Minggu, 29 Desember 2013

Mabuk Fesbuk




Teng…teng..teng, Suara tiang listrik yang dipukul para peronda malam mengagetkanku.  Tak terasa sudah jam tiga dinihari.  Aku masih asyik dengan laptopku, entah sudah berapa kali aku mencabut dan mencolokkan kembali charger Laptokku, tak tahu mengapa jika sudah begini waktu berlalu begitu cepat.
“Terimakasih Mas sudah di confirm, salam dari Ayu di Depok”. Seorang   facebooker menyampaikan pesan diinboxku , setelah permintaan pertemanannya aku confirm.
“sama-sama, ngomong-ngomong Depoknya dimana? , jawabku walau Cuma iseng namun mampu membuatku penasaran dan menanti-nanti jawaban darinya.

Entah mengapa aku makin keranjingan dengan hobi ini, online di facebook.   Bermula dari setahun  yang lalu setelah salah seorang teman pengajian pekanan menanyakan account facebookku, aku jawab aku tak punya karena memang saat itu aku belum punya account itu, dan akhirnya aku dibuatkan account olehnya. 
“jaman sekarang akhi, tidak punya account facebook sungguh keterlaluan, banyak lo manfaatnya seperti sharing tentang materi keislaman, kita bisa menuliskan hal kebaikan untuk ditularkan kepada orang lain, bahkan bisa berdiskusi dalam satu group tentang beragam hal-hal kebaikan” , hingga Sejak saat itu aku mulai aktif dengan online di website ini.

Mula-mula memang, hanya sebatas tulis-tulis status yang kuanggap mengandung hikmah, dengan harapan statusku itu dapat di baca dan bermanfaat bagi orang lain.   Teman-temankupun hanya sebatas teman-teman yang aku kenal dan sebagian besar laki-laki, namun lama kelamaan mulai muncul permintaan pertemanan dari wanita yang sama sekali belum aku kenal.  Aku pikir tak apalah, bukankah kebaikan diperuntukkan untuk semua  orang, baik laki-laki maupun wanita.  Maka mulailah aku mengizinkan wanita yang belum aku kenal, menjadi teman facebookku, bahkan akhirnya saat ini aku bukan hanya pasif menerima permintaan pertemanan dari seorang wanita, sekarang malah aku aktif meng-add meminta pertemanan dari beberapa wanita.  Seperti saat ini Ayu dari Depok adalah wanita kesekian kali yang baru menjadi  teman facebookku.

Di photo profilnya Ayu adalah gadis berjilbab yang cantik, dan data dirinya menunjukkan bahwa usianya 31 tahun, dan mempunyai anak 2, bersuamikan lelaki yang saat ini bekerja pada perusaahan minyak di daerah timur Indonesia

“emangnya kalau Ayu bilangin… mas tau gitu, Depok” hatiku berbunga mendapat jawaban message di inboxku.  Entah apa yang terjadi dengan diriku sejenak aku sadar tak ingin melanjutkan obrolan ini, karena  khawatir akan menimbulkan fitnah lebih jauh, namun dilain sisi aku begitu senang, dan secara reflek jarijemariku menuliskan kata-kata jawaban. 

“tau atau tidak tau yang penting Ayu jawab dulu Depoknya dimana?”,  gila aku semakin jauh dalam obrolan ini. 

“Depoknya di  didepok lama Mas  desa Pancoran mas RT 5/RW 10 no 3, itu rumah kontrakkan mas, kalau orang tua ayu sih jauh di wonogiri”, tulisnya kemudian aku semakin penasaran dan semakin bersemangat menanggapi obrolan Ini, “boleh nggak mas mampir kapan-kapan?”, “wah silahkan mas dengan senang hati tapi kontrakan ayu kecil”. “lho yang aku datengin kan  bukan rumahmu tapi  kamu”,”eh..iya ya mas ok deh kalau mas mau dateng silahkan aja!”. 

