oo-----
Waktu menunjukkan pukul 12. 00 tengah malam, saat aku sampai
kerumah, aku tersentak mengapa dirumahku ramai dengan orang-orang, para
tetangga duduk-duduk dimuka rumahku, dan mobilku juga di sana. Astaghfirullah..
aku teringat dengan BBku yang aku matikan
“Bi.. anak kita bi.. Fariz!!” istriku hanya sanggup
mengeluarkan kata-kata itu
“anak kita kenapa mi, kenapa si fariz??”,tanyaku bertubi-tubi
dan kemudian istriku jatuh terjerembab, dengan cepat aku menangkap tubuh kurus
istriku.
“Pak Bayu.. si Fariz sudah tenang dialam sana.. Allah sang
Maha Pemilik sudah memanggilnya, Bapak harus tabah ya.” Pak RT menerangkan
kepada ku tentang kematian anak bungsuku Fariz.
“iya Pak Bapak tadi saya telpon-telpon tidak tembus-tembus
juga, mungkin Bapak lagi sibuk meeting di Depok, akhirnya saya standby disini
Pak, menunggu Bapak karena saya tak tahu harus jemput Bapak kemana”. Astaghfirullah .. apa yang aku lakukan, Bapak
macam apa aku ini ya Rabb… bagai tersengat listrik ribuan kilo watt hatiku
sakit sekali pandanganku nanar kemudian gelap…
Ataghfirullah,, aku masih syok.. acara penguburan jasad
anakku baru saja selesai . aku menangis tergugu di depan gundukan tanah. Penyesalanaku
begitu besar hingga aku tak kuat menahan tangis “ fariz.. maafkan abi nak, abi
bukan abi yang baik untuk fariz.. astaghfirullah, kemudian tangisku semakin
keras membuncah.
“Sudahlah bi, bukan abi yang salah, saat itukan abi sedang
sibuk meeting di Depok, kita sudah berusaha bi, abi sudah utus Heru untuk
mengantar kami, tetapi memang Allah berkehendak lain” suara polos istriku bagai
menusuk relung hatiku terdalam. Dia begitu
polos, begitu lugu, istri sholeh yang belakangan inikerap aku bohongi, dan aku…aku
tak pantas mendampinginya. Hingga saat
ini dia tidak tahu kebohonganku. Dan ini menimbulkan rasa sesalku yang tiada
terperi sakit sekali dampai keulu hati, aku harus jujur, ya.. aku harus jujur
pada istriku, sudah saatnya aku berterus terang dan meminta maaf padanya.
Kukuatkan hatiku, aku harus bicara sekarang sekarang juga, biar
gundukan tanah pusara anakkau juga iktu mendengar pengakuanku. Keringat membasahi pakaianku, sungguh tak
kuat aku memulai pengakuanku bahkan pada kata pertama lidahku sangat kelu,
kaku, “mi.. maafkan abi.. juga fariz.. maafkan abi nak.. mi mafkan abi..
kemudian aku memeluk istriku, hanya itu yang aku sanggup lakukan, kupeluk
istriku sangat erat hingga seakan tak ingin kulepas lagi. Nampak kebingungan dalam
raut wajah cantik istriku,
“mi maafkan abi, abi mau bicara sejujurnya,” aku mengatur
kata-kataku disela degup dan detak jantungiku yang semakin kencang. “mi..
maafkan abi,, karena tadi malam abi tidak meeting, tapi …tapi..” dengan sangat terbata aku mencoba meneruskan kata-kataku,”
tapi apa bi?” tanya istriku keheranan. “tapi abi bertemu dengan teman wanita
yang abi kenal di facebook. Maafkan abi mi.. dan wanita itu telah berhasil mengambil
uang abii duapuluh lima juta, sekali lagi maafkan abi mi”. plong.. begitu lega
rasanya pengakuanku sudah aku tumpahkan, pelukanku tak aku lepaskan, aku
tergugu hingga terguncang-guncang, air mataku membasahai jilbab dan baju
panjang istriku.
“Abi..istighfarbi..istighfar.. anak sudah dua, kurang apa
sih bi..??”.”maafkan abi mi, abi khilaf, tetapi abi jujur bahwa kami tidak
sampai melakukan hal-yang dilanggar agama terlalu jauh”, istriku melapaskan
pelukanku dengan kasar, dan berkata. “aku tak perduli lagi mau Abi zinah kek
atau tidak kek, pokoknya sekarang umi mau pulang, dan abi pulang saja ke rumah
teman facebook ai itu”. Lalu dia berlalu dengan diikuti oleh Hafidz anak
sulungku. Sementara aku berat sekali
beban ini aku rasakan hingga airmataku tumpah ruah membasahai gundukan pusara
anakku
-----oo0oo-----
Sudah dua bulan sejak kejadian itu, aku tidak lagi meyentuh
internet apalagi facebook. Kabar Ayu
pun akusudah tidak peduli lagi, apalagi untuk mencoba menagih uang dua puluh
lima juta yang dipinajmnya., pernah Heru mencoba menelponya namunnomor itu
sudah tidak aktif lagi, dan Alhamdulillah istriku sudah mau pulang kerumah kami
lagi setelah Ibu dan Bapak Mertuaku, serta teman-teman karibnya memberikan nasehat-nasehat
kepadanya. Aku sangat menyesal dan tak akan mengulanginya kembali
TAMAT
Sang Penetes Embun
Batulicin 29 Des 13
Tidak ada komentar :
Posting Komentar