“teng..teng..teng..teng..teng ” bunyi tiang listrik terdengar lagi saat ini, wah lima kali berarti saat ini sudah pukul lima pagi, 

-----oo0oo-----

“Bi…bangun..Bi.., aduh sudah siang nih bangun Bi” suara istriku membangunkanku.  Aku tergugah terkaget-kaget demi melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.15.  pagi

“abi kenapasih dibangunin susah banget,  sampai capek ummi bangunin abi, cepat sholat subuh dulu bi baru mandi”, celoteh istriku memekakan telingaku, mataku begitu berat, otot-ototku terasa kaku, aku masih belum juga beranjak dari tempat tidur.  Istriku tidak tahu bahwa aku mulai tidur tepat pukul lima pagi, saat itu dia masih terlelap, karena tidurnya juga sudah malam terganggu oleh Fariz anak kedua kami yang masih dua minggu usianya. 

“abi…!!!, kok belum beranjak juga, kamar mandi sudah kosong tuh, cepat ambil wudhu dulu”, suara istriku terasa lebih memekakan telingaku.  Dengan gontai aku beranjak berjalan menuju kamar mandi, hingga aku menunaikan sholat subuh pukul 6.55 WIB. 

“bi.. kenapasih kayaknya lesu banget hari ini?, pertanyaan istriku yang tiba-tiba mengagetkanku, saat ini kami sedang di meja makan, 

“eh.. hhh.. nggak mi nggak apa-apa, abi Cuma ngantuk aja semalam ngerjakan lembur kerjaan hingga pukul 3 pagi”.  Kataku dengan sedikit ku bumbui dengan kebohongan

“lo.. bukannya abi naik tempat tidur sudah jam lima pagi”, jawab istriku mengagetkanku, “ehh..nggak..eh iya mi abi lupa soalnya nggak liat précis ke jam”, jawabku sekenanya.  Memang kebohongan satu akan melahirkan kebohongan yang lain… yahhh… tapi apa boleh buat batinku bergumam .

“Treeeennggg..” BB ku berdering itu adalah nada untuk Facebook, dengan segera aku raih BBku dan ternyata ada sebuah pesan di Inboxku ”selamat pagi Mas Bayu semoga sarapannya nikmat”. Pesan Ayu dari Depok sudah mengisi pagiku,

“Ada apabi, SMS, atau BBM..??” istriku bertanya seraya membereskan piring-piring kotor bekas sarapan kami,  memindahkannya ke wastafel  di belakang meja makan ,
”Enggak mi.. hanya pesan singkat dari Toro.. tentang acara meeting sore ini, aku berbohong lagi entah sudah keberapa bohongku di pagi ini kepersembahkan untuk istriku tercinta, istri yang selalu setia menemani ku, sejenak aku tersadar tetapi entah kekuatan apa yang begitu dahyat menyeretku pada kubangan kebohongan ini.

“Bi.. itu si Hafidz minta dibelikan sandal, katanya sendalnya sudah sobek, dia malu sama teman-temannya, kapan kita dapat keluar Bi, belikan u ntuknya dan juga sekalian beli keperluan pempers untuk si fariz?”. Suara istriku dengan nada memelas, atau lebih tepat aku mendengarnya dengan rengekan.

“Waduh kapan ya mi, nanti sore abi ada meeting itu yang Toro barusan pesan via BB”, aku mengulang kebohonganku lagi. “Mungkin besok lusa ya mi, beberapa hari ini memang abi rada sibuk”, kataku mencoba meyakinkan istriku. “sudah abi berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum, “Waalaikum salam, jawab istriku sembari mencium tanganku dan kemudian melambaikan tangannya diringi dengan senyum manisnya. 

-----oo0oo-----

Hari ini aku begitu bosan, kerjaan dikantor sangat sedikit, hingga sisanya hanya ngobrol sana-sini dengan teman sekantorku.  “treeeengg “ BBku berbunyi lagi dengan cepat kuraih BBku “aslm wr wb, akh Bayu ada Info dari bang Ahmad bahwa pengajian pekanan kita di majukan jadi nanti sore, ingetya datang ya.. tempatnya di rumah ane waslm wr wb”. “Ahh .. kirain siapa batinku. Kemudian aku mencoba membunuh kebosanan ini dengan membuka facebook. “booring tingkat dewa” kata-kata itu aku tulis di wallku sebagai status, kutulis begitu saja spontanitas tanpa aku fikir-fikir panjang.

“kalo boring ambil whudu akh, terus shalat duha”, coment pertama datang dari akh fajar,  boring ya bang bayu coba buka blogku disitu ada tulisan terakhirku tentang keajaiban Al Qur’an”, itu comentke dua datang dari Andrei sikutubuku dan sigila komputer.  Beberapa menit kemudian beberapa coment mengalir dengan deras, ada yang lucu ada yang ngeselin, tapi tidak ada yang mengena dalam hatiku sama-sekali.

“tereeeeeng..” aku masih terkantuk-kantuk dengan komputer menyala di depanku, begitu BBku berdering, ternyata ada coment lagi dari si Ayu  yang dari Depok itu, entah mengapa jika ada coment dari Ayu hatiku berdebar. “boring ya Mas Bayu, kalo boring kesini aja ketempat ayu”, “emang boleh gitu..?” jariku teras refleks menuliskan kata-kata itu, kemudian tidak ada jawaban lagi dari dia, aku menunggu dengan penasaran.

“Mas .. aku pindah di inbox, biar bebas kita ngobrol, katanya kemarin mas mau mampir kerumah Ayu nih sore nanti jam 5 keata s  Ayu ada dirumah”, wah.. pas bener dengan  recanaku, memang rencananya aku akan kabari Ayu untuk datang kerumahnya, hal itu telah aku rancang dengan berbohong tentang meeting pada istriku,  entah kenapa hati ini begitu penasaran, dan syaitan mana yang sedang merasukiku saat ini. 

“iya yu.. nanti sore aku maen tempatmu ya?”, “eh.. mas jangan dirumahku, tapi kita makan aja di luar, ada tempat bagus di Depok untuk kita makan malam”,”ok, terserah kamu aja lah yu..dimana saja asal jangan dikuburan”.”ha..ha..ha..Mas bisa aja”, obrolan kami berpanjang lebar setelah itu, kebosananku hilang seketika dan aku begitu bersemangat.

Kringg..kring.. BBku Berdering kali istriku yang  menelpon, “BI gimana ini bi, Fariz badanya panas, cepat pulanglah bi minta izin ayu kita kerumah sakit”. “wah gimana ya mi.. sore nanti abi mau meeting penting, gimana kalu si Heru abi suruh kerumah sekarang, perginya kedokternya jangan nati sore tapi sekarang biar dianter Heru , biar nanti lebih cepat kembali kekantor karena mobilnya mau abi pake meeting di Depok”, “yahh.. nggak apa-apa dah Bi.. yang penting Fariz cepet di bawa kerumah sakit”.  Gila sudah begitu parahkan diriku, lebih penting bertemu dengan Ayu yang belum pernah aku kenal,  dari pada mengantar istri mengobati anak sakit ke rumah sakit, ahh.. kan ada Heru toh ada tidaknya aku disana tak berpengaruh karena yang mengobati Fariz bukan aku tapi dokter, biarlah Heru saja yang mengantar.  

Waktu sudah pukul  setengah tujuh,  waktu pulang kantor sudah lama berlalu, tapi  Heru belum juga muncul, dan BBku berdering lagi “Mas Bayu.. dimana mas ini ayu sudah di Ayam Bakar Mbok Berek”, suara lembut Ayu terdengar sangat merdu di ujung telpon. 

“mas masih nunggu mobil mas yang dipake tuk ngantar ummi, tunggu sebentar ya!”, “jangan lama-lama Mas nanti Ayu kemaleman kan jauh dari sini ke pancoran Mas”, “Ok kalu gitu Mas pake taksi aja deh nanti supir Mas suruh jemput disana”. Baik Mas Ayu pake baju biru yah, dengan rok warna biru muda “

Rumah makan yang di tunjuk Ayu sangat ramai, maklum waktu ini adalah tepat waktu makan malam, aku pandangi setiap sudut rumah makan ini, pendanganku memutar, hatiku berdegup setelah aku melihat seorang wanita duduk menggunakan baju biru tua dan rok biru muda, bukankah Ayu tadi bilang ia mengenakan busana seperti itu, tetapi mengapa ia tidak berjilbab?, pasti bukan dia batinku bergumam, Ayu yang ku kenal di facebook adalah Ayu yang berpenampilan sebagai muslimah yang anggun, tapi tidak ada wanita lain yangmengenakan baju warna biru.

“Mas, mas Bayu ya.. sini!,” hatiku semakin beregup kencang manakala wanita itu menyebut namaku, ternyata benar dia adalah Ayu. Bergegas aku menghampirinya.

“eh,. Ayu ya..?”, “iya. Ini Mas Bayu kan”, wanita cantik yang ada dihadapanku sangat berbeda dengan yang ada di photo profil Ayu, memang dia sangat cantik, tapi wajah itu bukan wajah yang ada di photo profilnya, dan  mengapa tidak berjilbab?.  Ku tenangkan diriku, dan duduk di depanya, meja putih bersih bertaplak hijau daun memisahkan kami.

“Sudah lama yu?”, kataku memecah kebuntuan, “Eh,, sudah Mas hampir aja Ayu pulang, kalau dalam dua menit ini Mas Bayu tidak muncul maka Ayu sudah berencana pulang, senyumnya begitu manis.  Astaghfirullah apa yang aku lakukan, syaithan mana yang telah menjeremuskan ku, tetapi mengapa aku begitu menikmati kenakalan ini.  

“ternyata Mas lebih cakep dari photonya ya!” kata-kata Ayu semakin membuatku lemas, lemas tak bisa berfikir sehat, “ahh.. kamu bisa aja,  sudah kamu mau makan apa?”,”kenapa kamu tidak mengenakan jilbabmu yu, seperti di pfoto profilmu?, “oo.. iya Ayu kadang-kadang berjilbab kadang tidak mas, masih belum mantep”, lalu pembicaraan kami seputar masalah jilbab dan kewajiban muslimah mengenakan jilbab,  sudah hampir seperempat jam berlalu, tidak ada dering telpon menyela pembicaraan kami karena BBku sudah ku matikan.

“Mas maaf nih mas ya.. saat ini anakku sakit dia butuh berobat, bisa nggak aku pinjem uang mas dua puluh lima juta saja?”, masih dengan senyum yang dikulum sehingga terlihat manis sekali Ayu mengutarakan permintaannya,

“OK nggak apa-apa yu kok banyak bener  sakitnya apa sih?”, “ini mas ada usus buntu di perut anakku  dan sudah dirawat sejak lima hari lalu, suamikau belum bisa transfer uang dari Papua, jadi pinjem dulu Mas nanti kalau suamiku sudah transfer nanti aku kembalikan.

“OK.OK ini aku transfer ya.. dari SMS Bankingku, lalu aku mengeluarkan androidku dan mentransfer uang sejumlah 25 Juta ke rekening ayu.  “Nah sudah kamu bisa ngecek rekeningmu nanti uang itu sudah Mas transfer, ada lagi permintaan ayu?”, “nggak ma situ aja ..aduh mohon maaf nih mas ngerepotin”

Lalu pembicaraan kami berlanjut lagi jarum jam menunjukkan pukul Sembilan malam, “wah,, Mas sudah malam nih Ayu takut kemalaman, “. “baik yu, naik apa kamu pulangnya?”, “naik taksi mas sampai kok kedepan rumah ayu”, “sama dong saya jugapulang  naik taksi karena mobil mas belum pulang-pulang juga ya sudah ”, “Assalamu’alaikum”, walaikum salam.  Lalu kami berpisah

-----oo0oo-----

Waktu menunjukkan pukul 12. 00 tengah malam, saat aku sampai kerumah, aku tersentak mengapa dirumahku ramai dengan orang-orang, para tetangga duduk-duduk dimuka rumahku, dan mobilku juga di sana. Astaghfirullah.. aku teringat dengan BBku yang aku matikan

“Bi.. anak kita bi.. Fariz!!” istriku hanya sanggup mengeluarkan kata-kata itu

“anak kita kenapa mi, kenapa si fariz??”,tanyaku bertubi-tubi dan kemudian istriku jatuh terjerembab, dengan cepat aku menangkap tubuh kurus istriku.

“Pak Bayu.. si Fariz sudah tenang dialam sana.. Allah sang Maha Pemilik sudah memanggilnya, Bapak harus tabah ya.” Pak RT menerangkan kepada ku tentang kematian anak bungsuku Fariz. 

“iya Pak Bapak tadi saya telpon-telpon tidak tembus-tembus juga, mungkin Bapak lagi sibuk meeting di Depok, akhirnya saya standby disini Pak, menunggu Bapak karena saya tak tahu harus jemput Bapak kemana”.  Astaghfirullah .. apa yang aku lakukan, Bapak macam apa aku ini ya Rabb… bagai tersengat listrik ribuan kilo watt hatiku sakit sekali pandanganku nanar kemudian gelap…

Ataghfirullah,, aku masih syok.. acara penguburan jasad anakku baru saja selesai . aku menangis tergugu di depan gundukan tanah. Penyesalanaku begitu besar hingga aku tak kuat menahan tangis “ fariz.. maafkan abi nak, abi bukan abi yang baik untuk fariz.. astaghfirullah, kemudian tangisku semakin keras membuncah.

“Sudahlah bi, bukan abi yang salah, saat itukan abi sedang sibuk meeting di Depok, kita sudah berusaha bi, abi sudah utus Heru untuk mengantar kami, tetapi memang Allah berkehendak lain” suara polos istriku bagai menusuk relung hatiku terdalam.  Dia begitu polos, begitu lugu, istri sholeh yang belakangan inikerap aku bohongi, dan aku…aku tak pantas mendampinginya.  Hingga saat ini dia tidak tahu kebohonganku. Dan ini menimbulkan rasa sesalku yang tiada terperi sakit sekali dampai keulu hati, aku harus jujur, ya.. aku harus jujur pada istriku, sudah saatnya aku berterus terang dan meminta maaf padanya.

Kukuatkan hatiku, aku harus bicara sekarang  sekarang juga,   biar gundukan tanah pusara anakkau juga iktu mendengar pengakuanku.   Keringat membasahi pakaianku, sungguh tak kuat aku memulai pengakuanku bahkan pada kata pertama lidahku sangat kelu, kaku, “mi.. maafkan abi.. juga fariz.. maafkan abi nak.. mi mafkan abi.. kemudian aku memeluk istriku, hanya itu yang aku sanggup lakukan, kupeluk istriku sangat erat hingga seakan tak ingin kulepas lagi. Nampak kebingungan dalam raut wajah cantik istriku, 

“mi maafkan abi, abi mau bicara sejujurnya,” aku mengatur kata-kataku disela degup dan detak jantungiku yang semakin kencang. “mi.. maafkan abi,, karena tadi malam abi tidak meeting, tapi …tapi..” dengan sangat  terbata aku mencoba meneruskan kata-kataku,” tapi apa bi?” tanya istriku keheranan. “tapi abi bertemu dengan teman wanita yang abi kenal di facebook. Maafkan abi mi.. dan wanita itu telah berhasil mengambil uang abii duapuluh lima juta, sekali lagi maafkan abi mi”. plong.. begitu lega rasanya pengakuanku sudah aku tumpahkan, pelukanku tak aku lepaskan, aku tergugu hingga terguncang-guncang, air mataku membasahai jilbab dan baju panjang istriku.

“Abi..istighfarbi..istighfar.. anak sudah dua, kurang apa sih bi..??”.”maafkan abi mi, abi khilaf, tetapi abi jujur bahwa kami tidak sampai melakukan hal-yang dilanggar agama terlalu jauh”, istriku melapaskan pelukanku dengan kasar, dan berkata. “aku tak perduli lagi mau Abi zinah kek atau tidak kek, pokoknya sekarang umi mau pulang, dan abi pulang saja ke rumah teman facebook ai itu”. Lalu dia berlalu dengan diikuti oleh Hafidz anak sulungku.  Sementara aku berat sekali beban ini aku rasakan hingga airmataku tumpah ruah membasahai gundukan pusara anakku

-----oo0oo-----

Sudah dua bulan sejak kejadian itu, aku tidak lagi meyentuh internet apalagi facebook.   Kabar Ayu pun akusudah tidak peduli lagi, apalagi untuk mencoba menagih uang dua puluh lima juta yang dipinajmnya., pernah Heru mencoba menelponya namunnomor itu sudah tidak aktif lagi, dan Alhamdulillah istriku sudah mau pulang kerumah kami lagi setelah Ibu dan Bapak Mertuaku, serta teman-teman karibnya memberikan nasehat-nasehat kepadanya. Aku sangat menyesal dan tak akan mengulanginya kembali

TAMAT 

Sang Penetes Embun 
Batulicin 29 Des 13 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar